26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ulos Buat Dahlan dan Pernyataan Effendi

Oleh: Eka Azwin Lubis

Salah satu calon gubernur Sumatera Utara, Effendi Simbolon menuai banyak kecaman khusunya dari masyarakat dan tokoh adat batak. Pasalnya beliau mengkritik pemberian tongkat Tunggal Panaluan sebagai simbol kepercayaan tokoh adat Batak di Tapanuli kepada Dahlan Iskan yang dianggap memiliki kontribusi nyata terhadap pembangunan bandara Silangit yang rencananya akan dijadikan bandara internasional. 

Selain diberikan tongkat Tunggal Panaluan, Dahlan juga disematkan ulos bulang-bulang pertanda bahwa beliau memiliki peran yang signifikan atas kemajuan tanah batak setelah memenuhi beberapa kriteria filosofis adat batak yakni hagabeon, hamoraon, dan hasangapon.

Namun hasil dari kesepakatan tokoh adat batak khususnya di Bonapasogit tersebut justru dikritik oleh Effendi Simbolon yang menyatakan bahwa Dahlan Iskan sangat tidak pantas untuk mendapatkan penghormatan tersebut, karena dirinya hanya orang gila.

Hal inilah yang kemudian mendapat respon yang begitu keras oleh masyarakat karena Effendi dinilai tidak pantas untuk mengeluarkan pernyataan seperti itu, apalagi statusnya yang saat ini merupakan calon gubernur Sumatera Utara.

TB. Silalahi selaku tokoh politik nasional dan berdarah Batak mengatakan bahwa Effendi tidak layak untuk menjadi pemimpin karena tidak pantas seorang pemimpin menebar kebencian karena sentimen pribadi. Selain itu beberapa tokoh adat batak mengecam keras pernyataan Effendi tersebut yang dianggap sebagai pelecehan kepada tokoh batak yang memberikan penghormatan kepada Dahlan Iskan. Mereka menilai pemberian penghormatan tersebut dilakukan bukan dengan cara yang asal-asalan, melainkan atas musyawarah bersama yang mengahasilkan pemufakatan diantara sesama tokoh adat batak.

Kekeliruan pernyataan yang dilakukan oleh Effendi ini merupakan satu preseden buruk bagi dirinya yang ingin mendapat dukungan dari masyarakat sumut sebagai gubernur mendatang. Suka atau tidak suka, Effendi harus berani meminta maaf kepada Dahlan Iskan dan masyarakat serta tokoh adat batak khusunya atas pernyataan yang pernah ia keluarkan sebelumnya.

Dengan hal ini mungkin kepercayaan masyarakat atas dirinya akan kembali muncul seiring memudarnya popularitas beliau khusunya di mata warga batak yang ada di Tapanuli Utara.

Ucapan Yang Jadi Boomerang
Effendi Simbolon bukanlah orang pertama yang tersandung masalah karena pernyataannya yang keliru kepada khalayak ramai. Sebelumnya kita juga sempat dikejutkan dengan pernyataan Rhoma Irama yang mendeskriditkan pasangan Jokowi dan Basuki Tjahya Purnama ( Ahok ) saat mereka bertarung dalam memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Namun saat dimintai klarifikasinya, Rhoma mengaku hanya mengatakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang pemuka agama.

Belakangan kita juga dikejutkan dengan pernyataan kontroversi yang dikeluarkan oleh seorang politisi Partai Demokrat Sutan Bhatugana yang dinilai telah melecehkan mantan Presiden RI Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Kejadian tersebut bermula saat Sutan menghadiri Forum Dialog Kenegaraan DPD bertema “Pembubaran BP Migas untuk Kemakmuran Rakyat?” pada 21 November 2012 lalu.

