26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Angin

Angin. Siapa yang bisa membantah soal kegunaannya? Tapi, siapa juga yang bisa membantah soal derita yang bisa dibuatnya. Itulah sebab, disadari memiliki banyak peran — baik yang positif maupun yang negatif — dia pun diberi begitu banyak nama.

Mari kita sebut satu per satu: angin laut, angin darat, angin gunung, angin topan, dan sebagainya. Untuk angin topan, tentunya masih banyak namanyanya yang lain. Sebut saja angin bahorok, angin puting beliung, angin ribut, dan angin-angin lainnya. Nah, saking banyaknya nama angin, kita juga bisa masuk angin kan? Supaya cepat sembuh dari masuk angin, kita pun diperbolehkan buang angin. Jika tidak sembuh juga, belilah obat yang memberikan ‘angin syurga’. hehehehe.

Begitulah, soal angin belakangan ini memang menyita perhatian. Medan yang memiliki pohon tua di nyaris setiap ruas jalannya dalam kondisi bahaya. Bagaimana tidak, kondisi pohon tua sangat rentan tumbang saat angin kencang datang. Apalagi pihak Badan Meterologi Klimatologi Geofisika memprediksi Medan atau secara umum Sumatera Utara belum terbebas dari angin topan atau istilah lainnya siklon tropis. Ya, meski siklon tropis ini telah meninggalkan Indonesia, tapi dia masih memiliki ‘ekor’. Dan, ada juga kemungkinan pemunculan siklon baru di Nusantara ini.

Ujung-ujungnya, angin topan akan kembali menyergap. Nah, saat menyergap, bukankah pohon tua yang sudah rapuh akan gampang tumbang hingga kembali memakan korban? “Efek tak langsung siklon masih menyebabkan awan hujan di Indonesia bagian utara seperti Aceh, Sumut, Kalbar bagian utara, Kaltim, Sulawesi bagian utara. Dalam dua-tiga hari ke depan baru mereda,” jelas Kepala Pusat Informasi Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Prabowo Mulyono.

Lihatlah, angin menyebabkan hujan. Itulah sebab, beberapa hari ini Medan dilanda angin kencang dan hujan deras. Nah, sudah wajarkan kalau kita waspada dan siaga. Pohon tua yang selama ini pasif, dengan datangnya angin kencang dan hujan deras akan bisa aktif dan mencari korbannya sendiri.

Menyadari kenyataan ini saya jadi merasa sedih ketika sempat melihat acara Indonesia Idol beberapa waktu lalu. Ya, saat itu ada seorang peserta audisi yang begitu percaya diri menyanyikan lagu tentang angin.

Namanya Bagus Setiawan, masih berumur 21 tahun saat ikut audisi. Pekerjaan dia sebenarnya penjahit. Tapi dia percaya diri menyenandungkan lirik: Angin bawalah jiwaku melayang//Angin dengarlah bisikan hatiku//Angin bawalah jiwaku melayang//Angin dengarlah bisikan hatiku

Ujung-ujungnya, lagu yang dipopulerkan band Radja itu kini menjadi identik dengan dia. Bukan karena bagus, tapi karena ‘beda’. Saking bedanya, suara Bagus pun bak angin ribut bagi penikmat musik. Begitulah, soal angin memang ada yang positif dan ada yang negatif bukan? (*)

Angin. Siapa yang bisa membantah soal kegunaannya? Tapi, siapa juga yang bisa membantah soal derita yang bisa dibuatnya. Itulah sebab, disadari memiliki banyak peran — baik yang positif maupun yang negatif — dia pun diberi begitu banyak nama.

Mari kita sebut satu per satu: angin laut, angin darat, angin gunung, angin topan, dan sebagainya. Untuk angin topan, tentunya masih banyak namanyanya yang lain. Sebut saja angin bahorok, angin puting beliung, angin ribut, dan angin-angin lainnya. Nah, saking banyaknya nama angin, kita juga bisa masuk angin kan? Supaya cepat sembuh dari masuk angin, kita pun diperbolehkan buang angin. Jika tidak sembuh juga, belilah obat yang memberikan ‘angin syurga’. hehehehe.

Begitulah, soal angin belakangan ini memang menyita perhatian. Medan yang memiliki pohon tua di nyaris setiap ruas jalannya dalam kondisi bahaya. Bagaimana tidak, kondisi pohon tua sangat rentan tumbang saat angin kencang datang. Apalagi pihak Badan Meterologi Klimatologi Geofisika memprediksi Medan atau secara umum Sumatera Utara belum terbebas dari angin topan atau istilah lainnya siklon tropis. Ya, meski siklon tropis ini telah meninggalkan Indonesia, tapi dia masih memiliki ‘ekor’. Dan, ada juga kemungkinan pemunculan siklon baru di Nusantara ini.

Ujung-ujungnya, angin topan akan kembali menyergap. Nah, saat menyergap, bukankah pohon tua yang sudah rapuh akan gampang tumbang hingga kembali memakan korban? “Efek tak langsung siklon masih menyebabkan awan hujan di Indonesia bagian utara seperti Aceh, Sumut, Kalbar bagian utara, Kaltim, Sulawesi bagian utara. Dalam dua-tiga hari ke depan baru mereda,” jelas Kepala Pusat Informasi Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Prabowo Mulyono.

Lihatlah, angin menyebabkan hujan. Itulah sebab, beberapa hari ini Medan dilanda angin kencang dan hujan deras. Nah, sudah wajarkan kalau kita waspada dan siaga. Pohon tua yang selama ini pasif, dengan datangnya angin kencang dan hujan deras akan bisa aktif dan mencari korbannya sendiri.

Menyadari kenyataan ini saya jadi merasa sedih ketika sempat melihat acara Indonesia Idol beberapa waktu lalu. Ya, saat itu ada seorang peserta audisi yang begitu percaya diri menyanyikan lagu tentang angin.

Namanya Bagus Setiawan, masih berumur 21 tahun saat ikut audisi. Pekerjaan dia sebenarnya penjahit. Tapi dia percaya diri menyenandungkan lirik: Angin bawalah jiwaku melayang//Angin dengarlah bisikan hatiku//Angin bawalah jiwaku melayang//Angin dengarlah bisikan hatiku

Ujung-ujungnya, lagu yang dipopulerkan band Radja itu kini menjadi identik dengan dia. Bukan karena bagus, tapi karena ‘beda’. Saking bedanya, suara Bagus pun bak angin ribut bagi penikmat musik. Begitulah, soal angin memang ada yang positif dan ada yang negatif bukan? (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/