26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Banjir, Jakarta Lumpuh Enam Meninggal, 15 Ribu Jiwa Mengungsi

JAKARTA-Ibu Kota kemarin lumpuh. Hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (17/1) dini hari menimbulkan banjir di berbagai wilayah. Kondisi itu diperburuk dengan meningkatnya debit air di Kali Ciliwung yang meningkat drastis akibat hujan deras di kawasan Puncak, Bogor, Rabu (16/1).

BANJIR: Presiden SBY  salah satu sudut Istana Kepresidenan  kebanjiran, kemarin.//DUDI ANUNG / RUMGAPRES
BANJIR: Presiden SBY di salah satu sudut Istana Kepresidenan yang kebanjiran, kemarin.//DUDI ANUNG / RUMGAPRES

Hujan yang awet mengguyur Jakarta hingga sore hari itu menyebabkan beberapa point of interest terendam banjir. Mulai Istana Negara, ikon Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H Thamrin, Jalan Sudirman, kawasan Kampung Melayu, Grogol, hingga Rutan KPK juga ikut terendam air.

Pantauan di lapangan, tinggi air yang merendam kawasan tersebut beragam. Namun, rata-rata memiliki ketinggian minimal 40 centimeter. Malah, di salah satu sudut Kampung Melayu, titik terdalamnya mencapai 4 meter. Banjir juga membuat berbagai kereta api tidak beroperasi, berbagai kendaraan rusak dan menambah simpul kemacetan.

Makin menambah duka, karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan adanya korban meninggal akibat musibah itu. Data sementara, yang terdeteksi ada enam korban meninggal dunia. “Korban meninggal ini terhitung sejak Selasa (15/1),” ujar Kepala Pusat Data dan Humas BPNB, Sutopo Purwo Nugroho.

Lebih lanjut Sutopo merinci data yang dimilikinya. Banjir yang menggenangi wilayah pimpinan Joko Widodo itu telah menggenangi 500 RT, 203 RW dari 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan. “Jumlah penduduk yang terendam mencapai 25.276 KK atau 94.624 orang,” imbuhnya.

Namun, dari jumlah tersebut tidak semuanya diungsikan. Evakuasi hanya dilakukan untuk warga yang masuk kategori parah dan huniannya tidak bisa digunakan lagi. Seperti di Kampung Melayu yang airnya mencapai tinggi orang dewasa. Jika dikalkulasi, total pengungsi sementara hingga berita ini ditulis adalah15.447 jiwa.

Sutopo menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat Jakarta terendam selain hujan yang mengguyur dengan derasnya. Salah satu faktornya adalah kisah lama, yakni banjir kiriman dari Bogor. Apalagi di Puncak pada Rabu pagi dan siang hujan deras dan membuat debit sungai Ciliwung hulu naik drastis.
Saat itu, pada siang hari sekitar pukul 11.00 saja tinggi muka air Bendung Katulampa mencapai 70 cm atau siaga 3. Satu jam kemudian, naik menjadi 170 cm yang berarti siaga 2. Hal itu berpengaruh pada lokasi banjir Jakarta terutama daerah Ciliwung hilir yang sudah banjir sejak Selasa.

Banjir makin bertahan pada Kamis kemarin karena di Depok pada Rabu malamnya, tinggi muka air mencapai 280 cm atau siaga 2. Hal itu membuat tinggi muka air di Manggarai masih 920 cm (siaga 2). Angka itu cukup riskan, karena kurang 40 cm menyentuh batas siaga 1.

Kondisi itu diperparah dengan padamnya aliran listrik disejumlah lokasi. Pompa air drainase menjadi tidak bisa beroperasi. “Hal tersebut memicu tingginya genangan di sejumlah jalan dan pemukiman,” jelasnya.

Sementara itu persiapan gerakan tanggap darurat juga disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mendikbud Mohammad Nuh kemarin bersama Presiden SBY menaiki perahu menyusuri sejumlah titik kawasan banjir.

Dalam kesempatan ini Nuh secara khusus memeriksa kondisi sekolah yang berada di lokasi banjir. “Alhamdulilah belum ada (kerusakan, Red) yang terlalu serius,” tegasnya. Tetapi menteri asal Surabaya itu berujar akan terus memantau perkembangan bencana banjir di Jakarta.

Dia mengatakan jika kepastian apakah ada sekolah yang rusak akibat banjir baru diketahui ketika banjir sudah surut. Untuk penanganan ini, Nuh akan melibatkan Pemprov DKI Jakarta. Terkait dengan jam operasional sekolah, Nuh memasrahkan ke Pemprov DKI Jakarta. Dia mengatakan dalam kondisi seperti ini, keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama. (dim/wan/jpnn)

JAKARTA-Ibu Kota kemarin lumpuh. Hujan deras yang mengguyur sejak Kamis (17/1) dini hari menimbulkan banjir di berbagai wilayah. Kondisi itu diperburuk dengan meningkatnya debit air di Kali Ciliwung yang meningkat drastis akibat hujan deras di kawasan Puncak, Bogor, Rabu (16/1).