Ketika itu ada seorang aktivis Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi yang menuding bahwa Komisi VII telah mengadakan rapat untuk memperkuat posisi BP Migas. Dengan seketika Sutan mengeluarkan argument untuk membalas, yang dalam pernyataanya ada kalimat “Jika anda mengatakan Gus Dur itu bersih, kenapa dia diturunkan di tengah jalan”.

Hal inilah yang kemudian memperuncing suasana hingga menuai protes dari pihak PBNU yang menganggap Sutan telah melecehkan Gus Dur. Saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Sutan membenarkannya dan mangatakan bahwa ada kata-kata yang ditambahkan padahal dia tidak mengatakannya.

Hingga saat ini pernyataan seorang tokoh baik itu pemimpin negara, pemimpin agama, atau hanya sekedar selebritis, banyak menjadi inspiratif bagi para penggemarnya. Sehingga seorang public figure sangat dituntut kecerdasan dan kedewasaan berfikirnya dalam mengeluarkan setiap pernyataan karena akan menjadi konsumsi publik.

Mereka harusnya sadar bahwa pernyataan yang mereka keluarkan ibarat pedang bermata dua. Satu sisi pernyataan tersebut dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang, namun di sisi yang lain kata-kata mereka bisa saja ditangkap sebagai sebuah pernyataan kontroversi oleh publik.

Apalagi saat ini sangat banyak tokoh nasional yang mencuat namanya karena pernyataan nyelenehnya yang mengundang protes dari berbagai kalangan yang merasa keberatan dengan apa yang meraka utarakan.

Bukankan inilah sikap yang harusnya dipahami secara cerdas oleh para public figure termasuk tokoh politik dengan makna yang berbeda-beda oleh para pendengarnya. Alih-alih ingin membengkokan sejarah dengan pernyataan-pernyataan hebat layaknya beberapa tokoh diatas, mareka pasti akan dikenang dengan pernyataan nyelehnya yang telah melukai beberapa kalangan.

Tokoh Besar dengan Pernyataan Cerdas
Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa “ Jika kau diperangi oleh musuhmu, maka balas dia dengan cinta”. Pernyataan sangat bijak dari seorang pemimpin yang mendapat banyak kritikan dari para pesaing politiknya saat itu.

Seperti yang dijelakan diatas bahwa tidak semua pernyataan hebat tersebut muncul secara konseptual, ada juga yang muncul dengan spontan dari seorang pemimpin dalam menjawab tuntutan rakyatnya yang kemudian justru mendunia karena begitu indah, seperti mantan presiden Amerika Serikan Franklin Delano Roosevelt yang pada saat itu menerima banyak tuntutan dari rakyatnya sehingga beliau mengatakan” Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepada anda, tapi pertanyakanlah apa yang telah anda berikan kepada negara”.

Dari pernyataan tersebut, tidak hanya masyarakat Amerika Serikat saja yang tergugah hatinya, namun masyarakat negara lain juga tersentuh dengan pernyataan tersebut sehingga ingin berbuat apapun demi negara yang mereka cintai.

Tidak kalah dengan pemimpin negara lain, bapak bangsa Indonesia sekaligus presiden pertama kita Ir. Soekarno, selain dikenal dengan jiwa kharismatiknya, beliau juga dikenal dengan pernyataan-pernyataanya yang membangun. Manakala beliau ditanya tentang konsepnya dalam membawa Indonesia menuju bangsa yang maju dan berwibawa dimata dunia, dengan seketika beliau menjawab “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia”.

Dengan pernyataan tersebut berarti Soekarno begitu yakin bahwa kemartabatan dan kejayaan Indonesia ada ditangan pemudanya yang merupakan tonggak masa depan bangsa.

Pernyataan tersebut hingga kini masih santer terdengar mengiringi semangat pemuda dalam menjalankan mengeluarkan setiap pernyataan karena akan diterjemahkan kehidupannya yang dibebani tanggung jawab moral sebagai penentu arah bangsa.

