26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

SBY Ambil Alih Demokrat

JAKARTA- Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat (PD) SBY memimpin langsung upaya pembenahan di internal partai. Sementara, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum diminta untuk fokus saja menghadapi persoalan dugaan korupsi Hambalang di KPK. Majelis Tinggi Partai Demokrat akan mengambil alih roda organisasi untuk menyelamatkan partai. Dan SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi akan menjadi komandonya.

“Ketua Majelis Tinggi bertugas berwenang dan bertanggungjawab untuk memimpin penyelamatan dan konsolidasi partai,” kata SBY di kediaman pribadinya di Cikeas, Jawa Barat, Jumat (8/2) malam.

Menurut SBY, segala keputusan kebijakan dan tindakan partai akan ditentukan dan dikendalikan langsung oleh Majelis Tinggi. Dan SBY akan mengeluarkan langsung keputusan-keputusan penting partai.

Fraksi di DPR, DPD dan DPC di seluruh Indonesia juga akan di bawah komando Majelis Tinggi. Mereka juga akan bertanggungjawab langsung kepada Majelis Tinggi. “Majelis Tinggi melakukan penataan organisasi partai untuk meningkatkan kredibilitas partai,” tegasnya.

Ada sembilan anggota Majelis Tinggi Demokrat, yakni SBY sebagai Ketua, Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie, Sekretaris Dewan Pembina Jero Wacik, Sekretaris Dewan Kehormatan TB Silalahi, Ketua Umum DPP Anas Urbaningrum, dua Wakil Ketua Umum DPP Max Sopacua dan Jhonny Allen Marbun, Sekjen DPP Edhi Baskoro, dan Direktur Eksekutif DPP, Toto Riyanto.

“Saya memimpin langsung gerakan penataan dan penertiban Partai Demokrat ini, saya beri kesempatan untuk fokus kepada saudara Anas untuk memfokuskan diri dalam menghadapi masalah hukum yang sedang ditangani KPK,” kata SBY.

SBY berharap keadilan dapat ditegakkan dalam penanganan kasus Hambalang yang melibatkan Anas Urbaningrum. Partai Demokrat juga akan membantu Anas dari sisi bantuan hukum. SBY melakukan jumpa pers seorang diri. Tidak ada satu pun dari Majelis Tinggi Partai yang hadir menemani SBY.

Sebelumnya, konflik SBY versus Anas memuncak pada Jumat (8/2) dini hari. Sekembalinya dari lawatan luar negeri SBY langsung memanggil Jero Wacik pada Kamis (7/2) malam.

Gerak cepat SBY ini bisa jadi merupakan respons atas desakan terhadap dirinya untuk menyelamatkan Partai Demokrat. Partai bentukan SBY ini memang tengah mengalami kemerosotan tajam. Tingkat elektabilitasnya ‘terjun’ bebas seperti hasil riset Saiful Mujani Research Consultant (SMRC).

Pertanyaan yang muncul, mengapa bukan Anas Urbaningrum yang dipanggilnya untuk mengetahui kondisi terakhir partai? Sebagai Ketua Umum, Anas merupakan nakhoda yang memimpin untuk menentukan mulus atau tidaknya langkah partai. Di saat yang bersamaan, Anas justru mengumpulkan pengurus DPP dan DPD di kediamannya di Durensawit, Jakarta Timur.

Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya alias Toto menilai, apa yang dilakukan SBY dan Anas semakin menegaskan adanya faksionalisasi di tubuh Demokrat. Saat ini, bukan lagi pertarungan antar faksi pasca-kongres, yaitu Anas, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie, tapi mengerucut menjadi dua faksi: faksi Cikeas (SBY) dan faksi Anas.

