26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dukungan Klub Diragukan

Dualisme Kepengurusan PSMS Medan

MEDAN- Kekhawatiran masyarakat Medan akan dualisme kepengurusan PSMS menjadi kenyataan. Kehadiran Benny Sihotang sebagai ketua umum PSMS versi RALB Hotel Santika, Minggu (21/10) lalu, melanjutkan perpecahan di tubuh klub yang berdiri sejak 1950 itu. Kini ada dua kepengurusan PSMS Medan.

Keduanya merasa benar dengan segala argumentasinya. Apalagi keduanya mendapat dukungan klub anggota yang melebihi kuorum berdasar AD/ART. Indra mengklaim kalau dirinya didukung 27 klub, sementara Benny didukung 25 klub. Jelas ini sebuah keanehan, mengingat jumlah klub anggota PSMS hanya 40.

Artinya, beberapa klub diragukan konsistensinya. Memang beberapa klub dilanda ketidakjelasan kepengurusan klub yang mengakibatkan saling klaim. Mereka pun menyiapkan langkah-langkah. Diantaranya menggelar pertemuan dengan klub-klub yang mendukung. Begitu juga dengan klub-klub yang namanya terdaftar pada RALB Hotel Santika. Pertemuan akan digelar Kamis (25/10) siang di Gedung Mantan PSMS.

“Kami mau undang klub yang mendukung kemarin, sebagai penegasan sikap terhadap kepengurusan PSMS yang diketuai Indra Sakti dan sikap mereka terhadap RALB yang mengatasnamakan PSMS, sekaligus sikap klub kepada pihak-pihak yang mendompleng nama klub,” ujar Bendahara PSMS Medan, Sugeng Rahayu kemarin.

Kemana arahnya? Langkah hukum ke pengadilan menjadi opsi. Artinya, klub-klub diminta ketegasannya dan akan berakhir dengan tuntutan ke pengadilan jika nyeleneh. “Menegaskan bahwa klub PSMS mendukung yang mana. Kalau mereka (klub) tidak mau dan bersedia, buat apa kami lanjutkan mengurusi PSMS. Yang jelas, masalah ini mau kami bawa ke pengadilan,” kata Sugeng.

Memang tak dipungkiri, klub sebagai pemegang suara punya peranan penting atas terjadinya dualisme ini. Jika saja klub konsisten dan kepengurusan klub tidak bermasalah, kondisinya mungkin berbeda.

Bentuk ketegasan itu akan dituangkan di atas kertas segel. Jadi klub-klub tak lagi menunjukkan sikap yang abu-abu. “Intinya, klub akan membuat pernyataan di atas segel. Siapa yang benar, siapa yang salah di sini akan ketahuan,” ungkapnya.

Sebenarnya kubu Indra Sakti telah melaporkan ini ke Polresta Medan. Laporan dilayangkan jika nantinya ada pihak yang mengatasnamakan PSMS tetap menggelar musyawarah pemilihan ketua umum. “Di sini akan ketahuan mana yang asli dan palsu. Kami sudah melaporkan ini ke Kapolresta Medan. Tapi belum ada tindakan dan sepertinya kurang ditanggapi, makanya kami memutuskan membawanya ke pengadillan,” ungkapnya.

Kondisi dualisme itu pula menurut Sugeng yang membuat pihaknya belum meneruskan pembentukan tim. “Kepengurusan juga masih ada masalah seperti ini, melanjutkan tim ini setelah masalahnya selesai,” ucap Sugeng.

Lantas bagaimana tanggapan Ketum PSMS versi RALB, Benny Sihotang? Saat terpilih ia mengaku akan berupaya merangkul kubu Indra Sakti. Benny mengaku tak gentar.  “Silakan saja. Gugat menggugat itu hak warganegara, punya hak. Persija saja saya lihat beritanya seperti itu,” Dirut PD Pasar itu.

