26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kami Berjanji Masalah Diselesaikan Secara Berkelahi

Beredarnya Video Penganiayaan Siswi di Tebingtinggi

TEBINGTINGGI- Dua pelaku penganiayaan,Silvia Wirda Lubis (17) dan adiknya Naziah Ulfa Lubis (15) Kota Tebingtinggi membantah merekam aksi kekerasan yang mereka lakukan kepada anak Ketua Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Tebingtinggi, Widi Aprilia Cahyani (15) pelajar SMA Negeri 1 dan temannya  Pola Azura Saragih (16) pelajar sekolah KF Tandean Kota Tebingtinggi.

BERI PENJELASAN: Sylvia  Elsa ketika memberi penjelasan  hadapan Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Jumat (2/11).
BERI PENJELASAN: Sylvia dan Elsa ketika memberi penjelasan di hadapan Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Jumat (2/11).
Warga Kampungbicara Jalan Seibabura Kelurahan Pelita Kota Tebingtinggi itu malah menyebutkan teman Widi yang merekam itu.

“Saya enggak pernah merekam melalui handphone, tetapi yang merekam itu justru teman Widi yang bernama Imam yang sudah tidak sekolah lagi,” bilang Sylvia saat ditemui Sumut Pos di Perguruan Ir H Juanda di Jalan Thamrin Kota Tebingtinggi,Jumat (2/11).

Kejadian itu katanya, dipicu saling ejek melalui jejaring sosial twitter dengan perkataan menghina yang ditujukan Sylvia, makanya pelaku langsung ingin bertemu dengan korban.

“Melalui teman, mereka mengajak jumpa langsung, karena mereka  menantang bertemu, kamipun mau juga bertemu dengan perjanjian penyeleseian perkara ini sampai di sini dan jangan sampai kepada pihak kepolisian.Sebenarnya saya yang ingin nmembuat laporan pencemaran nama baik, tetapi Widi meminta permasalan tersebut diselesaikan secara berkelahi,” terang pelajar berkaca mata ini.

Diakui Sylvia, perkelahian itu terjadi di tiga lokasi. Dalam pertemuan itu katanya, Widi dan Pola mengajak banyak teman, seperti Rizky, Imam, Habib dan Delilah. Sementara pihak Sylvia hanya Elsa, Naziah dan Nazma sekolah SMK Negeri 1. “Memang perkelahian itu kami lakukan satu lawan satu, saya berhadapan dengan Widi dan adikku (Naziah) berhadapan dengan Pola, yang melihat itu yang melakukan perekaman dan kami enggak tahu.” bilang Sylvia.
Amatan Sumut Pos melihat anak-anak SMA Ir H Juanda, Syilvia, Elsa dan Naziah terlihat lain penampilannya dibandingkan teman-teman lainnya. Kendati berpakaian jilbab, kuku mereka menggunakan diwarnai biru semua seolah. Saat ditanya Syilvia dan Elsa memiliki kelompok tertentu di sekolah, mereka membantah. “Bukan punya geng pak, tetapi ini hanya dendam di jejeraing sosial tentang ejekan luntang,”katanya.

Sementara itu Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Sahat Parangin-Angin meminta kepada anak didiknya agar selalu menjaga nama baik sekolah serta jangan lagi mengulangi perbuatan yang terpuji itu. Apabia terbukti mengulangi perbuatan itu maka pihak sekolah akan memecat mereka. “Kalau terbukti secara hukum tindakan kriminal,kita akan mengeluarkan dari sekolah,” tegas Sahat.

Sementara itu, Widi yang didampingi ayahnya, Mahyan Zuhri, Ketua Fraksi Golkar Anggota DPRD Tebingtinggi saat ditemui di RS Sri Pamela menuturkan bahwa belum ada upaya pendekatan dari keluarga mereka (terlapor) untuk melakukan perdamaian. “Kalau kami meminta agar pihak kepolisian mengungkap kasus penganiayaan kekerasan terhadap anak saya (Widi) dan temannya Pola agar pelaku ditangkap. Perdaiaman itu belum ada,yang pasti polisi harus menangkap baru bisa ada jalur perdamaian,”kata Mahyan.(mag-3)

Beredarnya Video Penganiayaan Siswi di Tebingtinggi

TEBINGTINGGI- Dua pelaku penganiayaan,Silvia Wirda Lubis (17) dan adiknya Naziah Ulfa Lubis (15) Kota Tebingtinggi membantah merekam aksi kekerasan yang mereka lakukan kepada anak Ketua Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Tebingtinggi, Widi Aprilia Cahyani (15) pelajar SMA Negeri 1 dan temannya  Pola Azura Saragih (16) pelajar sekolah KF Tandean Kota Tebingtinggi.

