26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Biaya Perawatan dari Hasil Uluran Tangan Penziarah

Mengunjungi Makam Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau

Makam Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau Medan, tepat di depan Rumah Sakit Putri Hijau merupakan satu makam bersejarah di Kota Medan. Seperti apa?

M Sahbainy N., Medan

KUBURAN BERSEJARAH:Kuburan Syekh Bachrani  Jalan Putri Hijau.//sumut pos/ist
KUBURAN BERSEJARAH:Kuburan Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau.//sumut pos/ist

Memasuki kawasan kuburan terdapat bangunan rumah peninggalan Belandan Bangungan itu terhimpit kedai berdinding tepas yang merupakan rumah juru kunci kuburan. Dari luas bangunan kuburan 50×20 meter per segi ada dua kuburan bersejarah yang terlihat bersih dan terawat. Kuburan dikelambui dan ada bendera. Di dinding bangunan ada tertulis nama-nama juru kunci seperti Kyai munowar, Haji Abdul Gani, Haji, Ahmad Bachri, Haji Muhammad Noer Abdul Aziz Noer.

“Di dalam kuburan itu ada dua kuburan, tapi yang di dalam kuburan itu cuma satu orang, karena pada zaman dahulu anak murid dari syekh ini memindahkan dengan alasan tertentu,” kata juru kunci makam, Novi Nasution (60).

Menurut juru kunci makan yang sudah 25 tahun bertugas itu, Syekh Bachrani berasal dari Negeri Syam (sekarang wilayah negeri Syam telah terbagi menjadi empat negara yaitu Palestina, Yordania, Suriah dan Libanon). Dia wafat di Kota Medan tahun 1716 Masehi tutup usia 200 tahun.
Novi menjelaskan Syekh Bachrani merupakan seorang yang mengembangkan ajaran Islam ke Medan dan seorang pedangan peralatan salat dan Al-quran. Syekh Bachrani dan beberapa anak muridnya berpencar ke segala penjuru nusantara.
“Syekh Bachrani punya guru besar Syekh Kyai Masyur Cikaduwen,”katanya.

Dalam perjalanannya masuk ke Medan Syekh Bachrani dan teman-temannya melalui jalur laut. Di kapal dia sering diganggu perompak.
“Beliau berangkat dari Banten menuju Belawan memakai kapal lancang kuning,” ucapnya.

Kemudian, katanya, Syekh Bachrani menetap di Kota Medan. Sampai akhirnya meninggal dunia.

Menurutnya, pengunjung yang datang berziarah ke makam bermacam-macam mulai anak sekolah, pegawai swasta maupun negeri, anggota dewan dan lainnya. Ada juga datang dari luar daerah seperti Padang, Jakarta, Aceh, Surabaya, Siantar, Tapsel dan daerah lainnya.
“Ada juga penziarah yang berasal dari Pakistan, Belanda dan Jerman,”katanya.

Novi mengaku, belum ada bantuan pemerintah untuk melestarikan makam sejarah itu. Novi mengatakan untuk merawat aset sejarah ini ia hanya mendapat dari pemberian para penziarah. Dia mengharapkan pemerintah melestarikannya. (*)

Mengunjungi Makam Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau

Makam Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau Medan, tepat di depan Rumah Sakit Putri Hijau merupakan satu makam bersejarah di Kota Medan. Seperti apa?

M Sahbainy N., Medan

KUBURAN BERSEJARAH:Kuburan Syekh Bachrani  Jalan Putri Hijau.//sumut pos/ist
KUBURAN BERSEJARAH:Kuburan Syekh Bachrani di Jalan Putri Hijau.//sumut pos/ist

Memasuki kawasan kuburan terdapat bangunan rumah peninggalan Belandan Bangungan itu terhimpit kedai berdinding tepas yang merupakan rumah juru kunci kuburan. Dari luas bangunan kuburan 50×20 meter per segi ada dua kuburan bersejarah yang terlihat bersih dan terawat. Kuburan dikelambui dan ada bendera. Di dinding bangunan ada tertulis nama-nama juru kunci seperti Kyai munowar, Haji Abdul Gani, Haji, Ahmad Bachri, Haji Muhammad Noer Abdul Aziz Noer.

“Di dalam kuburan itu ada dua kuburan, tapi yang di dalam kuburan itu cuma satu orang, karena pada zaman dahulu anak murid dari syekh ini memindahkan dengan alasan tertentu,” kata juru kunci makam, Novi Nasution (60).

Menurut juru kunci makan yang sudah 25 tahun bertugas itu, Syekh Bachrani berasal dari Negeri Syam (sekarang wilayah negeri Syam telah terbagi menjadi empat negara yaitu Palestina, Yordania, Suriah dan Libanon). Dia wafat di Kota Medan tahun 1716 Masehi tutup usia 200 tahun.
Novi menjelaskan Syekh Bachrani merupakan seorang yang mengembangkan ajaran Islam ke Medan dan seorang pedangan peralatan salat dan Al-quran. Syekh Bachrani dan beberapa anak muridnya berpencar ke segala penjuru nusantara.
“Syekh Bachrani punya guru besar Syekh Kyai Masyur Cikaduwen,”katanya.

Dalam perjalanannya masuk ke Medan Syekh Bachrani dan teman-temannya melalui jalur laut. Di kapal dia sering diganggu perompak.
“Beliau berangkat dari Banten menuju Belawan memakai kapal lancang kuning,” ucapnya.

Kemudian, katanya, Syekh Bachrani menetap di Kota Medan. Sampai akhirnya meninggal dunia.

Menurutnya, pengunjung yang datang berziarah ke makam bermacam-macam mulai anak sekolah, pegawai swasta maupun negeri, anggota dewan dan lainnya. Ada juga datang dari luar daerah seperti Padang, Jakarta, Aceh, Surabaya, Siantar, Tapsel dan daerah lainnya.
“Ada juga penziarah yang berasal dari Pakistan, Belanda dan Jerman,”katanya.

Novi mengaku, belum ada bantuan pemerintah untuk melestarikan makam sejarah itu. Novi mengatakan untuk merawat aset sejarah ini ia hanya mendapat dari pemberian para penziarah. Dia mengharapkan pemerintah melestarikannya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/