25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Bekerja Sambil Membantu

dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K). Pemilik Grand Madani Clinic

Gaya bicaranya lemah lembut, sopan dan rapi dalam penampilan. Dia adalah dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K). Pemilik Grand Madani Clinic (GMC) Jalan Setia Budi ini, tidak pernah berhenti berkarya dalam dunia kesehatan. Apalagi dalam hidup Farhan menjadi dokter adalah pekerjaan mulia yakni bekerja sambil membantu orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)
dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)

Berikut petikan wawancara wartawan koran ini, Adi Candra Sirait dengan dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K) di sela-sela peresmian GMC, Sabtu (9/11).

Kenapa Anda bercita-cita sebagai dokter?

Dokter adalah profesi mulia. Selain sebagai salah satu jalan untuk mendapatkan uang, menjadi dokter juga bisa membantu orang lain. Sebagai contoh jika ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, maka kita sebagai dokter bisa menolongnya tanpa harus mendapatkan imbalan. Jadi berangkat dari kondisi inilah sejak SMA saya bercita-cita menjadi dokter.

Apakah Anda berasal dari keluarga dokter?

Tidak. Saya anak sulung dari enam bersaudara. Kedua orang tua saya bukan dokter. Namun sekarang saya berserta satu adik saya menjadi dokter, hanya saja adik saya itu bertugas di luar negeri. Tak hanya itu istri saya dr Elvita Rahmi Daulay M Ked (Rad) Sp Rad juga seorang dokter. Bahkan anak saya ada empat orang juga bercita-cita menjadi dokter. Jadi kami bisa dibilang sekarang ini menjadi keluarga yang suka di bidang kesehatan.

Apa kesan Anda menjadi dokter?

Ada, yang paling berkesan bagi saya adalah saat bertugas menjadi dokter di Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussaam (NAD). Pada saat itu satu tahun bertugas Aceh bergejolak tepatnya tahun 1999. Banyak dokter yang ditugaskan dari Depkes RI  tidak tahan dengan situasi keamanan yang tidak menentu. Penculikan, penembakan menjadi pemandangan setiap hari. Memang sepintas saya juga merasakan ketakutan, tetapi untungnya masyarakat yang ada di lingkungan saya sangat mendukung. Mereka tidak ingin saya meninggalkan desa mereka.
Jadi inilah yang menjadi penyemangat saya bertugas di Pidie. Luar biasa rasanya pada waktu itu menjadi dokter yang dicintai oleh masyarakat.

Lantas apa yang menjadi resepnya agar dicintai masyarakat?

Wah tidak banyak. Seperti yang saya katakan tadi. Menjadi dokter tidak semata-mata pekerjaan untuk mendapatkan uang. Tetapi di sana ada fungsi pengabdian masyarakat. Dimana membantu masyarakat membutuhkan, memberikan pelayanan kesehatan yang prima, dan tanggap. Ramah kepada semua pasien. Inilah kunci sukses menjadi. Selain itu saat ini juga saya aktif menjadi dosen di Fakultas Kedokteran USU. Menjadi dosen ini juga pengabdian yakni mendidik generasi muda bidang kesehatan yang handal. Jadi banyak fungsi sosial di dunia kedokteran ini.

Kenapa Anda berniat membuat GMC ini?

Betul. Saya mencermati dan mengikuti sekali perkembangan dunia kesehatan baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa tahun belakangan ini dan bahkan sampai saat ini trend masyarakat untuk berobat ke luar negeri sangat besar. Ini disebabkan berbagai faktor semisal pelayanan yang kurang maksimal, alat yang kurang canggih dan lain sebagainya. Berangkat dari penomena inilah saya dengan bantuan teman-teman memberanikan diri untuk membuka GMC ini.

Seperti apa kualitas GMC?

Untuk tahap awal ini GMC memiliki 43 dokter mulai dari dokter umum dan berbagai dokter spesialis. Selain kualitas dokter yang tidak diragukan lagi, peralatan yang ada di GMC juga sudah bertaraf internasional. Sebagai contoh untuk klinik spesialis obstetric and gynaecology dilengkapi dengan USG empat dimensi sehingga bisa melihat kelainan-kelainan pertumbuhan organ dan permukaan tubuh janin serta dapat mentafsirkan tanggal dan metode persalinan. Selain ada juga lain semisal echocardiography NIBP monitor dan lain sebagainya. Semuanya sudah berstandar internasional. Jadi dengan berobat di GMC akan dapat menekan biaya perobatan jika di bandingkan berobat ke luar negeri.

Bagaimana respon masyarakat?

