Dualisme Kompetisi Sepak Bola di Indonesia Belum Usai
MEDAN-Format kompetisi musim depan masih kabur. Namun progres kerja Joint Commite yang bertugas merumuskan kompetisi musim depan membuat kemungkinan besar dualisme kompetisi masih terjadi. Indonesian Super League (ISL) dan Indonesian Premier League (IPL) masih berjalan beriringan.
Kondisi ini membuat para pemain bingung tentukan masa depannya. Meskipun banjir tawaran namun belum jelasnya format kompetisi membuat para pemain belum bisa memberikan keputusan. Seperti, Ramadhan Saputra, gelandang bertahan PSMS Medan ISL mengaku mendapat empat tawaran. Dua klub yang berkompetisi di ranah IPL yang berdomisili di pulau Jawa dan Banda Aceh.
Dua klub lainnya mentas di Divisi Utama yang berasal dari Pulau Jawa dan Pekanbaru.
“Dua klub dari divisi utama yang paling serius. Tapi, jujur saya bingung bang, format kompetisi saja belum jelas. Bagaimana kejelasan karir di klub itu nantinya,” katanya.
Ramadhan juga mempersoalkan kondisi keuangan klub yang carut marut. Tidak hanya klubnya PSMS ISL, namun juga banyak klub lain baik IPL maupun ISL juga Divisi Utama yang masih menunggak gaji pemainnya. Ramadhan sendiri belum menerima pelunasan enam bulan gaji dan sisa DP 10 persen. “PSMS bukan satu-satunya klub bermasalah. Banyak klub di ISL yang terbelit masalah keuangan. Klub-klub di IPL juga sama nasibnya. Saya kan sering berbagi info dengan teman-teman lainnya. Jadi tahu betul situasinya,” katanya.
Karena itu ia belum memberikan keputusan apapun soal masa depannya. “Belum ada keputusan apapun yang saya berikan. Selain, kompetisi dan pengurus sepakbola nasional yang ada dua. Saya juga belum dapat jaminan, apakah di klub-klub ini keuangan lancar,” ujar Ramadhan yang mengaku masih ingin bermain di PSMS.
Sementara itu gelandang Pro Duta Faisal Azmi, mengakui dualisme kompetisi harus disikapi dengan bijak. Namun baginya ia akan merunut aturan FIFA dan bermain di kompetisi PSSI. “Kalau saya sebagai pemain ya ikut aturan FIFA sajalah. Kompetisi mana yang berada di bawah naungan PSSI. Memang pemain bingung untuk memilih kompetiis yang mana. Karena untuk kemajuan sepakbola kita itu tidak sehat. Karena inilah sejarah baru kalau Indonesia punya dua kompetisi. Artinya sepakbola kita jalan di tempat,” katanya.
Namun mantan pemain PSMS ini melihat sisi positif untuk pemain. Yakni lapangan kerja yang lebih terbuka. Artinya kesempatan bermain di klub lebih terbuka dengan klub-klub yang bertambah. “Tapi di satu sisi lebih bagus untuk pemain. Lapangan pekerjaan lebih terbuka karena otomatis klub jadi lebih banyak,” pungkasnya. (mag-18)