25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Jejak Espana

Inggris vs Italia

DALAM sepuluh tahun terakhir timnas Spanyol menjelma menjadi kekuatan yang ditakuti. Tidak saja di tigkat Eropa, tim berjuluk La Furia Roja ini pun menjadi raja di pentas dunia pada tahun 2010.

Kendati begitu, dua pelatih yang sukses mengatarkan tim ini menjadi yang terbaik di Euro 2008 dan World Cup 2010, Luis Aragones dan Vicente del Bosque tak lantas popularitasnya terdongkrak ke permukaan.

Itu karena banyaknya pendapat yang mengatakan bahwa sukses La Furia Roja tak terlepas dari kehebatan Barcelona dalam sepuluh tahun terakhir. Ya, di awali dengan bergabungnya Louis van Gaal pada 1997-2000 dan 2002–2003, warna sepak bola tim asal Katalan itu berubah drastis. Total football yang dibawa van Gaal mulai mewarnai tim berjuluk Los Blaugranas itu.

Kondisi tak berubah ketika Frank Rijkraad menggantikan van Gaal pada 2003 untuk selanjutnya hengkang pada 2008. Lima tahun menangani Los Blaugranas membuat warna total football semakin kental di tim tersebut.

Praktis tak banyak yang berubah saat Josep Guardiola menangani tim ini menggantikan Rijkraad, hingga akhirnya pria yang pernah memperkuat AS Roma dan Brescia itu sukses merengkuh 14 tropi bersama Blaugranas.

Prestasi tim yang fenomenal ini berimbas terhadap pencapaian timnas Spanyol, karena sebagian besar pemain pilar La Furia Roja merupakan pilar di Barcelona.

Tak ayal, karakter serta permainan yang peragakan oleh timnas Spanyol pun nyaris tak berbeda dengan Barcelona, hingga akhirnya di ajang World Cup 2010, pola permainan yang kini beken dengan sebutan tiki taka itu mengalahkan pola total football yang sesungguhnya merupakan cikal bakal dari terlahirnya pola permainan tim Spanyol.

Apa yang dialami Spanyol bukan tak mungkin diikuti oleh Inggris yang sejak tahun 2008 ditangani pelatih asal Italia, Fabio Capello.

Meski Don Fabio (panggilan akrab Fabio Capello) tak lagi menukangi The Three Lions, namun Roy Hodgson yang menjadi suksesornya sejak 22 Mei lalu belum berani melakukan perubahan. Pola permainan serta karakter tim yang tampil pada tiga laga di fase grup Euro 2012 lalu seutuhnya bentukan Don Fabio.

Pelatih yang sukses saat menukangi AC Milan, AS Roma, Juventus dan Real Madrid itu mampu membuat pasukan Three Lions bermain lebih sabar dan tak terkesan asal sepak, sebagaimana karakter kick and rush yang selama berpuluh tahun identik dengan permainan Inggris.

Nah, pada babak perempat final yang berlangsung Olympic Stadium, Kyiv, dini hari nanti Inggris berpeluang mengikuti jejak Spanyol jika Steven Gerrard mampu mengalahkan Italia, Negara tempat Fabio Capello dilahirkan.

Empat tahun menukangi Inggris, sesungguhnya Capello telah membuka rahasia strategi   sepak bola Italia kepada para pemain Inggris. Padahal, dengan strategi  itu  Italia  meraih empat tropi World Cup (1934, 1938, 1982 dan 2006) serta satu tropi Euro (1968).

“Aku ingin tim ini meraih kemenangan. Tak peduli apakah diwaktu normal atau lewat adu tendangan penalti. Tapi jika boleh memilih, aku menginginkan kemenangan di waktu normal,” bilang Roy Hodgson, pelatih Inggris.

Terpisah, pelatih Italia Cesare Prandelli mengatakan bahwa kemenangan atas Inggris penting untuk memulihkan nama baik Italia setelah merebaknya kasus Scommessopoli.

