29 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Dede Pranata Kenang Diego

Kematian legiun asing asal Paraguay, Diego Mendieta, Selasa (4/12) lalu cukup menyentak dunia sepakbola tanah air. Kiper PSMS besutan Abdul Rahman Gurning, Dede Pranata merasa berduka dengan kematian pemain Persis Solo di Divisi Utama PT Liga Indonesia 2011/2012 itu.

Dede adalah rekan setim Diego di klub berjuluk Laskar Samber Nyawa itu. Ditemui di Mess Kebun Bunga usai latihan kemarin, Dede mengaku cukup sedih dengan kepergian Diego. “Diego itu orangnya baik. Sosialisasinya dengan kawan-kawan setimnya juga cukup baik. Dia pemain andalan di lini depan Persis. Delapan gol ia ciptakan,” kata Dede.

Kisah Diego di Persis Solo memang cukup memprihatinkan. Tertunggaknya gaji empat bulan membuat Diego tak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari di Solo. “Bagaimana gaji kami termasuk Diego belum dibayar empat bulan. Untuk bayar kos-kosan saja dia ngutang. Selain itu makan saja kadang-kadang numpang. Karena itu dalam kondisi sakit pun ia paksakan ikut tarkam (pertandingan tak resmi-red),” ungkapnya.

Dede mengaku sering berkomunikasi dengan pemain berusia 32 tahun itu. “Dia pernah ngeluh ke saya sakit typus. Jadi dia pernah nanyak kalau sakit typus itu seperti apa. Tiga hari sebelum meninggal saya juga sempat nelpon dia menanyakan seperti apa pemeriksaan dokter. Tapi ngomongnya sudah ngawur dan dia bilang sakit DBD,” jelas Dede.

Diego menurut Dede adalah pemain asing yang cukup menjaga kesehatannya. Salah satu kenangannya adalah Diego kerap naik sepeda dari kosannya ke tempat latihan. “Dia itu selalu naik sepeda kalau mau latihan. Menempuh jarak 300-400 meter,” pungkasnya. (don)

Kematian legiun asing asal Paraguay, Diego Mendieta, Selasa (4/12) lalu cukup menyentak dunia sepakbola tanah air. Kiper PSMS besutan Abdul Rahman Gurning, Dede Pranata merasa berduka dengan kematian pemain Persis Solo di Divisi Utama PT Liga Indonesia 2011/2012 itu.

Dede adalah rekan setim Diego di klub berjuluk Laskar Samber Nyawa itu. Ditemui di Mess Kebun Bunga usai latihan kemarin, Dede mengaku cukup sedih dengan kepergian Diego. “Diego itu orangnya baik. Sosialisasinya dengan kawan-kawan setimnya juga cukup baik. Dia pemain andalan di lini depan Persis. Delapan gol ia ciptakan,” kata Dede.

Kisah Diego di Persis Solo memang cukup memprihatinkan. Tertunggaknya gaji empat bulan membuat Diego tak punya cukup uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari di Solo. “Bagaimana gaji kami termasuk Diego belum dibayar empat bulan. Untuk bayar kos-kosan saja dia ngutang. Selain itu makan saja kadang-kadang numpang. Karena itu dalam kondisi sakit pun ia paksakan ikut tarkam (pertandingan tak resmi-red),” ungkapnya.

Dede mengaku sering berkomunikasi dengan pemain berusia 32 tahun itu. “Dia pernah ngeluh ke saya sakit typus. Jadi dia pernah nanyak kalau sakit typus itu seperti apa. Tiga hari sebelum meninggal saya juga sempat nelpon dia menanyakan seperti apa pemeriksaan dokter. Tapi ngomongnya sudah ngawur dan dia bilang sakit DBD,” jelas Dede.

Diego menurut Dede adalah pemain asing yang cukup menjaga kesehatannya. Salah satu kenangannya adalah Diego kerap naik sepeda dari kosannya ke tempat latihan. “Dia itu selalu naik sepeda kalau mau latihan. Menempuh jarak 300-400 meter,” pungkasnya. (don)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/