26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Turki-Syria Kembali Saling Serang

ANTAKYA – Ketegangan antara Turki dan Syria di wilayah perbatasan tidak mereda. Kecaman internasional dan PBB terkait serangan mortir dan artileri Syria ke Turki awal pekan ini tak membuat gentar rezim Presiden Bashar al-Assad. Damaskus pun sepertinya tak peduli risiko perang regional. Buktinya, Syria kembali melancarkan serangan ke wilayah Turki kemarin (6/10).

Bahkan, kali ini Syria dua kali menembakkan mortir ke negara tetangganya tersebut. Dua serangan itu mendarat di dua lokasi berbeda di Kota Guvecci, Distrik Yayladagi, Provinsi Hatay. Mortir pertama menghantam tanah lapang sekitar pukul 07.00 waktu setempat (pukul 11.00 WIB). Lantas, mortir kedua jatuh di dekat menara observasi kota itu sekitar pukul 11.00 waktu setempat (pukul 15.00 WIB).

Beruntung, serangan tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Pasukan Turki yang berjaga di pos perbatasan Guvecci langsung melancarkan serangan balasan.

’’Berdasar investigasi awal, pasukan Republik Arab Syria yang sedang bertempur dengan oposisi di sepanjang perbatasan melancarkan serangan ke wilayah kami,’’ kata seorang pejabat kantor gubernur Hatay kemarin.
Lewat situs resmi, Gubernur Hatay Mehmet Celalettin Lekesiz melaporkan bahwa pasukan Turki menembakkan empat mortir kaliber 81 mm dalam serangan balasan itu. Terkait aksi militer Syria tersebut, Lekesiz mengimbau warga Guvecci tidak keluar atau meninggalkan rumah. ’’Kami mengimbau agar seluruh warga bertahan di dalam rumah, dan tak melakukan kegiatan apapun di balkon atau ruang terbuka lainnya,’’ serunya.
Kantor Berita Dogan membeber bahwa dua serangan ke wilayah Turki itu datang dari tentara rezim Assad Syria yang terlibat pertempuran dengan oposisi di Provinsi Idlib. Dengan artileri berat, mereka berusaha memukul mundur oposisi yang belakangan kian gencar menyerang.

Untuk mengurangi trauma warga Guvecci, Bulan Sabit Merah Turki langsung mengirimkan tim psikologi untuk melayani konsultasi warga.

Bentrok antara Turki dan Syria di perbatasan kemarin telah memasuki hari keempat sejak serangan kali pertama terjadi Rabu malam lalu (3/10). Saat itu, serangan mortir Syria menewaskan lima warga sipil Turki dan melukai 13 orang lain di Kota Akcakale, Provinsi Sanliurfa. Turki langsung membalas dan kembali melancarkan serangan esok harinya. Bahkan, dalam serangan balasannya, mortir Turki berhasil menewaskan sedikitnya 18 tentara Syria.
Serangan kemarin juga terjadi setelah Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam serangan Syria atas wilayahnya Rabu lalu. ’’Mereka yang coba-coba menguji kesabaran, ketegasan, dan kemampuan Turki jelas melakukan kesalahan besar,’’ tegasnya Jumat lalu (5/10).

Erdogan pun menegaskan bahwa Turki tak pernah ingin terlibat dalam perang. ’’Tapi, negara ini tidak asing dengan peperangan. Kelahiran bangsa ini pun harus melewati serangkaian perang antarbenua,’’ tutur politikus 58 tahun itu. Apalagi, setelah bersidang Kamis lalu (4/1), parlemen Turki telah menyetujui undang-undang yang memberikan otoritas pada militer negaranya untuk melancarkan operasi atau serangan lintasperbatasan terhadap Syria.
Secara terpisah, kelompok aktivis Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa oposisi telah berhasil melumpuhkan pos militer di Khirbet al-Jouz dan Darkoush di Provinsi Idlib.  (afp/dwi/jpnn)

ANTAKYA – Ketegangan antara Turki dan Syria di wilayah perbatasan tidak mereda. Kecaman internasional dan PBB terkait serangan mortir dan artileri Syria ke Turki awal pekan ini tak membuat gentar rezim Presiden Bashar al-Assad. Damaskus pun sepertinya tak peduli risiko perang regional. Buktinya, Syria kembali melancarkan serangan ke wilayah Turki kemarin (6/10).

