30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

PLB Timbun Barang Senilai Rp 1,16 Triliun

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Biaya logistik setidaknya menyumbang 26 persen ongkos produksi dari sebuah barang hingga sampai ke tangan konsumen. Tingginya biaya logistik tersebut disebabkan panjangnya rantai pasok serta inefisiensi pelabuhan. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah adalah pembentukan Pusat Logistik Berikat (PLB) yang dibangun setahun lalu.

PLB yang diinisiatori Ditjen Bea Cukai Kemenkeu tersebut kali pertama diresmikan pada 10 Maret 2016. Awalnya, terdapat 12 PLB di seluruh Indonesia. Kini setelah setahun, total gudang besar mencapai 34 lokasi dengan jenis barang timbun yang berbeda-beda.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati berharap gudang besar itu bisa menopang ambisi Indonesia sebagai hub Asia-Pasifik. “Saya ingin beri pemikiran satu tahun ini lebih kepada cara kita untuk kemajuan,” katanya dalam konferensi pers tentang capaian satu tahun PLB di gedung Ditjen dan Bea Cukai, Jakarta, kemarin (12/4).

Sri Mulyani meminta Ditjen Bea dan Cukai memetakan serta mempersiapkan sejumlah persyaratan yang menjadikan PLB sebagai hub Asia-Pasifik. Hal tersebut dikaitkan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang diprediksi membaik dengan angka pertumbuhan di kisaran 5–6 persen.

Selain itu, harus ada proyeksi raw material dan barang modal impor yang penempatannya akan dipindah di Indonesia. “Tahun depan kira-kira ada berapa yang akan pindah ke Indonesia dan dari berapa perusahaan. Yang berikutnya, kalau Indonesia ingin mengurangi ketimpangan, kalau bisa merata di seluruh Indonesia. Pemerintah ingin kita kerja sama dan maju lebih baik,” paparnya.

Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi menambahkan, biaya logistik di Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Dia menguraikan, Thailand, Vietnam, dan Malaysia memiliki biaya logistik yang lebih rendah daripada Indonesia. “Kalau di Thailand itu 15 persen, sedangkan Vietnam dan Malaysia 13 persen. Di Indonesia sampai 26 persen,” katanya.

Heru melanjutkan, saat ini persaingan antar negara makin ketat. Karena itu, pemerintah pun berupaya menekan biaya logistik dengan adanya PLB. “Setelah setahun lebih sedikit PLB kita kembangkan, saat ini 34 perusahaan berada di 42 lokasi, di antaranya Sumatera, Jawa, serta Kalimantan. Sulawesi dan Papua segera menyusul. Nilai barang yang ditimbun sudah mencapai Rp1,16 triliun. Nanti sesuai arahan presiden, semua pulau diwajibkan menyediakan logistic center,” imbuhnya. (ken/c25/sof/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Biaya logistik setidaknya menyumbang 26 persen ongkos produksi dari sebuah barang hingga sampai ke tangan konsumen. Tingginya biaya logistik tersebut disebabkan panjangnya rantai pasok serta inefisiensi pelabuhan. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah adalah pembentukan Pusat Logistik Berikat (PLB) yang dibangun setahun lalu.

PLB yang diinisiatori Ditjen Bea Cukai Kemenkeu tersebut kali pertama diresmikan pada 10 Maret 2016. Awalnya, terdapat 12 PLB di seluruh Indonesia. Kini setelah setahun, total gudang besar mencapai 34 lokasi dengan jenis barang timbun yang berbeda-beda.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati berharap gudang besar itu bisa menopang ambisi Indonesia sebagai hub Asia-Pasifik. “Saya ingin beri pemikiran satu tahun ini lebih kepada cara kita untuk kemajuan,” katanya dalam konferensi pers tentang capaian satu tahun PLB di gedung Ditjen dan Bea Cukai, Jakarta, kemarin (12/4).

Sri Mulyani meminta Ditjen Bea dan Cukai memetakan serta mempersiapkan sejumlah persyaratan yang menjadikan PLB sebagai hub Asia-Pasifik. Hal tersebut dikaitkan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang diprediksi membaik dengan angka pertumbuhan di kisaran 5–6 persen.

Selain itu, harus ada proyeksi raw material dan barang modal impor yang penempatannya akan dipindah di Indonesia. “Tahun depan kira-kira ada berapa yang akan pindah ke Indonesia dan dari berapa perusahaan. Yang berikutnya, kalau Indonesia ingin mengurangi ketimpangan, kalau bisa merata di seluruh Indonesia. Pemerintah ingin kita kerja sama dan maju lebih baik,” paparnya.

Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi menambahkan, biaya logistik di Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Dia menguraikan, Thailand, Vietnam, dan Malaysia memiliki biaya logistik yang lebih rendah daripada Indonesia. “Kalau di Thailand itu 15 persen, sedangkan Vietnam dan Malaysia 13 persen. Di Indonesia sampai 26 persen,” katanya.

Heru melanjutkan, saat ini persaingan antar negara makin ketat. Karena itu, pemerintah pun berupaya menekan biaya logistik dengan adanya PLB. “Setelah setahun lebih sedikit PLB kita kembangkan, saat ini 34 perusahaan berada di 42 lokasi, di antaranya Sumatera, Jawa, serta Kalimantan. Sulawesi dan Papua segera menyusul. Nilai barang yang ditimbun sudah mencapai Rp1,16 triliun. Nanti sesuai arahan presiden, semua pulau diwajibkan menyediakan logistic center,” imbuhnya. (ken/c25/sof/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/