26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Keselamatan, Pilihan Allah atau Kehendak Manusia?

Jumat 24 Agustus 2012 Sekolah Tinggi Theologia Graphe (Graphe International Theological Seminary)  di Sunter Agung, Jakarta, mengadakan debat terbuka membahas pemahaman teologi John Calvin, terkusus tentang poin “Unconditional election/Pemilihan Tuhan yang Tanpa Syarat” dan tentang “Perseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus)”.

Debat terbuka merupakan kelanjutan perdebatan di email dan website antara Pdt Budi Asali MDiv dengan Dr Suhento Liauw dan Dr Steven Liauw.
Pada sesi pertama, Pdt Budi Asali dan Pdt Esra Alfred Soru STh, mewakili kelompok calvinisme, mengomentari dan menyanggah setiap tulisan dari kelompok Dr Suhento   yang mereka anggap pendapat yang salah terhadap calvinisme. Pendapat keliru itu 1. Mereka menyamakan calvinisme dengan hypercalvinisme. 2 Mereka menuduh calvinisme berkeyakinan bahwa Allah memaksakan kehendakNya atas manusia, karena dalam minus kekekalan atau sebelum segala sesuatunya ada, Allah sudah memilih sebagian orang untuk diselamatkan dan sebagian orang untuk dibinasakan. 3 Menuduh kaum calvinis tidak mengetahui secara pasti apakah seseorang dipilih atau tidak. 4. Menuduh bahwa calvinisme tidak memiliki dasar yang Alkitabiah.

Dalam setiap sanggahannya, Pdt Esra maupun Pdt Budi berpegang teguh bahwa kelompok yang anti calvinisme tidak pernah bisa membuktikan ayat-ayat Alkitab yang secara eksplisit menjelaskan tentang pemilihan Allah yang berdasarkan kedaulatanNya sejak sebelum segala sesuatu ada seperti di Kisah Rasul 13:48, Efesus1:4-5 dan 11, Roma 9:11-16 serta 2 Tes 2:12-13.

Dr Steven menjelaskan, mereka tidak salah menanggapi keyakinan calvinisme, terlebih kalau dituduh memfitnah. Dr Steven mengutip pernyataan Pdt Budi yang mengatakan bahwa Allah memilih “semau gue” dalam memilih atau menentukan orang-orag yang mau Ia selamatkan dan itu artinya calvinisme meyakini Allah tidak menciptakan manusia dengan kehendak bebas.

Dr Steven maupun Dr Andrew juga menjelaskan, mereka tidak memfitnah melainkan mengutip dari tulisan-tulisan John Calvin maupun tokoh-tokoh calvinisme lain yang menurut mereka tidak sesuai karakter Allah yang kasih.

Dengan tegas dan jelas Dr Steven menyatakan, mereka tidak memperdebatkan atau membela soal kehendak bebas manusia melainkan lebih mempertaruhkan reputasi dan karakter Allah. Karena kalau Allah yang menentukan manusia tidak diselamatkan itu artinya Allah tidak memiliki kasih.
Lagi pula ayat-ayat yang dipaparkan dari pihak calvinis mengenai kata “dipilih” atau “memilih”, menurut Steven Liauw tidak tepat kalau diartikan sebagai unconditional election. Setiap kata “pilih” di Alkitab tidak selalu berkaitan dengan keselamatan.

Tiga jam sesi pertama berlangsung masing-masing kubu tetap berkeyakinan akan pandangan iman mereka. Namun dari setiap perbedaan pendapat yang dipaparkan masing-masing kubu mengakui bahwa dalam “minus kekekalan atau sebelum segala sesuatunya ada”, Allah itu Maha Tahu, dan sudah melihat jauh ke depan dan sudah mengetahui bahwa: 1.  Semua manusia jatuh dalam dosa. 2. Yesus Kristus akan datang ke dunia. 3. Aada orang yang beriman kepada Tuhan Yesus dan ada yang tidak mau beriman kepada Tuhan Yesus. 4. Ada orang yang mau diselamatkan dan ada orang yang tidak mau.
“Apakah benar sekali selamat tetap selamat?,” demikianlah pertanyaan moderator, Ir P Jimmy Theja MBA mengawali sesi kedua debat.
Topik yang mereka perdebatkan adalah poin ke lima Calvinisme yaitu Perseverance Of The Saints atau ketekunan orang-orang kudus.

PdtBudi dengan tegas menyatakan bahwa tulisan Dr Suhento dan Dr Steven di websitenya adalah fitnah terhadap ajaran Calvinisme.
Steven Liauw menyatakan bahwa Calvinismelah yang tidak memahami tulisan Steven Liauw yang menitikberatkan pada orang Kristen yang berkemungkinan meninggalkan iman.

