MEDAN- Hingga kini, harga ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih melemah atau tinggal di kisaran 975 dolar AS per metrik ton, akibat pengaruh krisis ekonomi dan banyaknya pasokan minyak nabati lainnya.
“Sebelumnya harga di akhir April masih 1.180 dolar AS per MT (metrik ton) dan awal Juni 1.035 dolar AS. Harga CPO ini diperkirakan masih tetap berfluktuasi dengan tren melemah,” ujar Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Laksamana Adiyaksa.
Dijelaskannya, dampak krisis ekonomi di AS dan Eropa mengganggu perdagangan CPO dengan melemahnya permintaan. Harga CPO semakin jatuh, karena dewasa ini harga minyak mentah sedikit melemah dan pasokan minyak nabati lainnya sedang banyak.
“Menurunnya harga ekspor membuat harga di pasar lokal juga turun atau tinggal Rp7.906 per kg dari sebelumnya yang masih Rp9.429 per kg,” katanya. Laksamana mengakui, penurunan harga ekspor CPO itu sudah diprediksi sejak 2011 setelah melihat permintaan tren melemah.
Wakil Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia ini menyebutkan, harga rata-rata CPO pada tahun 2012 diperkirakan hanya sebesar 1.050 dolar AS dari 2011 yang di kisaran 1.100 dolar AS per MT.
Penurunan harga CPO itu sendiri diperhitungkan dari melemahnya permintaan sebagai dampak krisis global yang masih dirasakan dan upaya-upaya negara produsen minyak nabati lainnya menekan harga sawit itu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno mengungkapkan nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumut pada kuartal I masih bertumbuh 18,19 persen menjadi 1,421 miliar dolar AS.
Tetapi, diakui, pada April terjadi penurunan devisa akibat harga jual yang melemah. Di April, nilai ekspor ekspor golongan barang itu tinggal 308,365 juta dolar AS atau turun 24,97 persen dari Maret yang sudah 440,343 juta dolar AS. (ram)