26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ajak Bercerita tentang Menstruasi pada Usia 8 Tahun

Anak Miliki Hak Dapatkan Pendidikan Seks

Psikolog sekaligus Ketua Biro Psikologi Pesona,  Irna Minauli mengatakan, jika pendidikan sex sedini mungkin harusnya sudah mulai diperkenalkan orang tua maupun tenaga pendidik atau guru.

Tujuan pendidikan seks sedini mungkin berguna bagi anak agar tidak terjebak dari hal-hal yang negatif, serta menolong mereka untuk melindungi diri dari pelecehan seksual (sexual abuse), eksploitasi, kehamilan yang tidak dikehendaki, penyakit-penyakit menular seksual serta HIV dan AIDS.

“Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seksual. Inilah yang perlu ditekankan kepada orang tua dan guru. Setidaknya pendidikan seksual dasar yang didapatnya bisa mengurangi hal-hal negatif yang kerap dialami anak,”ujar Irna Minauli saat menyampaikan materi berjudul sex education, dalam pertemuan bulanan dengan keluarga besar Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) dan anggota DPD RI Parlindungan Purba SH MM, di aula RS Sari Mutiara Medan belum lama ini.

Pendidikan seks, ujarnya  juga  mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sehingga anak memiliki informasi tentang pilihan-pilihan atas prilaku mereka, dan merasa nyaman atas tindakan yang mereka lakukan.

Anak dan remaja, sambungnya, kerap dihadapkan pada pandangan yang bertentangan dan mem bingungkan tentang masalah seksualitas. “Misalnya, orangtua mungkin bersikap tertutup terhadap masalah seksual namun mereka tanpa disadari mem perlihatkan aktitivas seksual mereka,” jelasnya.

Menurutnya, anak dan remaja yang mendapatkan pendidikan seks, memiliki sikap dan keyakinan yang lebih baik tentang masalah seks dan seksualitas. Sehingga, tidak membiarkan diri mereka mengalami hal-hal negatif,” ucapnya.

Kalau dulu bilang Irna, anak-anak mendapatkan pendidikan seksual di sekolah ketika menginjak SMP atau menjelang dewasa lewat mata pelajaran biologi yakni reproduksi. Kondisi tersebut dianggap wajar karena anak-anak dulu mengalami mentruasi saat berusia 15 tahu.

“Hanya saja saat ini anak-anak berusia 10 tahun sudah mengalami mentruasi. Sehingga pendidikan seksual sudah bisa diajarkan sejak kelas V dan VI SD sehingga siap menghadapi prubahan dalam dirinya,”ucapnya.

Hanya saja elama ini bilang Irna banyak orangtua beranggapan, bahwa pemberian informasi tentang seks, menimbulkan keingintahuan anak yang tinggi dan mengarah pada eksperimen untuk melakukan hubungan seksual.

“Sebenarnya kekhawatiran itu tidak benar. Karena survei membuktikan bahwa pendidikan seks tidak meningkatkan  aktivitas seksual. Beberapa penelitian juga menunjukkan penurunan aktivitas seksual dan meningkatkan tingkat penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lain,” ucapnya.
Irna mengingatkan, bagi para orangtua, jangan menunggu sam pai anak bertanya. Jika mereka tidak bertanya sampai umur 10 tahun, kemungkinan karena malu dan canggung.

“Anak perempuan dapat diajak bercerita tentang menstruasi pada usia 8 tahun. Pastikan bahwa mereka tahu apa yang harus dilakukan, penggunaan pembalut dan sebagainya. Kemudian, anak laki-laki mulai dapat diinformasikan tentang ereksi yang mungkin dialaminya. Jadi, jangan tunggu-tunggu lagi,” tandasnya.

