25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Saat Menutup Kios, Tangan Saya Terjepit dan Berdarah

Cerita di Balik Kebakaran Pasar Sambu

Kobaran api yang menghanguskan 13 ruko dan 80 kios monza di Pasar Tradisional Jalan Rupat Sambu Kecamatan Medan Timur, Jumat (23/11) sekira pukul 23.45 WIB, membuat para pedagang kehilangan mata pencaharian. Semuanya tak bersisa lagi.

Farida Noris, Medan

PUING: Pedagang mengangkat sisa barang  puing-puing.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
PUING: Pedagang mengangkat sisa barang di puing-puing.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Api dari kebakaran di Pasar Sambu baru berhasil dipadamkan hingga pukul 05.00 WIBn
Sabtu (24/11). Berharap secercah harapan, para pedagang terus menggali di tumpukan baju bekas yang telah hangus terbakar.

“Apapun tak ada, dek. Hanger (gantungan baju) nya aja pun tak bersisa, hangus semua. Duit ku di dompet pun tinggal lima ribu. Nggak tahu lah nanti mau makan apa. Itulah tempat cari makan kami. Duit nggak ada di tangan, modal habis,” ujar Sri Dewi, salah seorang pedagang baju monza.
Dirinya sendiri mengetahui kebakaran tersebut pada pukul 12.00 WIB dini hari.

“Ada kawan yang nelepon saya. Dia bilang, ada kebakaran di Sambu, coba lihat dulu mana tahu kios pakaian kamu kena. Habis itu saya langsung ajak suami ke sana. Tapi, kata suami saya besok pagi ajalah, karena dia takut banyak razia yang dilakukan polisi malam hari. Paginya sekira pukul 05.00 WIB saya naik angkot. Saya lihat apinya masih besar, saya nggak bisa berbuat apa-apa lagi,” ucap Dewi, sembari menangis.

Dewi menyebutkan, akibat kebakaran tersebut, kerugian yang dialaminya mencapai Rp10 juta.

“Padahal baru lagi saya belanja. Ada tiga bal pakaian punya saya itu. Kios saya letaknya di tengah-tengah. Bukan saya aja, mayoritas pedagang di sini memang baru belanja. Bajunya untuk dijual pada Sabtu dan Minggu. Karena pada hari itulah banyak pembeli,” ujarnya dan dibenarkan para pedagang lainnya.

Wanita yang tinggal di Kawasan Simpang Limun Jalan Selamat, Gang Amal ini mengaku selama 10 tahun berdagang pakaian bekas, baru inilah peristiwa naas tersebut menimpa mereka.

“Sebelum peristiwa kebakaran itu, perasaan saya sudah nggak enak. Pas mau menutup kios, tangan saya terjepit dan berdarah. Dalam hati saya bertanya, ini kenapa ya, kok nggak enak kali saya rasa. Ternyata inilah kejadiannya,” urainya.

Akibat kebakaran itu, Dewi pun lebih memilih menunggu adanya bantuan untuk modal usahanya. Terlihat Dewi bersama para pedagang lainnya duduk di atas tumpukan pakaian bekas yang terbakar.

“Saya ikut gabung sama kawan ajalah dulu, belum tahu nasib gimana,” ujarnya kembali.
Pedagang lainnya, Sihar Silalahi mengaku, berjualan sejak 10 tahun silam di lokasi tersebut. Bahkan, dirinya Jumat sore baru berbelanja keperluan berdagang. Pria yang tinggal di kawasan Stadion Teladan Medan ini mengatakan, akibat kebakaran kerugian yang dialaminya mencapai Rp30 juta rupiah.

“Saya di sini jualan pakaian dalam, kaos kaki dan singlet. Semua terbakar. Tidak ada yang tersisa. Para pedagang baru belanja semua, termasuk saya Jumat sore barang baru datang. Cemana mau dibilang lagi. Semuanya sudah terbakar,” ujarnya.

Sihar menjelaskan, dirinya mendengar informasi kebakaran dari beberapa temannya sesama pedagang. Malam itu juga dia langsung ke lokasi. Namun, besarnya api tidak memungkinnya untuk menyelamatkan barang dagangannya lagi.

“Ketika saya datang tadi malam, kanopi dari penjual mie pansit di depan itu saja sampai meleleh saking panasnya api,” ungkapnya.

Sementara, kedatangan anggota DPD RI Parlindungan Purba di lokasi Sabtu kemarin, menarik perhatian para pedagang. Para pedagang lantas meminta kepadanya agara diberi perhatian agar bisa berdagang lagi.

“Lihatlah pak, dagangan kami ludes terbakar. Habis semua nggak bersisa. Bagaimanalah nasib kami ini,” ujar ibu-ibu menyampaikan permohonannya kepada Parlindungan Purba.
Parlindungan yang dimintai keterangannya mengaku, setelah bertemu dengan para pedagang, ditemui kesepakatan bahwa pada Senin, 26 November 2012 mendatang, akan ada pertemuan antara perwakilan pedagang, pemerintah dan koperasi yang mengelola para pedagang di Pasar Sambu.