“Anas ingin menunjukkan bahwa proses pelengseran mustahil dilakukan. Dukungan bottom up ada di dia. Itu ditunjukkan dengan simbolisasi dalam pertemuan kemarin,” katanya. (net/jpnn)

JAKARTA- Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat (PD) SBY memimpin langsung upaya pembenahan di internal partai. Sementara, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum diminta untuk fokus saja menghadapi persoalan dugaan korupsi Hambalang di KPK. Majelis Tinggi Partai Demokrat akan mengambil alih roda organisasi untuk menyelamatkan partai. Dan SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi akan menjadi komandonya.

“Ketua Majelis Tinggi bertugas berwenang dan bertanggungjawab untuk memimpin penyelamatan dan konsolidasi partai,” kata SBY di kediaman pribadinya di Cikeas, Jawa Barat, Jumat (8/2) malam.

Menurut SBY, segala keputusan kebijakan dan tindakan partai akan ditentukan dan dikendalikan langsung oleh Majelis Tinggi. Dan SBY akan mengeluarkan langsung keputusan-keputusan penting partai.

Fraksi di DPR, DPD dan DPC di seluruh Indonesia juga akan di bawah komando Majelis Tinggi. Mereka juga akan bertanggungjawab langsung kepada Majelis Tinggi. “Majelis Tinggi melakukan penataan organisasi partai untuk meningkatkan kredibilitas partai,” tegasnya.

Ada sembilan anggota Majelis Tinggi Demokrat, yakni SBY sebagai Ketua, Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie, Sekretaris Dewan Pembina Jero Wacik, Sekretaris Dewan Kehormatan TB Silalahi, Ketua Umum DPP Anas Urbaningrum, dua Wakil Ketua Umum DPP Max Sopacua dan Jhonny Allen Marbun, Sekjen DPP Edhi Baskoro, dan Direktur Eksekutif DPP, Toto Riyanto.

“Saya memimpin langsung gerakan penataan dan penertiban Partai Demokrat ini, saya beri kesempatan untuk fokus kepada saudara Anas untuk memfokuskan diri dalam menghadapi masalah hukum yang sedang ditangani KPK,” kata SBY.

SBY berharap keadilan dapat ditegakkan dalam penanganan kasus Hambalang yang melibatkan Anas Urbaningrum. Partai Demokrat juga akan membantu Anas dari sisi bantuan hukum. SBY melakukan jumpa pers seorang diri. Tidak ada satu pun dari Majelis Tinggi Partai yang hadir menemani SBY.

Sebelumnya, konflik SBY versus Anas memuncak pada Jumat (8/2) dini hari. Sekembalinya dari lawatan luar negeri SBY langsung memanggil Jero Wacik pada Kamis (7/2) malam.

Gerak cepat SBY ini bisa jadi merupakan respons atas desakan terhadap dirinya untuk menyelamatkan Partai Demokrat. Partai bentukan SBY ini memang tengah mengalami kemerosotan tajam. Tingkat elektabilitasnya ‘terjun’ bebas seperti hasil riset Saiful Mujani Research Consultant (SMRC).

Pertanyaan yang muncul, mengapa bukan Anas Urbaningrum yang dipanggilnya untuk mengetahui kondisi terakhir partai? Sebagai Ketua Umum, Anas merupakan nakhoda yang memimpin untuk menentukan mulus atau tidaknya langkah partai. Di saat yang bersamaan, Anas justru mengumpulkan pengurus DPP dan DPD di kediamannya di Durensawit, Jakarta Timur.

Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya alias Toto menilai, apa yang dilakukan SBY dan Anas semakin menegaskan adanya faksionalisasi di tubuh Demokrat. Saat ini, bukan lagi pertarungan antar faksi pasca-kongres, yaitu Anas, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie, tapi mengerucut menjadi dua faksi: faksi Cikeas (SBY) dan faksi Anas.

“Anas ingin menunjukkan bahwa proses pelengseran mustahil dilakukan. Dukungan bottom up ada di dia. Itu ditunjukkan dengan simbolisasi dalam pertemuan kemarin,” katanya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/