Alhamdulillah. dari undangan yang kita sebar semua teman-teman yang kita undang hadir untuk menyaksikan grand opening GMC ini. Mereka semua melihat fasilitas yang ada di GMC ini. Responnya sangat bagus dan paling tidak harapan kita ke depan GMC ini bisa menjadi salah satu alternatif tujuan untuk berobat bagi masyarakat Kota Medan khususnya dan bahkan luar Kota Medan umumnya. Mulai dari pagi hari acara grand opening hingga sore hari, para tamu-tamu silih berganti datang untuk memberikan ucapan selamat dan melihat fasilitas yang ada di GMC ini. (*)

[table caption=”Biodata” delimiter=”:”]

Nama    :    dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)
Kelahiran    :    Medan, 16 Maret 1970
Istri    :    dr Elvita Rahmi Daulay  M Ked (Rad) Sp Rad
Pekerjaan    :     Dosen FK USU
: Pemilik Grand Madani
:  Clinic Jalan Setia Budi Medan
Anak    :    4 Orang
:   1. M Haykal Farhan
:    2. M Fauzi Farhan
:   3. M Fauzan Farhan
:   4. M Hafiz Farhan

[/table]

Suka Traveling

Di tengah kesibukannya menjadi dosen Fakultas Kedokteran USU, bapak empat anak ini ternyata punya hobi traveling.  Peraih predikat konsultan termuda bidang THT ini bilang dengan traveling akan banyak pengalaman yang diraih.
“Kalau untuk Indonesia hampir semua daerah sudah saya jalani. Kalau ndak salah tinggal daerah Iran Jaya saja yang belum saya datangi,” ungkap Farhan.

Dia menjelaskan selain dalam negeri, luar negeri juga sudah dijalaninya. Bahkan untuk negera-negara tetangga semisal Malaysia, Thailand, Singapura dan lain sebagainya sudah dikunjunginya berulang kali.  “Setiap saya traveling saya akan melihat sesuatu yang baru. Jadi sesuatu yang  baru itu akan saya adopsi di tanah air terutama perkembangan bidang kesehatan,” ungkap Farhan.

Bagi Farhan meniru sesuatu yang baik dari negera orang tidak menjadi masalah, apalagi hal itu adalah sesuatu kebaikan yang akan bermanfaat jika diterapkan di tanah air. “Biasanya kalau traveling ini selain sendiri, bisa juga bersama keluarga dan bahkan dengan teman-teman,” kata Farhan.
Lalu bagaimana cara Anda berbagai dengan keluarga? Ditanya begitu penggemar hobi olahraga berenang ini menjadi dengan keluarga dia sudah menyisihkan waktu tersendiri. Setiap Sabtu dan Minggu Farhan tidak ada aktivitas mengajar di kampus. Bahkan aktivitas lain sedini mungkin ditunda demi keluarga.  (dra)

dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K). Pemilik Grand Madani Clinic

Gaya bicaranya lemah lembut, sopan dan rapi dalam penampilan. Dia adalah dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K). Pemilik Grand Madani Clinic (GMC) Jalan Setia Budi ini, tidak pernah berhenti berkarya dalam dunia kesehatan. Apalagi dalam hidup Farhan menjadi dokter adalah pekerjaan mulia yakni bekerja sambil membantu orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)
dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)

Berikut petikan wawancara wartawan koran ini, Adi Candra Sirait dengan dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K) di sela-sela peresmian GMC, Sabtu (9/11).

Kenapa Anda bercita-cita sebagai dokter?

Dokter adalah profesi mulia. Selain sebagai salah satu jalan untuk mendapatkan uang, menjadi dokter juga bisa membantu orang lain. Sebagai contoh jika ada masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, maka kita sebagai dokter bisa menolongnya tanpa harus mendapatkan imbalan. Jadi berangkat dari kondisi inilah sejak SMA saya bercita-cita menjadi dokter.

Apakah Anda berasal dari keluarga dokter?

Tidak. Saya anak sulung dari enam bersaudara. Kedua orang tua saya bukan dokter. Namun sekarang saya berserta satu adik saya menjadi dokter, hanya saja adik saya itu bertugas di luar negeri. Tak hanya itu istri saya dr Elvita Rahmi Daulay M Ked (Rad) Sp Rad juga seorang dokter. Bahkan anak saya ada empat orang juga bercita-cita menjadi dokter. Jadi kami bisa dibilang sekarang ini menjadi keluarga yang suka di bidang kesehatan.

Apa kesan Anda menjadi dokter?

Ada, yang paling berkesan bagi saya adalah saat bertugas menjadi dokter di Puskesmas Meureudu Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussaam (NAD). Pada saat itu satu tahun bertugas Aceh bergejolak tepatnya tahun 1999. Banyak dokter yang ditugaskan dari Depkes RI  tidak tahan dengan situasi keamanan yang tidak menentu. Penculikan, penembakan menjadi pemandangan setiap hari. Memang sepintas saya juga merasakan ketakutan, tetapi untungnya masyarakat yang ada di lingkungan saya sangat mendukung. Mereka tidak ingin saya meninggalkan desa mereka.
Jadi inilah yang menjadi penyemangat saya bertugas di Pidie. Luar biasa rasanya pada waktu itu menjadi dokter yang dicintai oleh masyarakat.

Lantas apa yang menjadi resepnya agar dicintai masyarakat?