BERI PENJELASAN: Sylvia  Elsa ketika memberi penjelasan  hadapan Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Jumat (2/11).
BERI PENJELASAN: Sylvia dan Elsa ketika memberi penjelasan di hadapan Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Jumat (2/11).
Warga Kampungbicara Jalan Seibabura Kelurahan Pelita Kota Tebingtinggi itu malah menyebutkan teman Widi yang merekam itu.

“Saya enggak pernah merekam melalui handphone, tetapi yang merekam itu justru teman Widi yang bernama Imam yang sudah tidak sekolah lagi,” bilang Sylvia saat ditemui Sumut Pos di Perguruan Ir H Juanda di Jalan Thamrin Kota Tebingtinggi,Jumat (2/11).

Kejadian itu katanya, dipicu saling ejek melalui jejaring sosial twitter dengan perkataan menghina yang ditujukan Sylvia, makanya pelaku langsung ingin bertemu dengan korban.

“Melalui teman, mereka mengajak jumpa langsung, karena mereka  menantang bertemu, kamipun mau juga bertemu dengan perjanjian penyeleseian perkara ini sampai di sini dan jangan sampai kepada pihak kepolisian.Sebenarnya saya yang ingin nmembuat laporan pencemaran nama baik, tetapi Widi meminta permasalan tersebut diselesaikan secara berkelahi,” terang pelajar berkaca mata ini.

Diakui Sylvia, perkelahian itu terjadi di tiga lokasi. Dalam pertemuan itu katanya, Widi dan Pola mengajak banyak teman, seperti Rizky, Imam, Habib dan Delilah. Sementara pihak Sylvia hanya Elsa, Naziah dan Nazma sekolah SMK Negeri 1. “Memang perkelahian itu kami lakukan satu lawan satu, saya berhadapan dengan Widi dan adikku (Naziah) berhadapan dengan Pola, yang melihat itu yang melakukan perekaman dan kami enggak tahu.” bilang Sylvia.
Amatan Sumut Pos melihat anak-anak SMA Ir H Juanda, Syilvia, Elsa dan Naziah terlihat lain penampilannya dibandingkan teman-teman lainnya. Kendati berpakaian jilbab, kuku mereka menggunakan diwarnai biru semua seolah. Saat ditanya Syilvia dan Elsa memiliki kelompok tertentu di sekolah, mereka membantah. “Bukan punya geng pak, tetapi ini hanya dendam di jejeraing sosial tentang ejekan luntang,”katanya.

Sementara itu Kepsek SMA Ir H Juanda Kota Tebingtinggi, Sahat Parangin-Angin meminta kepada anak didiknya agar selalu menjaga nama baik sekolah serta jangan lagi mengulangi perbuatan yang terpuji itu. Apabia terbukti mengulangi perbuatan itu maka pihak sekolah akan memecat mereka. “Kalau terbukti secara hukum tindakan kriminal,kita akan mengeluarkan dari sekolah,” tegas Sahat.

Sementara itu, Widi yang didampingi ayahnya, Mahyan Zuhri, Ketua Fraksi Golkar Anggota DPRD Tebingtinggi saat ditemui di RS Sri Pamela menuturkan bahwa belum ada upaya pendekatan dari keluarga mereka (terlapor) untuk melakukan perdamaian. “Kalau kami meminta agar pihak kepolisian mengungkap kasus penganiayaan kekerasan terhadap anak saya (Widi) dan temannya Pola agar pelaku ditangkap. Perdaiaman itu belum ada,yang pasti polisi harus menangkap baru bisa ada jalur perdamaian,”kata Mahyan.(mag-3)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/