26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sumut Butuh 3 KEK Lagi

MEDAN- Sumatera Utara berpotensi memiliki 3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lagi. Mengingat, sumber daya alam dan manusia di Sumut yang cukup besar. Sehingga dipastikan, tidak akan sulit untuk membangun kawasan yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Ivan Iskandar Batubara mengatakan, pertumbuhan ekonomi sumut saat ini ditunjang oleh sumber daya alamnya, yang menghasilkan sawit, karet, dan lainnya. Dan sudah seharusnya ada KEK untuk dapat menampung semua hasil tersebut.

Dijelaskannya, saat ini mindset Sumut harus berubah. Tidak hanya memproduksi bahan baku saja, tetapi sudah mulai membuka bagian hilir. “Dengan usaha hilir ini, kita tidak perlu mengekspor sawit dalam bentuk cpo lagi. Diolah di negara lain, kemudian di impor lagi ke kita. Kan jadi merugikan kita,” ujarnya.
Ivan mengatakan, bahwa usaha hilir ini jelas akan meningkatkan perekonomian Sumut. Selain karena akan menarik tenaga kerja, juga dalam segi harga akan lebih menguntungkan. Karena tidak dipungkiri, harga sawit dalam bentuk CPO lebih murah bila dibandingkan dengan bahan baku setengah jadi. Apalagi, saat ini, KEK di Sumut hanya 1, yaitu sei mangke yang belum beroperasi.

“Setidaknya, dengan luasnya lahan kita, minimal Sumut harus memiliki 3 atau 4 KEK lagi. Dan dapat disebar di seluruh Sumut. Misalnya dibagian Sibolga, Tarutung, dan lainnya,” ungkap Ivan.

Dijelaskannya, Sibolga menjadi pilihan karena daerah ini merupakan pintu masuk ke Sumut bagian Pantai Barat. Dengan potensi yang dimilikinya, jelas KEK ini jelas akan mendorong pertumbuhan ekonomi disekitarnya. “Sibolga dekat dengan Tapanuli Selatan, Padang, Nias, dan lainnya. Kalau KEK disana, tidak perlu lagi produknya dibawa ke daerah lain. Karena akan menambah biaya transaportasi. Di olah didalam saja, akan lebih baik dan mengguntungkan.” Lanjutnya.

Sedangkan di Tarutung, karena kawasan ini termasuk bagus untuk lahan pertanian. Dengan kata lain, usaha hilir untuk ketahanan pangan. Seperti padi, jagung, dan lainnya. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak menyatakan bahwa sumut seharusnya memang memiliki lebih dari 1 KEK, setidaknya 2. Tetapi disadarinya, untuk di Sumut ini sendiri, bukan hal yang mudah untuk membuat KEK ini. “Bayangkan, 1 saja, hingga saat ini belum selesai. Tiap Kabupaten merasa penting,” ujarnya.

Menurutnya, yang harus dilakukan terkait dengan KEK ini adalah dengan memilih kabupaten yang memang unggul dalam satu produk. “Misalnya, di Karo unggul dengan jagung. Nah, buat saja KEK nya di Karo. Jadi, tidak ribet berurusan dengan kabupaten lain. Jadi, lebih mudah pengerjaannya dan pembangunannya,” lanjutnya. (ram)

MEDAN- Sumatera Utara berpotensi memiliki 3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lagi. Mengingat, sumber daya alam dan manusia di Sumut yang cukup besar. Sehingga dipastikan, tidak akan sulit untuk membangun kawasan yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Ivan Iskandar Batubara mengatakan, pertumbuhan ekonomi sumut saat ini ditunjang oleh sumber daya alamnya, yang menghasilkan sawit, karet, dan lainnya. Dan sudah seharusnya ada KEK untuk dapat menampung semua hasil tersebut.

Dijelaskannya, saat ini mindset Sumut harus berubah. Tidak hanya memproduksi bahan baku saja, tetapi sudah mulai membuka bagian hilir. “Dengan usaha hilir ini, kita tidak perlu mengekspor sawit dalam bentuk cpo lagi. Diolah di negara lain, kemudian di impor lagi ke kita. Kan jadi merugikan kita,” ujarnya.
Ivan mengatakan, bahwa usaha hilir ini jelas akan meningkatkan perekonomian Sumut. Selain karena akan menarik tenaga kerja, juga dalam segi harga akan lebih menguntungkan. Karena tidak dipungkiri, harga sawit dalam bentuk CPO lebih murah bila dibandingkan dengan bahan baku setengah jadi. Apalagi, saat ini, KEK di Sumut hanya 1, yaitu sei mangke yang belum beroperasi.

“Setidaknya, dengan luasnya lahan kita, minimal Sumut harus memiliki 3 atau 4 KEK lagi. Dan dapat disebar di seluruh Sumut. Misalnya dibagian Sibolga, Tarutung, dan lainnya,” ungkap Ivan.

Dijelaskannya, Sibolga menjadi pilihan karena daerah ini merupakan pintu masuk ke Sumut bagian Pantai Barat. Dengan potensi yang dimilikinya, jelas KEK ini jelas akan mendorong pertumbuhan ekonomi disekitarnya. “Sibolga dekat dengan Tapanuli Selatan, Padang, Nias, dan lainnya. Kalau KEK disana, tidak perlu lagi produknya dibawa ke daerah lain. Karena akan menambah biaya transaportasi. Di olah didalam saja, akan lebih baik dan mengguntungkan.” Lanjutnya.

Sedangkan di Tarutung, karena kawasan ini termasuk bagus untuk lahan pertanian. Dengan kata lain, usaha hilir untuk ketahanan pangan. Seperti padi, jagung, dan lainnya. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak menyatakan bahwa sumut seharusnya memang memiliki lebih dari 1 KEK, setidaknya 2. Tetapi disadarinya, untuk di Sumut ini sendiri, bukan hal yang mudah untuk membuat KEK ini. “Bayangkan, 1 saja, hingga saat ini belum selesai. Tiap Kabupaten merasa penting,” ujarnya.

Menurutnya, yang harus dilakukan terkait dengan KEK ini adalah dengan memilih kabupaten yang memang unggul dalam satu produk. “Misalnya, di Karo unggul dengan jagung. Nah, buat saja KEK nya di Karo. Jadi, tidak ribet berurusan dengan kabupaten lain. Jadi, lebih mudah pengerjaannya dan pembangunannya,” lanjutnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/