“Orang calvinislah yang tidak konsisten. Mereka mengakui, keselamatan bersyarat dan syaratnya adalah iman, tapi mereka tidak mengakui orang yang sudah diselamatkan tidak mungkin terhilang,” kata Steven Liauw. (tms/jc)

Jumat 24 Agustus 2012 Sekolah Tinggi Theologia Graphe (Graphe International Theological Seminary)  di Sunter Agung, Jakarta, mengadakan debat terbuka membahas pemahaman teologi John Calvin, terkusus tentang poin “Unconditional election/Pemilihan Tuhan yang Tanpa Syarat” dan tentang “Perseverance of the saints (Ketekunan orang-orang kudus)”.

Debat terbuka merupakan kelanjutan perdebatan di email dan website antara Pdt Budi Asali MDiv dengan Dr Suhento Liauw dan Dr Steven Liauw.
Pada sesi pertama, Pdt Budi Asali dan Pdt Esra Alfred Soru STh, mewakili kelompok calvinisme, mengomentari dan menyanggah setiap tulisan dari kelompok Dr Suhento   yang mereka anggap pendapat yang salah terhadap calvinisme. Pendapat keliru itu 1. Mereka menyamakan calvinisme dengan hypercalvinisme. 2 Mereka menuduh calvinisme berkeyakinan bahwa Allah memaksakan kehendakNya atas manusia, karena dalam minus kekekalan atau sebelum segala sesuatunya ada, Allah sudah memilih sebagian orang untuk diselamatkan dan sebagian orang untuk dibinasakan. 3 Menuduh kaum calvinis tidak mengetahui secara pasti apakah seseorang dipilih atau tidak. 4. Menuduh bahwa calvinisme tidak memiliki dasar yang Alkitabiah.

Dalam setiap sanggahannya, Pdt Esra maupun Pdt Budi berpegang teguh bahwa kelompok yang anti calvinisme tidak pernah bisa membuktikan ayat-ayat Alkitab yang secara eksplisit menjelaskan tentang pemilihan Allah yang berdasarkan kedaulatanNya sejak sebelum segala sesuatu ada seperti di Kisah Rasul 13:48, Efesus1:4-5 dan 11, Roma 9:11-16 serta 2 Tes 2:12-13.

Dr Steven menjelaskan, mereka tidak salah menanggapi keyakinan calvinisme, terlebih kalau dituduh memfitnah. Dr Steven mengutip pernyataan Pdt Budi yang mengatakan bahwa Allah memilih “semau gue” dalam memilih atau menentukan orang-orag yang mau Ia selamatkan dan itu artinya calvinisme meyakini Allah tidak menciptakan manusia dengan kehendak bebas.

Dr Steven maupun Dr Andrew juga menjelaskan, mereka tidak memfitnah melainkan mengutip dari tulisan-tulisan John Calvin maupun tokoh-tokoh calvinisme lain yang menurut mereka tidak sesuai karakter Allah yang kasih.

Dengan tegas dan jelas Dr Steven menyatakan, mereka tidak memperdebatkan atau membela soal kehendak bebas manusia melainkan lebih mempertaruhkan reputasi dan karakter Allah. Karena kalau Allah yang menentukan manusia tidak diselamatkan itu artinya Allah tidak memiliki kasih.
Lagi pula ayat-ayat yang dipaparkan dari pihak calvinis mengenai kata “dipilih” atau “memilih”, menurut Steven Liauw tidak tepat kalau diartikan sebagai unconditional election. Setiap kata “pilih” di Alkitab tidak selalu berkaitan dengan keselamatan.

Tiga jam sesi pertama berlangsung masing-masing kubu tetap berkeyakinan akan pandangan iman mereka. Namun dari setiap perbedaan pendapat yang dipaparkan masing-masing kubu mengakui bahwa dalam “minus kekekalan atau sebelum segala sesuatunya ada”, Allah itu Maha Tahu, dan sudah melihat jauh ke depan dan sudah mengetahui bahwa: 1.  Semua manusia jatuh dalam dosa. 2. Yesus Kristus akan datang ke dunia. 3. Aada orang yang beriman kepada Tuhan Yesus dan ada yang tidak mau beriman kepada Tuhan Yesus. 4. Ada orang yang mau diselamatkan dan ada orang yang tidak mau.
“Apakah benar sekali selamat tetap selamat?,” demikianlah pertanyaan moderator, Ir P Jimmy Theja MBA mengawali sesi kedua debat.
Topik yang mereka perdebatkan adalah poin ke lima Calvinisme yaitu Perseverance Of The Saints atau ketekunan orang-orang kudus.

PdtBudi dengan tegas menyatakan bahwa tulisan Dr Suhento dan Dr Steven di websitenya adalah fitnah terhadap ajaran Calvinisme.
Steven Liauw menyatakan bahwa Calvinismelah yang tidak memahami tulisan Steven Liauw yang menitikberatkan pada orang Kristen yang berkemungkinan meninggalkan iman.

“Orang calvinislah yang tidak konsisten. Mereka mengakui, keselamatan bersyarat dan syaratnya adalah iman, tapi mereka tidak mengakui orang yang sudah diselamatkan tidak mungkin terhilang,” kata Steven Liauw. (tms/jc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/