Wah tidak banyak. Seperti yang saya katakan tadi. Menjadi dokter tidak semata-mata pekerjaan untuk mendapatkan uang. Tetapi di sana ada fungsi pengabdian masyarakat. Dimana membantu masyarakat membutuhkan, memberikan pelayanan kesehatan yang prima, dan tanggap. Ramah kepada semua pasien. Inilah kunci sukses menjadi. Selain itu saat ini juga saya aktif menjadi dosen di Fakultas Kedokteran USU. Menjadi dosen ini juga pengabdian yakni mendidik generasi muda bidang kesehatan yang handal. Jadi banyak fungsi sosial di dunia kedokteran ini.

Kenapa Anda berniat membuat GMC ini?

Betul. Saya mencermati dan mengikuti sekali perkembangan dunia kesehatan baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa tahun belakangan ini dan bahkan sampai saat ini trend masyarakat untuk berobat ke luar negeri sangat besar. Ini disebabkan berbagai faktor semisal pelayanan yang kurang maksimal, alat yang kurang canggih dan lain sebagainya. Berangkat dari penomena inilah saya dengan bantuan teman-teman memberanikan diri untuk membuka GMC ini.

Seperti apa kualitas GMC?

Untuk tahap awal ini GMC memiliki 43 dokter mulai dari dokter umum dan berbagai dokter spesialis. Selain kualitas dokter yang tidak diragukan lagi, peralatan yang ada di GMC juga sudah bertaraf internasional. Sebagai contoh untuk klinik spesialis obstetric and gynaecology dilengkapi dengan USG empat dimensi sehingga bisa melihat kelainan-kelainan pertumbuhan organ dan permukaan tubuh janin serta dapat mentafsirkan tanggal dan metode persalinan. Selain ada juga lain semisal echocardiography NIBP monitor dan lain sebagainya. Semuanya sudah berstandar internasional. Jadi dengan berobat di GMC akan dapat menekan biaya perobatan jika di bandingkan berobat ke luar negeri.

Bagaimana respon masyarakat?

Alhamdulillah. dari undangan yang kita sebar semua teman-teman yang kita undang hadir untuk menyaksikan grand opening GMC ini. Mereka semua melihat fasilitas yang ada di GMC ini. Responnya sangat bagus dan paling tidak harapan kita ke depan GMC ini bisa menjadi salah satu alternatif tujuan untuk berobat bagi masyarakat Kota Medan khususnya dan bahkan luar Kota Medan umumnya. Mulai dari pagi hari acara grand opening hingga sore hari, para tamu-tamu silih berganti datang untuk memberikan ucapan selamat dan melihat fasilitas yang ada di GMC ini. (*)

[table caption=”Biodata” delimiter=”:”]

Nama    :    dr Farhan M Ked (ORL-HNS) Sp THT KL (K)
Kelahiran    :    Medan, 16 Maret 1970
Istri    :    dr Elvita Rahmi Daulay  M Ked (Rad) Sp Rad
Pekerjaan    :     Dosen FK USU
: Pemilik Grand Madani
:  Clinic Jalan Setia Budi Medan
Anak    :    4 Orang
:   1. M Haykal Farhan
:    2. M Fauzi Farhan
:   3. M Fauzan Farhan
:   4. M Hafiz Farhan

[/table]

Suka Traveling

Di tengah kesibukannya menjadi dosen Fakultas Kedokteran USU, bapak empat anak ini ternyata punya hobi traveling.  Peraih predikat konsultan termuda bidang THT ini bilang dengan traveling akan banyak pengalaman yang diraih.
“Kalau untuk Indonesia hampir semua daerah sudah saya jalani. Kalau ndak salah tinggal daerah Iran Jaya saja yang belum saya datangi,” ungkap Farhan.

Dia menjelaskan selain dalam negeri, luar negeri juga sudah dijalaninya. Bahkan untuk negera-negara tetangga semisal Malaysia, Thailand, Singapura dan lain sebagainya sudah dikunjunginya berulang kali.  “Setiap saya traveling saya akan melihat sesuatu yang baru. Jadi sesuatu yang  baru itu akan saya adopsi di tanah air terutama perkembangan bidang kesehatan,” ungkap Farhan.

Bagi Farhan meniru sesuatu yang baik dari negera orang tidak menjadi masalah, apalagi hal itu adalah sesuatu kebaikan yang akan bermanfaat jika diterapkan di tanah air. “Biasanya kalau traveling ini selain sendiri, bisa juga bersama keluarga dan bahkan dengan teman-teman,” kata Farhan.
Lalu bagaimana cara Anda berbagai dengan keluarga? Ditanya begitu penggemar hobi olahraga berenang ini menjadi dengan keluarga dia sudah menyisihkan waktu tersendiri. Setiap Sabtu dan Minggu Farhan tidak ada aktivitas mengajar di kampus. Bahkan aktivitas lain sedini mungkin ditunda demi keluarga.  (dra)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/