26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Presiden SBY Pantau Twitter dan Facebook

JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta aparat pemerintahan untuk aktif memantau media sosial seperti jejaring sosial Facebook maupun Twitter. Menurutnya, hal itu penting dilakukan untuk mencegah provokasi dan hasutan yang berujung konflik.

SBY menyampaikan hal tersebut saat memberikan arahan kepada para kepala daerah, Pangdam dan Kapolda seluruh Indonesia saat pertemuan di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat (30/11).
SBY mengatakan, dirinya mengikuti konflik dan kekerasan terjadi di banyak tempat, termasuk dari pemberitaan media. Ia meminta  para bupati, para Wali Kota, Gubernur dengan jajaran kepolisian setempat, terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pers dan media massa.

“Jangan sampai keadaan menjadi gawat, menjadi lebih runyam, lebih membara karena pemberitaan yang tidak tepat, pemberitaan yang tidak semestinya. Pers pun juga punya etika, punya kode etik, sayang kepada bangsa dan negaranya. Kalau pemberitaannya tidak tepat, membikin makin keras, makin berdarah, itu kekerasan dan konflik komunal yang ada di tempat-tempat di wilayah Indonesia,” kata SBY.

Namun bekas Menkopolhukam itu juga mengakui bahwa saat ini eranya media sosial (social media). Menurutnya, upaya menghasut dan provokasi juga dilakukan melalui media sosial. “Sekarang era media sosial (social media), masuklah pula di situ. Jangan dibiarkan berita yang tidak benar, menghasut, memprovokasi yang tidak akurat, segera masuk, luruskan, didik rakyat kita, didik semua untuk membicarakan kebenaran dan bukan menimbulkan keonaran. Itu arahan khusus saya, menyangkut upaya mengatasi dan mengelola konflik komunal dan kekerasan horizontal,” ucapnya. (ara/jpnn)

JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta aparat pemerintahan untuk aktif memantau media sosial seperti jejaring sosial Facebook maupun Twitter. Menurutnya, hal itu penting dilakukan untuk mencegah provokasi dan hasutan yang berujung konflik.

SBY menyampaikan hal tersebut saat memberikan arahan kepada para kepala daerah, Pangdam dan Kapolda seluruh Indonesia saat pertemuan di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat (30/11).
SBY mengatakan, dirinya mengikuti konflik dan kekerasan terjadi di banyak tempat, termasuk dari pemberitaan media. Ia meminta  para bupati, para Wali Kota, Gubernur dengan jajaran kepolisian setempat, terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pers dan media massa.

“Jangan sampai keadaan menjadi gawat, menjadi lebih runyam, lebih membara karena pemberitaan yang tidak tepat, pemberitaan yang tidak semestinya. Pers pun juga punya etika, punya kode etik, sayang kepada bangsa dan negaranya. Kalau pemberitaannya tidak tepat, membikin makin keras, makin berdarah, itu kekerasan dan konflik komunal yang ada di tempat-tempat di wilayah Indonesia,” kata SBY.

Namun bekas Menkopolhukam itu juga mengakui bahwa saat ini eranya media sosial (social media). Menurutnya, upaya menghasut dan provokasi juga dilakukan melalui media sosial. “Sekarang era media sosial (social media), masuklah pula di situ. Jangan dibiarkan berita yang tidak benar, menghasut, memprovokasi yang tidak akurat, segera masuk, luruskan, didik rakyat kita, didik semua untuk membicarakan kebenaran dan bukan menimbulkan keonaran. Itu arahan khusus saya, menyangkut upaya mengatasi dan mengelola konflik komunal dan kekerasan horizontal,” ucapnya. (ara/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/