“Jam 11.00 WIB hari Senin (hari ini) kami akan bertemu di sini untuk mendiskusikan hal ini. Saya ke sini karena tadi melihat beberapa media lokal, sekaligus menunjukkan rasa keprihatinan saya. Bagaimana pun, mereka ini pedagang dan dari mereka sektor ekonomi kecil bisa ditopang,” ungkap Ketua Apindo Sumut tersebut.

Dari pantauan di lokasi hingga pukul 11.45 WIB hari itu, meski puluhan kios sudah padam, tetap saja ada dua unit ruko yang masih berusaha dipadamkan oleh petugas pemadam. Asap pun masih terlihat dari kedua ruko. Sehingga Pemadam Kebakaran terus saja menyemprotkan air. Bahkan mereka terus berjaga hingga pukul 12.00 WIB lewat. Informasi yang dihimpun melalui beberapa petugas pemadam kebakaran, hampir seluruh mobil pemadam Pemko Medan dikerahkan ke lokasi.

Dari penuturan mereka, sulitnya api dipadamkan dikarenakan barang-barang seperti plastik, kain dan kayu-kayu sangat banyak di lokasi. Belum lagi beberapa ruko yang pintunya tertutup, membuat akses petugas sedikit sulit.

“Sedikitnya 20 mobil kebakaran diturunkan dari wilayah Kawasan Industri Medan (KIM), Belawan dan Amplas secara berganti-gantian. Kami ini yang piket pagi. Tadi malam yang turun shif malam. Terus bergantian kami bekerja. Lebih lima kali bolak-balik mobil datang kemari untuk memadamkan api,” ujar seorang petugas.

Kanit Reskrim Polsek Medan Timur, AKP Ridwan yang ada di lokasi, saat dimintai komentarnya menjelaskan, api sebenarnya sudah padam pada pukul 05.00 WIB, Sabtu dini hari. Kebakaran terjadi sekitar pukul 23.45 WIB, di mana pada saat kejadian ada dua orang petugas jaga malam masing-masing bernama Harmoko Manulang (22) dan Pulo Harapan Tambunan (37).

“Asal api masih diselidiki sampai sekarang. Korban jiwa belum ada. Penjaga malam dua orang. Sewaktu kejadian mereka duduk di dekat monza dan melihat ada asap. Kerugian belum bisa ditaksir. Akibat kebakaran ini, menghanguskan 13 unit Ruko dan 80 kios pedagang,” ungkapnya. (*)

Cerita di Balik Kebakaran Pasar Sambu

Kobaran api yang menghanguskan 13 ruko dan 80 kios monza di Pasar Tradisional Jalan Rupat Sambu Kecamatan Medan Timur, Jumat (23/11) sekira pukul 23.45 WIB, membuat para pedagang kehilangan mata pencaharian. Semuanya tak bersisa lagi.

Farida Noris, Medan

PUING: Pedagang mengangkat sisa barang  puing-puing.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
PUING: Pedagang mengangkat sisa barang di puing-puing.//TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Api dari kebakaran di Pasar Sambu baru berhasil dipadamkan hingga pukul 05.00 WIBn
Sabtu (24/11). Berharap secercah harapan, para pedagang terus menggali di tumpukan baju bekas yang telah hangus terbakar.

“Apapun tak ada, dek. Hanger (gantungan baju) nya aja pun tak bersisa, hangus semua. Duit ku di dompet pun tinggal lima ribu. Nggak tahu lah nanti mau makan apa. Itulah tempat cari makan kami. Duit nggak ada di tangan, modal habis,” ujar Sri Dewi, salah seorang pedagang baju monza.
Dirinya sendiri mengetahui kebakaran tersebut pada pukul 12.00 WIB dini hari.

“Ada kawan yang nelepon saya. Dia bilang, ada kebakaran di Sambu, coba lihat dulu mana tahu kios pakaian kamu kena. Habis itu saya langsung ajak suami ke sana. Tapi, kata suami saya besok pagi ajalah, karena dia takut banyak razia yang dilakukan polisi malam hari. Paginya sekira pukul 05.00 WIB saya naik angkot. Saya lihat apinya masih besar, saya nggak bisa berbuat apa-apa lagi,” ucap Dewi, sembari menangis.

Dewi menyebutkan, akibat kebakaran tersebut, kerugian yang dialaminya mencapai Rp10 juta.

“Padahal baru lagi saya belanja. Ada tiga bal pakaian punya saya itu. Kios saya letaknya di tengah-tengah. Bukan saya aja, mayoritas pedagang di sini memang baru belanja. Bajunya untuk dijual pada Sabtu dan Minggu. Karena pada hari itulah banyak pembeli,” ujarnya dan dibenarkan para pedagang lainnya.

Wanita yang tinggal di Kawasan Simpang Limun Jalan Selamat, Gang Amal ini mengaku selama 10 tahun berdagang pakaian bekas, baru inilah peristiwa naas tersebut menimpa mereka.