Bahkan, kali ini Syria dua kali menembakkan mortir ke negara tetangganya tersebut. Dua serangan itu mendarat di dua lokasi berbeda di Kota Guvecci, Distrik Yayladagi, Provinsi Hatay. Mortir pertama menghantam tanah lapang sekitar pukul 07.00 waktu setempat (pukul 11.00 WIB). Lantas, mortir kedua jatuh di dekat menara observasi kota itu sekitar pukul 11.00 waktu setempat (pukul 15.00 WIB).

Beruntung, serangan tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Pasukan Turki yang berjaga di pos perbatasan Guvecci langsung melancarkan serangan balasan.

’’Berdasar investigasi awal, pasukan Republik Arab Syria yang sedang bertempur dengan oposisi di sepanjang perbatasan melancarkan serangan ke wilayah kami,’’ kata seorang pejabat kantor gubernur Hatay kemarin.
Lewat situs resmi, Gubernur Hatay Mehmet Celalettin Lekesiz melaporkan bahwa pasukan Turki menembakkan empat mortir kaliber 81 mm dalam serangan balasan itu. Terkait aksi militer Syria tersebut, Lekesiz mengimbau warga Guvecci tidak keluar atau meninggalkan rumah. ’’Kami mengimbau agar seluruh warga bertahan di dalam rumah, dan tak melakukan kegiatan apapun di balkon atau ruang terbuka lainnya,’’ serunya.
Kantor Berita Dogan membeber bahwa dua serangan ke wilayah Turki itu datang dari tentara rezim Assad Syria yang terlibat pertempuran dengan oposisi di Provinsi Idlib. Dengan artileri berat, mereka berusaha memukul mundur oposisi yang belakangan kian gencar menyerang.

Untuk mengurangi trauma warga Guvecci, Bulan Sabit Merah Turki langsung mengirimkan tim psikologi untuk melayani konsultasi warga.

Bentrok antara Turki dan Syria di perbatasan kemarin telah memasuki hari keempat sejak serangan kali pertama terjadi Rabu malam lalu (3/10). Saat itu, serangan mortir Syria menewaskan lima warga sipil Turki dan melukai 13 orang lain di Kota Akcakale, Provinsi Sanliurfa. Turki langsung membalas dan kembali melancarkan serangan esok harinya. Bahkan, dalam serangan balasannya, mortir Turki berhasil menewaskan sedikitnya 18 tentara Syria.
Serangan kemarin juga terjadi setelah Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam serangan Syria atas wilayahnya Rabu lalu. ’’Mereka yang coba-coba menguji kesabaran, ketegasan, dan kemampuan Turki jelas melakukan kesalahan besar,’’ tegasnya Jumat lalu (5/10).

Erdogan pun menegaskan bahwa Turki tak pernah ingin terlibat dalam perang. ’’Tapi, negara ini tidak asing dengan peperangan. Kelahiran bangsa ini pun harus melewati serangkaian perang antarbenua,’’ tutur politikus 58 tahun itu. Apalagi, setelah bersidang Kamis lalu (4/1), parlemen Turki telah menyetujui undang-undang yang memberikan otoritas pada militer negaranya untuk melancarkan operasi atau serangan lintasperbatasan terhadap Syria.
Secara terpisah, kelompok aktivis Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan bahwa oposisi telah berhasil melumpuhkan pos militer di Khirbet al-Jouz dan Darkoush di Provinsi Idlib.  (afp/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/