26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Produksi CPO Bakal Naik 10 Persen

MEDAN-Produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia pada 2013 mendatang diperkirakan naik sekitar 10 persen dari tahun ini, atau menjadi 28 juta ton. Padahal, pada biasanya hanya berkisar 25 hingga 26 juta ton per tahun.

“Tahun ini, produksi CPO diperkirakan hanya sekitar 25,5 juta ton, jadi kalau naik 10 persen 2013 nanti menjadi 28 juta-28,5 juta ton,” papar Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, Senin (17/12).

Dijelaskannya, kenaikan produksi sawit Nasional memang sulit lebih tinggi lagi dari sekitar 10-an persen per tahun apalagi bila melihat  beberapa tahun terakhir, pengembangan lahan perkebunan komoditas itu sangat sedikit akibat kesulitan mendapatkan lahan baru.
Selain sulit mendapatkan lahan baru, pengembangan produksi juga terhambat berbagai kebijakan pemerintah dalam dan luar negeri termasuk menyangkut moratorium sawit.

“Hanya pada 1990-1995 kenaikan produksi yang bisa mencapai 13 persen per tahunnya, selebihnya tidak sampai karena keterbatasan lahan untuk pengembangan sawit itu,” ungkap Derom.

Sedikitnya persentase kenaikan areal dan produksi sawit Nasional itu disayangkan, mengingat permintaan justru diperkirakan makin banyak sejalan dengan bertambahnya kebutuhan baik akibat pertambahan penduduk hingga perkembangan industri. Namun, dengan minimnya pertambahan produksi, diharapkan harga jual bisa naik kembali dan meningkat terus.

“Namun untuk tahun depan, harga jual minyak sawit perkirakan masih rendah sekitar 850 dolar AS per ton atau paling tinggi 900 dolar AS per ton. Hal itu dipicu masih terjadinya krisis global,” ujarnya.

Tahun ini, rata-rata harga jual CPO atau minyak sawit itu bisa sekitar 1.000 dolar AS per ton, karena hingga Mei lalu, harga rata-rata sempat mencapai 1.100 dolar AS per ton.

Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa, menyebutkan, permintaan minyak sawit dan produk turunannya ke Indonesia khususnya Sumut yang merupakan satu  penghasil utama komoditas itu, semakin tinggi.
Permintaan yang makin meningkat itu bahkan datang dari negara penghasil seperti Malaysia dan Afrika.
“Apindo sudah meminta pemerintah memikir ulang kembali soal kesepakatan moratorium sawit dan berbagai kebijakan lainnya yang menghambat perkembangan areal dan produksi sawit Nasional,” jelas Derom lagi. (ram)

MEDAN-Produksi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia pada 2013 mendatang diperkirakan naik sekitar 10 persen dari tahun ini, atau menjadi 28 juta ton. Padahal, pada biasanya hanya berkisar 25 hingga 26 juta ton per tahun.

“Tahun ini, produksi CPO diperkirakan hanya sekitar 25,5 juta ton, jadi kalau naik 10 persen 2013 nanti menjadi 28 juta-28,5 juta ton,” papar Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, Senin (17/12).

Dijelaskannya, kenaikan produksi sawit Nasional memang sulit lebih tinggi lagi dari sekitar 10-an persen per tahun apalagi bila melihat  beberapa tahun terakhir, pengembangan lahan perkebunan komoditas itu sangat sedikit akibat kesulitan mendapatkan lahan baru.
Selain sulit mendapatkan lahan baru, pengembangan produksi juga terhambat berbagai kebijakan pemerintah dalam dan luar negeri termasuk menyangkut moratorium sawit.

“Hanya pada 1990-1995 kenaikan produksi yang bisa mencapai 13 persen per tahunnya, selebihnya tidak sampai karena keterbatasan lahan untuk pengembangan sawit itu,” ungkap Derom.

Sedikitnya persentase kenaikan areal dan produksi sawit Nasional itu disayangkan, mengingat permintaan justru diperkirakan makin banyak sejalan dengan bertambahnya kebutuhan baik akibat pertambahan penduduk hingga perkembangan industri. Namun, dengan minimnya pertambahan produksi, diharapkan harga jual bisa naik kembali dan meningkat terus.

“Namun untuk tahun depan, harga jual minyak sawit perkirakan masih rendah sekitar 850 dolar AS per ton atau paling tinggi 900 dolar AS per ton. Hal itu dipicu masih terjadinya krisis global,” ujarnya.

Tahun ini, rata-rata harga jual CPO atau minyak sawit itu bisa sekitar 1.000 dolar AS per ton, karena hingga Mei lalu, harga rata-rata sempat mencapai 1.100 dolar AS per ton.

Sementara itu, Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa, menyebutkan, permintaan minyak sawit dan produk turunannya ke Indonesia khususnya Sumut yang merupakan satu  penghasil utama komoditas itu, semakin tinggi.
Permintaan yang makin meningkat itu bahkan datang dari negara penghasil seperti Malaysia dan Afrika.
“Apindo sudah meminta pemerintah memikir ulang kembali soal kesepakatan moratorium sawit dan berbagai kebijakan lainnya yang menghambat perkembangan areal dan produksi sawit Nasional,” jelas Derom lagi. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/