“Sebelum peristiwa kebakaran itu, perasaan saya sudah nggak enak. Pas mau menutup kios, tangan saya terjepit dan berdarah. Dalam hati saya bertanya, ini kenapa ya, kok nggak enak kali saya rasa. Ternyata inilah kejadiannya,” urainya.

Akibat kebakaran itu, Dewi pun lebih memilih menunggu adanya bantuan untuk modal usahanya. Terlihat Dewi bersama para pedagang lainnya duduk di atas tumpukan pakaian bekas yang terbakar.

“Saya ikut gabung sama kawan ajalah dulu, belum tahu nasib gimana,” ujarnya kembali.
Pedagang lainnya, Sihar Silalahi mengaku, berjualan sejak 10 tahun silam di lokasi tersebut. Bahkan, dirinya Jumat sore baru berbelanja keperluan berdagang. Pria yang tinggal di kawasan Stadion Teladan Medan ini mengatakan, akibat kebakaran kerugian yang dialaminya mencapai Rp30 juta rupiah.

“Saya di sini jualan pakaian dalam, kaos kaki dan singlet. Semua terbakar. Tidak ada yang tersisa. Para pedagang baru belanja semua, termasuk saya Jumat sore barang baru datang. Cemana mau dibilang lagi. Semuanya sudah terbakar,” ujarnya.

Sihar menjelaskan, dirinya mendengar informasi kebakaran dari beberapa temannya sesama pedagang. Malam itu juga dia langsung ke lokasi. Namun, besarnya api tidak memungkinnya untuk menyelamatkan barang dagangannya lagi.

“Ketika saya datang tadi malam, kanopi dari penjual mie pansit di depan itu saja sampai meleleh saking panasnya api,” ungkapnya.

Sementara, kedatangan anggota DPD RI Parlindungan Purba di lokasi Sabtu kemarin, menarik perhatian para pedagang. Para pedagang lantas meminta kepadanya agara diberi perhatian agar bisa berdagang lagi.

“Lihatlah pak, dagangan kami ludes terbakar. Habis semua nggak bersisa. Bagaimanalah nasib kami ini,” ujar ibu-ibu menyampaikan permohonannya kepada Parlindungan Purba.
Parlindungan yang dimintai keterangannya mengaku, setelah bertemu dengan para pedagang, ditemui kesepakatan bahwa pada Senin, 26 November 2012 mendatang, akan ada pertemuan antara perwakilan pedagang, pemerintah dan koperasi yang mengelola para pedagang di Pasar Sambu.

“Jam 11.00 WIB hari Senin (hari ini) kami akan bertemu di sini untuk mendiskusikan hal ini. Saya ke sini karena tadi melihat beberapa media lokal, sekaligus menunjukkan rasa keprihatinan saya. Bagaimana pun, mereka ini pedagang dan dari mereka sektor ekonomi kecil bisa ditopang,” ungkap Ketua Apindo Sumut tersebut.

Dari pantauan di lokasi hingga pukul 11.45 WIB hari itu, meski puluhan kios sudah padam, tetap saja ada dua unit ruko yang masih berusaha dipadamkan oleh petugas pemadam. Asap pun masih terlihat dari kedua ruko. Sehingga Pemadam Kebakaran terus saja menyemprotkan air. Bahkan mereka terus berjaga hingga pukul 12.00 WIB lewat. Informasi yang dihimpun melalui beberapa petugas pemadam kebakaran, hampir seluruh mobil pemadam Pemko Medan dikerahkan ke lokasi.

Dari penuturan mereka, sulitnya api dipadamkan dikarenakan barang-barang seperti plastik, kain dan kayu-kayu sangat banyak di lokasi. Belum lagi beberapa ruko yang pintunya tertutup, membuat akses petugas sedikit sulit.

“Sedikitnya 20 mobil kebakaran diturunkan dari wilayah Kawasan Industri Medan (KIM), Belawan dan Amplas secara berganti-gantian. Kami ini yang piket pagi. Tadi malam yang turun shif malam. Terus bergantian kami bekerja. Lebih lima kali bolak-balik mobil datang kemari untuk memadamkan api,” ujar seorang petugas.

Kanit Reskrim Polsek Medan Timur, AKP Ridwan yang ada di lokasi, saat dimintai komentarnya menjelaskan, api sebenarnya sudah padam pada pukul 05.00 WIB, Sabtu dini hari. Kebakaran terjadi sekitar pukul 23.45 WIB, di mana pada saat kejadian ada dua orang petugas jaga malam masing-masing bernama Harmoko Manulang (22) dan Pulo Harapan Tambunan (37).

“Asal api masih diselidiki sampai sekarang. Korban jiwa belum ada. Penjaga malam dua orang. Sewaktu kejadian mereka duduk di dekat monza dan melihat ada asap. Kerugian belum bisa ditaksir. Akibat kebakaran ini, menghanguskan 13 unit Ruko dan 80 kios pedagang,” ungkapnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/