Penulis: Kabid PTKP HMI FIS dan Staf Pusham Unimed

Oleh: Eka Azwin Lubis

Salah satu calon gubernur Sumatera Utara, Effendi Simbolon menuai banyak kecaman khusunya dari masyarakat dan tokoh adat batak. Pasalnya beliau mengkritik pemberian tongkat Tunggal Panaluan sebagai simbol kepercayaan tokoh adat Batak di Tapanuli kepada Dahlan Iskan yang dianggap memiliki kontribusi nyata terhadap pembangunan bandara Silangit yang rencananya akan dijadikan bandara internasional. 

Selain diberikan tongkat Tunggal Panaluan, Dahlan juga disematkan ulos bulang-bulang pertanda bahwa beliau memiliki peran yang signifikan atas kemajuan tanah batak setelah memenuhi beberapa kriteria filosofis adat batak yakni hagabeon, hamoraon, dan hasangapon.

Namun hasil dari kesepakatan tokoh adat batak khususnya di Bonapasogit tersebut justru dikritik oleh Effendi Simbolon yang menyatakan bahwa Dahlan Iskan sangat tidak pantas untuk mendapatkan penghormatan tersebut, karena dirinya hanya orang gila.

Hal inilah yang kemudian mendapat respon yang begitu keras oleh masyarakat karena Effendi dinilai tidak pantas untuk mengeluarkan pernyataan seperti itu, apalagi statusnya yang saat ini merupakan calon gubernur Sumatera Utara.

TB. Silalahi selaku tokoh politik nasional dan berdarah Batak mengatakan bahwa Effendi tidak layak untuk menjadi pemimpin karena tidak pantas seorang pemimpin menebar kebencian karena sentimen pribadi. Selain itu beberapa tokoh adat batak mengecam keras pernyataan Effendi tersebut yang dianggap sebagai pelecehan kepada tokoh batak yang memberikan penghormatan kepada Dahlan Iskan. Mereka menilai pemberian penghormatan tersebut dilakukan bukan dengan cara yang asal-asalan, melainkan atas musyawarah bersama yang mengahasilkan pemufakatan diantara sesama tokoh adat batak.

Kekeliruan pernyataan yang dilakukan oleh Effendi ini merupakan satu preseden buruk bagi dirinya yang ingin mendapat dukungan dari masyarakat sumut sebagai gubernur mendatang. Suka atau tidak suka, Effendi harus berani meminta maaf kepada Dahlan Iskan dan masyarakat serta tokoh adat batak khusunya atas pernyataan yang pernah ia keluarkan sebelumnya.

Dengan hal ini mungkin kepercayaan masyarakat atas dirinya akan kembali muncul seiring memudarnya popularitas beliau khusunya di mata warga batak yang ada di Tapanuli Utara.

Ucapan Yang Jadi Boomerang
Effendi Simbolon bukanlah orang pertama yang tersandung masalah karena pernyataannya yang keliru kepada khalayak ramai. Sebelumnya kita juga sempat dikejutkan dengan pernyataan Rhoma Irama yang mendeskriditkan pasangan Jokowi dan Basuki Tjahya Purnama ( Ahok ) saat mereka bertarung dalam memperebutkan posisi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Namun saat dimintai klarifikasinya, Rhoma mengaku hanya mengatakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang pemuka agama.

Belakangan kita juga dikejutkan dengan pernyataan kontroversi yang dikeluarkan oleh seorang politisi Partai Demokrat Sutan Bhatugana yang dinilai telah melecehkan mantan Presiden RI Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Kejadian tersebut bermula saat Sutan menghadiri Forum Dialog Kenegaraan DPD bertema “Pembubaran BP Migas untuk Kemakmuran Rakyat?” pada 21 November 2012 lalu.