BANJIR: Presiden SBY  salah satu sudut Istana Kepresidenan  kebanjiran, kemarin.//DUDI ANUNG / RUMGAPRES
BANJIR: Presiden SBY di salah satu sudut Istana Kepresidenan yang kebanjiran, kemarin.//DUDI ANUNG / RUMGAPRES

Hujan yang awet mengguyur Jakarta hingga sore hari itu menyebabkan beberapa point of interest terendam banjir. Mulai Istana Negara, ikon Bundaran Hotel Indonesia, Jalan M.H Thamrin, Jalan Sudirman, kawasan Kampung Melayu, Grogol, hingga Rutan KPK juga ikut terendam air.

Pantauan di lapangan, tinggi air yang merendam kawasan tersebut beragam. Namun, rata-rata memiliki ketinggian minimal 40 centimeter. Malah, di salah satu sudut Kampung Melayu, titik terdalamnya mencapai 4 meter. Banjir juga membuat berbagai kereta api tidak beroperasi, berbagai kendaraan rusak dan menambah simpul kemacetan.

Makin menambah duka, karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan adanya korban meninggal akibat musibah itu. Data sementara, yang terdeteksi ada enam korban meninggal dunia. “Korban meninggal ini terhitung sejak Selasa (15/1),” ujar Kepala Pusat Data dan Humas BPNB, Sutopo Purwo Nugroho.

Lebih lanjut Sutopo merinci data yang dimilikinya. Banjir yang menggenangi wilayah pimpinan Joko Widodo itu telah menggenangi 500 RT, 203 RW dari 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan. “Jumlah penduduk yang terendam mencapai 25.276 KK atau 94.624 orang,” imbuhnya.

Namun, dari jumlah tersebut tidak semuanya diungsikan. Evakuasi hanya dilakukan untuk warga yang masuk kategori parah dan huniannya tidak bisa digunakan lagi. Seperti di Kampung Melayu yang airnya mencapai tinggi orang dewasa. Jika dikalkulasi, total pengungsi sementara hingga berita ini ditulis adalah15.447 jiwa.

Sutopo menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat Jakarta terendam selain hujan yang mengguyur dengan derasnya. Salah satu faktornya adalah kisah lama, yakni banjir kiriman dari Bogor. Apalagi di Puncak pada Rabu pagi dan siang hujan deras dan membuat debit sungai Ciliwung hulu naik drastis.
Saat itu, pada siang hari sekitar pukul 11.00 saja tinggi muka air Bendung Katulampa mencapai 70 cm atau siaga 3. Satu jam kemudian, naik menjadi 170 cm yang berarti siaga 2. Hal itu berpengaruh pada lokasi banjir Jakarta terutama daerah Ciliwung hilir yang sudah banjir sejak Selasa.

Banjir makin bertahan pada Kamis kemarin karena di Depok pada Rabu malamnya, tinggi muka air mencapai 280 cm atau siaga 2. Hal itu membuat tinggi muka air di Manggarai masih 920 cm (siaga 2). Angka itu cukup riskan, karena kurang 40 cm menyentuh batas siaga 1.

Kondisi itu diperparah dengan padamnya aliran listrik disejumlah lokasi. Pompa air drainase menjadi tidak bisa beroperasi. “Hal tersebut memicu tingginya genangan di sejumlah jalan dan pemukiman,” jelasnya.

Sementara itu persiapan gerakan tanggap darurat juga disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mendikbud Mohammad Nuh kemarin bersama Presiden SBY menaiki perahu menyusuri sejumlah titik kawasan banjir.

Dalam kesempatan ini Nuh secara khusus memeriksa kondisi sekolah yang berada di lokasi banjir. “Alhamdulilah belum ada (kerusakan, Red) yang terlalu serius,” tegasnya. Tetapi menteri asal Surabaya itu berujar akan terus memantau perkembangan bencana banjir di Jakarta.

Dia mengatakan jika kepastian apakah ada sekolah yang rusak akibat banjir baru diketahui ketika banjir sudah surut. Untuk penanganan ini, Nuh akan melibatkan Pemprov DKI Jakarta. Terkait dengan jam operasional sekolah, Nuh memasrahkan ke Pemprov DKI Jakarta. Dia mengatakan dalam kondisi seperti ini, keselamatan siswa menjadi pertimbangan utama. (dim/wan/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/