Apalagi tak jarang banyak anak mendapatkan informasi seks dari teman ataupun dari media seperi televisi maupun internet. “Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga mudah diakses semua umur. Untuk itu perlu dipahami pendidikan seks sejak dini untuk menghempangnya,” sebutnya. (uma)

Anak Miliki Hak Dapatkan Pendidikan Seks

Psikolog sekaligus Ketua Biro Psikologi Pesona,  Irna Minauli mengatakan, jika pendidikan sex sedini mungkin harusnya sudah mulai diperkenalkan orang tua maupun tenaga pendidik atau guru.

Tujuan pendidikan seks sedini mungkin berguna bagi anak agar tidak terjebak dari hal-hal yang negatif, serta menolong mereka untuk melindungi diri dari pelecehan seksual (sexual abuse), eksploitasi, kehamilan yang tidak dikehendaki, penyakit-penyakit menular seksual serta HIV dan AIDS.

“Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seksual. Inilah yang perlu ditekankan kepada orang tua dan guru. Setidaknya pendidikan seksual dasar yang didapatnya bisa mengurangi hal-hal negatif yang kerap dialami anak,”ujar Irna Minauli saat menyampaikan materi berjudul sex education, dalam pertemuan bulanan dengan keluarga besar Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) dan anggota DPD RI Parlindungan Purba SH MM, di aula RS Sari Mutiara Medan belum lama ini.

Pendidikan seks, ujarnya  juga  mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sehingga anak memiliki informasi tentang pilihan-pilihan atas prilaku mereka, dan merasa nyaman atas tindakan yang mereka lakukan.

Anak dan remaja, sambungnya, kerap dihadapkan pada pandangan yang bertentangan dan mem bingungkan tentang masalah seksualitas. “Misalnya, orangtua mungkin bersikap tertutup terhadap masalah seksual namun mereka tanpa disadari mem perlihatkan aktitivas seksual mereka,” jelasnya.

Menurutnya, anak dan remaja yang mendapatkan pendidikan seks, memiliki sikap dan keyakinan yang lebih baik tentang masalah seks dan seksualitas. Sehingga, tidak membiarkan diri mereka mengalami hal-hal negatif,” ucapnya.

Kalau dulu bilang Irna, anak-anak mendapatkan pendidikan seksual di sekolah ketika menginjak SMP atau menjelang dewasa lewat mata pelajaran biologi yakni reproduksi. Kondisi tersebut dianggap wajar karena anak-anak dulu mengalami mentruasi saat berusia 15 tahu.

“Hanya saja saat ini anak-anak berusia 10 tahun sudah mengalami mentruasi. Sehingga pendidikan seksual sudah bisa diajarkan sejak kelas V dan VI SD sehingga siap menghadapi prubahan dalam dirinya,”ucapnya.

Hanya saja elama ini bilang Irna banyak orangtua beranggapan, bahwa pemberian informasi tentang seks, menimbulkan keingintahuan anak yang tinggi dan mengarah pada eksperimen untuk melakukan hubungan seksual.

“Sebenarnya kekhawatiran itu tidak benar. Karena survei membuktikan bahwa pendidikan seks tidak meningkatkan  aktivitas seksual. Beberapa penelitian juga menunjukkan penurunan aktivitas seksual dan meningkatkan tingkat penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lain,” ucapnya.
Irna mengingatkan, bagi para orangtua, jangan menunggu sam pai anak bertanya. Jika mereka tidak bertanya sampai umur 10 tahun, kemungkinan karena malu dan canggung.

“Anak perempuan dapat diajak bercerita tentang menstruasi pada usia 8 tahun. Pastikan bahwa mereka tahu apa yang harus dilakukan, penggunaan pembalut dan sebagainya. Kemudian, anak laki-laki mulai dapat diinformasikan tentang ereksi yang mungkin dialaminya. Jadi, jangan tunggu-tunggu lagi,” tandasnya.

Apalagi tak jarang banyak anak mendapatkan informasi seks dari teman ataupun dari media seperi televisi maupun internet. “Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga mudah diakses semua umur. Untuk itu perlu dipahami pendidikan seks sejak dini untuk menghempangnya,” sebutnya. (uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/