Ketika itu ada seorang aktivis Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi yang menuding bahwa Komisi VII telah mengadakan rapat untuk memperkuat posisi BP Migas. Dengan seketika Sutan mengeluarkan argument untuk membalas, yang dalam pernyataanya ada kalimat “Jika anda mengatakan Gus Dur itu bersih, kenapa dia diturunkan di tengah jalan”.

Hal inilah yang kemudian memperuncing suasana hingga menuai protes dari pihak PBNU yang menganggap Sutan telah melecehkan Gus Dur. Saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Sutan membenarkannya dan mangatakan bahwa ada kata-kata yang ditambahkan padahal dia tidak mengatakannya.

Hingga saat ini pernyataan seorang tokoh baik itu pemimpin negara, pemimpin agama, atau hanya sekedar selebritis, banyak menjadi inspiratif bagi para penggemarnya. Sehingga seorang public figure sangat dituntut kecerdasan dan kedewasaan berfikirnya dalam mengeluarkan setiap pernyataan karena akan menjadi konsumsi publik.

Mereka harusnya sadar bahwa pernyataan yang mereka keluarkan ibarat pedang bermata dua. Satu sisi pernyataan tersebut dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang, namun di sisi yang lain kata-kata mereka bisa saja ditangkap sebagai sebuah pernyataan kontroversi oleh publik.

Apalagi saat ini sangat banyak tokoh nasional yang mencuat namanya karena pernyataan nyelenehnya yang mengundang protes dari berbagai kalangan yang merasa keberatan dengan apa yang meraka utarakan.

Bukankan inilah sikap yang harusnya dipahami secara cerdas oleh para public figure termasuk tokoh politik dengan makna yang berbeda-beda oleh para pendengarnya. Alih-alih ingin membengkokan sejarah dengan pernyataan-pernyataan hebat layaknya beberapa tokoh diatas, mareka pasti akan dikenang dengan pernyataan nyelehnya yang telah melukai beberapa kalangan.

Tokoh Besar dengan Pernyataan Cerdas
Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa “ Jika kau diperangi oleh musuhmu, maka balas dia dengan cinta”. Pernyataan sangat bijak dari seorang pemimpin yang mendapat banyak kritikan dari para pesaing politiknya saat itu.

Seperti yang dijelakan diatas bahwa tidak semua pernyataan hebat tersebut muncul secara konseptual, ada juga yang muncul dengan spontan dari seorang pemimpin dalam menjawab tuntutan rakyatnya yang kemudian justru mendunia karena begitu indah, seperti mantan presiden Amerika Serikan Franklin Delano Roosevelt yang pada saat itu menerima banyak tuntutan dari rakyatnya sehingga beliau mengatakan” Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepada anda, tapi pertanyakanlah apa yang telah anda berikan kepada negara”.

Dari pernyataan tersebut, tidak hanya masyarakat Amerika Serikat saja yang tergugah hatinya, namun masyarakat negara lain juga tersentuh dengan pernyataan tersebut sehingga ingin berbuat apapun demi negara yang mereka cintai.

Tidak kalah dengan pemimpin negara lain, bapak bangsa Indonesia sekaligus presiden pertama kita Ir. Soekarno, selain dikenal dengan jiwa kharismatiknya, beliau juga dikenal dengan pernyataan-pernyataanya yang membangun. Manakala beliau ditanya tentang konsepnya dalam membawa Indonesia menuju bangsa yang maju dan berwibawa dimata dunia, dengan seketika beliau menjawab “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia”.

Dengan pernyataan tersebut berarti Soekarno begitu yakin bahwa kemartabatan dan kejayaan Indonesia ada ditangan pemudanya yang merupakan tonggak masa depan bangsa.

Pernyataan tersebut hingga kini masih santer terdengar mengiringi semangat pemuda dalam menjalankan mengeluarkan setiap pernyataan karena akan diterjemahkan kehidupannya yang dibebani tanggung jawab moral sebagai penentu arah bangsa.

Penulis: Kabid PTKP HMI FIS dan Staf Pusham Unimed

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/