Sosialisasi Sistem Peningkatan Manajemen Mutu Sarana Bidang Kesehatan
Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM menginstruksi kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan (Disdik) serta camat se-Kota Medan untuk mengawasi jajanan anak di sekolah dasar (SD).
Pasalnya, berdasarkan laporan Kepala Dinas Kesehatan, masih ditemukan bahan makanan tambahan berbahaya pada jajanan anak sekolah. “Kepada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, para camat saya imbau agar tetap melakukan pengawasan jajanan anak sekolah, baik di kantin sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Sebab bahan makanan berbahaya itu mempe-ngaruhi pertumbuhan atau perkembangan otak anak yang menjadi penerus bangsa,” tegas Rahudman saat membuka acara Sosialisasi Sistem Peningkatan Management Mutu Sarana Bidang Kesehatan, Jumat (8/2), di Ball rom Hotel Santika Medan.
Rahudman mengharapkan kepada para camat agar lebih meningkatkan peran Posyandu di wilayahnya masing-masing sebagai bentuk awal pelayanan kesehatan kepada anak dan ibu.
“Begitu juga dengan adanya mobil laboratorium keliling agar bisa dimanfaatkan Dinas Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan untuk jalan dan melihat apakah makanan yang dijual di sekolah layak dikonsumsi anak-anak atau tidak,” tambah Rahudman di acara, sekaligus mendistribusikan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk 21 kecamatan di acara, serta pemberian beras jimpitan untuk anak gizi buruk dan gizi kurang sekaligus penyerahan mobil laboratorium keliling kepada Dinas Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan Kota Medan.
Rahudman mengakui, di Medan masih ada anak menderita gizi buruk, yakni di sejumlah kecamatan di Kota Medan. Jumlah anak dengan kondisi gizi buruk mencapai 128 anak, tersebar di sejumlah kecamatan. Untuk mengurangi jumlah penderita gizi buruk saat ini Pemko Medan masih mencari solusinya.
“Selama ini keberadaan anak penderita gizi buruk tidak teridentifikasi. Karena itu, dengan adanya kerja sama antara pihak kecamatan dengan puskesmas ini bisa ditang-ani,” kata Rahudman.
Menurutnya, rumah sakit harus tetap ber-kordinasi dengan pemerintah Kota Medan, melalui Dinas Kesehatan sebagai pembina dan pengawas terhadap rumah sakit yang ada. “Dalam memenuhi kebutuhan pela-yanan kesehatan, keselamatan pasien, Dinas Kesehatan harus menyampaikan laporan pelayanan kesehatan, baik laporan rutin, kesehatan ibu dan anak serta gizi buruk,” tegas Rahudman.
Dikatakan Rahudman, pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UU, harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pela-yanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan drg Hj Usma Polita menyampaikan dalam lapornya, kegiatan sosialisasi ini diikuti sebanyak 150 orang, terdiri dari pimpinan rumah sakit pemerintah dan swasta, Kepala Puskesmas, para camat dan lainnya.
Sosialisasi ini digelar untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Sedangkan nara sumber yang hadir yakni, Kepala Dinas kesehatan Kota Medan, President Directur QIMS Achmad Tirmizi Hutasuhut dan Pimpinan VNZ Intrasindo Viktor Y Santoso.
Acara juga dihadiri Sekda Ir Syaiful Bahri MM, pimpinan PT VNZ Indonesia Viktor Y Santotso, pimpinan PT QIMS Intersindo Ahmad Tirmizi, camat se-Kota Medan, Kepala Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, Direktur rumah sakit pemerintah dan swasta, serta sejumlah pimpinan SKPD terkait. (dya/adv)
Jajanan SD Mengandung Boraks
MEDAN- Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Medan Drs I Gede Nyoman Suandi Apt, MM mengatakan, banyak jajanan di sekolah dasar (SD) di Kota Medan maupun di Sumut mengan-dung boraks.
Dikatakan I Gede, makanan yang banyak mengandung boraks di jajanan anak sekolah terdapat di lontong ketupat dengan ciri bila dipegang terasa kenyal. Selain itu juga terdapat di mie basah. Namun, boraks paling banyak terdapat di makanan bakso yang dijual di 50 SD di Medan.
“Kami membentuk tim kordinasi bersama Wali Kota Medan mendukung dan membeli mobil serta laboratorium sendiri untuk menjalankan penyuluhan program Wakil Pre-siden Budiono, dalam program Menuju Pangan Jajanan Anak Nasional yang Aman, Bermutu dan Bergizi yang dimulai dari tahun 2011-2012,” ujarnya dalam acara seminar yang diadakan olek PT Tupperware dengan tema Aku Anak Sehat (AAS) dan Aku Anak Jempol, kemarin.
Dari hasil penyuluhan, lanjutnya, seban-yak 4,4 persen jajanan di Kota Medan mengandung boraks. Hasil itu didapat dari pengambilan sempel di sekolah dasar (SD) di Medan. “Dari penyuluhan di Medan, kita mendapati ada 4,4 persen jajanan mengan-dung bahan berbahaya,” ujarnya.
Menurutnya, BBPOM pihaknya melakukan penyuluhan langsung dengan sasaran sebanyak 4.500 sekolah dalam kurun waktu 3 tahun.
“Nah untuk di Sumatera Utara sendiri kami dapat anggaran untuk 50 SD setiap tahunnya dan melakukan pengambilan sampel menggunakan mobil secara keliling-keliling,” ujarnya. (mag-12)