Namun Benny berharap ada solusi lain yang lebih persuasif. “Kalau bisa bertemu dengan saudara Indra Sakti, kami siap untuk itu. Kalau bisa dicari jalan ke luar lebih bagus. Besok (hari ini), kami juga akan ke Kebun Bunga jam 10,” pungkasnya. (don)

Dualisme Kepengurusan PSMS Medan

MEDAN- Kekhawatiran masyarakat Medan akan dualisme kepengurusan PSMS menjadi kenyataan. Kehadiran Benny Sihotang sebagai ketua umum PSMS versi RALB Hotel Santika, Minggu (21/10) lalu, melanjutkan perpecahan di tubuh klub yang berdiri sejak 1950 itu. Kini ada dua kepengurusan PSMS Medan.

Keduanya merasa benar dengan segala argumentasinya. Apalagi keduanya mendapat dukungan klub anggota yang melebihi kuorum berdasar AD/ART. Indra mengklaim kalau dirinya didukung 27 klub, sementara Benny didukung 25 klub. Jelas ini sebuah keanehan, mengingat jumlah klub anggota PSMS hanya 40.

Artinya, beberapa klub diragukan konsistensinya. Memang beberapa klub dilanda ketidakjelasan kepengurusan klub yang mengakibatkan saling klaim. Mereka pun menyiapkan langkah-langkah. Diantaranya menggelar pertemuan dengan klub-klub yang mendukung. Begitu juga dengan klub-klub yang namanya terdaftar pada RALB Hotel Santika. Pertemuan akan digelar Kamis (25/10) siang di Gedung Mantan PSMS.

“Kami mau undang klub yang mendukung kemarin, sebagai penegasan sikap terhadap kepengurusan PSMS yang diketuai Indra Sakti dan sikap mereka terhadap RALB yang mengatasnamakan PSMS, sekaligus sikap klub kepada pihak-pihak yang mendompleng nama klub,” ujar Bendahara PSMS Medan, Sugeng Rahayu kemarin.

Kemana arahnya? Langkah hukum ke pengadilan menjadi opsi. Artinya, klub-klub diminta ketegasannya dan akan berakhir dengan tuntutan ke pengadilan jika nyeleneh. “Menegaskan bahwa klub PSMS mendukung yang mana. Kalau mereka (klub) tidak mau dan bersedia, buat apa kami lanjutkan mengurusi PSMS. Yang jelas, masalah ini mau kami bawa ke pengadilan,” kata Sugeng.

Memang tak dipungkiri, klub sebagai pemegang suara punya peranan penting atas terjadinya dualisme ini. Jika saja klub konsisten dan kepengurusan klub tidak bermasalah, kondisinya mungkin berbeda.

Bentuk ketegasan itu akan dituangkan di atas kertas segel. Jadi klub-klub tak lagi menunjukkan sikap yang abu-abu. “Intinya, klub akan membuat pernyataan di atas segel. Siapa yang benar, siapa yang salah di sini akan ketahuan,” ungkapnya.

Sebenarnya kubu Indra Sakti telah melaporkan ini ke Polresta Medan. Laporan dilayangkan jika nantinya ada pihak yang mengatasnamakan PSMS tetap menggelar musyawarah pemilihan ketua umum. “Di sini akan ketahuan mana yang asli dan palsu. Kami sudah melaporkan ini ke Kapolresta Medan. Tapi belum ada tindakan dan sepertinya kurang ditanggapi, makanya kami memutuskan membawanya ke pengadillan,” ungkapnya.

Kondisi dualisme itu pula menurut Sugeng yang membuat pihaknya belum meneruskan pembentukan tim. “Kepengurusan juga masih ada masalah seperti ini, melanjutkan tim ini setelah masalahnya selesai,” ucap Sugeng.

Lantas bagaimana tanggapan Ketum PSMS versi RALB, Benny Sihotang? Saat terpilih ia mengaku akan berupaya merangkul kubu Indra Sakti. Benny mengaku tak gentar.  “Silakan saja. Gugat menggugat itu hak warganegara, punya hak. Persija saja saya lihat beritanya seperti itu,” Dirut PD Pasar itu.

Namun Benny berharap ada solusi lain yang lebih persuasif. “Kalau bisa bertemu dengan saudara Indra Sakti, kami siap untuk itu. Kalau bisa dicari jalan ke luar lebih bagus. Besok (hari ini), kami juga akan ke Kebun Bunga jam 10,” pungkasnya. (don)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/