“Aku pikir laga nanti akan berjalan ketat dan seimbang.  Apalagi dua tim ini sama-sama berusaha ingin menang demi mengembalikan prestise yang sudah mulai pudar,” bilang Prandelli. (*)

Inggris vs Italia

DALAM sepuluh tahun terakhir timnas Spanyol menjelma menjadi kekuatan yang ditakuti. Tidak saja di tigkat Eropa, tim berjuluk La Furia Roja ini pun menjadi raja di pentas dunia pada tahun 2010.

Kendati begitu, dua pelatih yang sukses mengatarkan tim ini menjadi yang terbaik di Euro 2008 dan World Cup 2010, Luis Aragones dan Vicente del Bosque tak lantas popularitasnya terdongkrak ke permukaan.

Itu karena banyaknya pendapat yang mengatakan bahwa sukses La Furia Roja tak terlepas dari kehebatan Barcelona dalam sepuluh tahun terakhir. Ya, di awali dengan bergabungnya Louis van Gaal pada 1997-2000 dan 2002–2003, warna sepak bola tim asal Katalan itu berubah drastis. Total football yang dibawa van Gaal mulai mewarnai tim berjuluk Los Blaugranas itu.

Kondisi tak berubah ketika Frank Rijkraad menggantikan van Gaal pada 2003 untuk selanjutnya hengkang pada 2008. Lima tahun menangani Los Blaugranas membuat warna total football semakin kental di tim tersebut.

Praktis tak banyak yang berubah saat Josep Guardiola menangani tim ini menggantikan Rijkraad, hingga akhirnya pria yang pernah memperkuat AS Roma dan Brescia itu sukses merengkuh 14 tropi bersama Blaugranas.

Prestasi tim yang fenomenal ini berimbas terhadap pencapaian timnas Spanyol, karena sebagian besar pemain pilar La Furia Roja merupakan pilar di Barcelona.

Tak ayal, karakter serta permainan yang peragakan oleh timnas Spanyol pun nyaris tak berbeda dengan Barcelona, hingga akhirnya di ajang World Cup 2010, pola permainan yang kini beken dengan sebutan tiki taka itu mengalahkan pola total football yang sesungguhnya merupakan cikal bakal dari terlahirnya pola permainan tim Spanyol.

Apa yang dialami Spanyol bukan tak mungkin diikuti oleh Inggris yang sejak tahun 2008 ditangani pelatih asal Italia, Fabio Capello.

Meski Don Fabio (panggilan akrab Fabio Capello) tak lagi menukangi The Three Lions, namun Roy Hodgson yang menjadi suksesornya sejak 22 Mei lalu belum berani melakukan perubahan. Pola permainan serta karakter tim yang tampil pada tiga laga di fase grup Euro 2012 lalu seutuhnya bentukan Don Fabio.

Pelatih yang sukses saat menukangi AC Milan, AS Roma, Juventus dan Real Madrid itu mampu membuat pasukan Three Lions bermain lebih sabar dan tak terkesan asal sepak, sebagaimana karakter kick and rush yang selama berpuluh tahun identik dengan permainan Inggris.

Nah, pada babak perempat final yang berlangsung Olympic Stadium, Kyiv, dini hari nanti Inggris berpeluang mengikuti jejak Spanyol jika Steven Gerrard mampu mengalahkan Italia, Negara tempat Fabio Capello dilahirkan.

Empat tahun menukangi Inggris, sesungguhnya Capello telah membuka rahasia strategi   sepak bola Italia kepada para pemain Inggris. Padahal, dengan strategi  itu  Italia  meraih empat tropi World Cup (1934, 1938, 1982 dan 2006) serta satu tropi Euro (1968).

“Aku ingin tim ini meraih kemenangan. Tak peduli apakah diwaktu normal atau lewat adu tendangan penalti. Tapi jika boleh memilih, aku menginginkan kemenangan di waktu normal,” bilang Roy Hodgson, pelatih Inggris.

Terpisah, pelatih Italia Cesare Prandelli mengatakan bahwa kemenangan atas Inggris penting untuk memulihkan nama baik Italia setelah merebaknya kasus Scommessopoli.

“Aku pikir laga nanti akan berjalan ketat dan seimbang.  Apalagi dua tim ini sama-sama berusaha ingin menang demi mengembalikan prestise yang sudah mulai pudar,” bilang Prandelli. (*)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

Terpopuler

Artikel Terbaru

/