26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Persinggahan Para Musafir

MEDAN-Meskipun berdiri di tengah pemukiman yang bukan berlatarbelakang kampung muslim, ternyata tidak membuat keberadaan Masjid Silaturrahim ini sepi dari jamaah.

MASJID:  Sejumlah kendaraan melintas  depan Masjid Baiturrahim Jalan emas Medan, Kamis (21/2).//Sumut Pos
MASJID: Sejumlah kendaraan melintas di depan Masjid Baiturrahim Jalan emas Medan, Kamis (21/2).//Sumut Pos

Masjid yang berlokasi di Jalan Emas Nomor 10 Kelurahan Seirenggas II Kecamatan Medan Area ini, ternyata tetap dipadati para jamaahnya. Selain seringdisinggahi para pekerja yang bekerja tidak jauh dari lokasi berdirinya masjid untuk beribadah. Masjid ini juga sering disinggahi para musafir yang hendak beribadah bahkan beristirahat di Rumah Allah itu. Kepadatan masjid tampak terlihat, saat waktu menunjukkan salat zuhur, asar dan magrib.
“ Akan tetapi kalau salat subuh, di sini sepi sekali karena kebanyakan yang salat, bukan warga sekitar. Namun, meskipun begitu pintu masjid selalu terbuka dan tidak jarang orang-orang datang setelah salat subuh, sekedar untuk beritikaf atau melaksanaan salat sunnah dan kemudian beristirahat sejanak, “ ungkap Jamaludin (32) selaku imam dan penjaga Mesjid Silaturahim saat ditemui Sumut Pos, Kamis (14/2).

Untuk perkembangan secara fisik, Mesjid Silaturrahim terbilang cukup baik. Sebelum tahun 1950 silam mesjid tersebut hanya dibangung dengan menggunakan kayu dan beratap tepas dengan ukuran yang cukup minim. Perlahan, masjid tersebut mulai berbenah dan bisa berdiri dengan bangunan permanen, lengkap dengan beberapa fasilitas pendukung sejak 1977. Bahkan, dari kunjungan Sumut Pos, belum lama ini,  Masjid Silaturrahim terus melakukan pengembangan, dan hingga kini sudah memiliki dua lantai. Tidak sampai disitu saja, bahkan kini Masjid Silaturrahim juga memiliki tempat tinggal bagi penjaga masjid dengan kondisi yang cukup layak.

Menurut pengakuan J amaludin, selain digunakan untuk melaksanakan ibadah salat, tak jarang Masjid Silaturrahim dimanfaatkan untuk melaksanakan pengajian rutin.

“Setiap malam Rabu dan malam Sabtu kita menggelar pengajian di sini. Sejak dibangun dan diresmikannya masjid ini, juga sering diisi oleh ustad ternama kota Medan seperti ustad Yunus Rasyid, Amhar Nasution dan juga Zulfikar Hajar. Namun, perlahan ustad itu sudah jarang mengisi di masjid ini,”ucapnya.

Jamludin juga mengakui, pihak pengurus Masjid Silaturrahim hanya berharap pada sumbangan jamaah dan umat yang salat di masjid tersebut serta bantuan langsung oleh donator yang hendak membangunnya.

Sementara itu, Zainul Arifin Pane, salahsatu tetua kampung mengisahkan jikalau dahulunya masjid itu dibangun secara swadaya oleh warga sekitar, melalui tanah wakaf salah seorang warga. Meski berdiri dengan kondisi seadanya serta keterbatasan fasilitas, Zainul mengaku kalau mesjid itu dahulunya sangat ramai dipadati warga sekitar. Namun sepeninggalan orang-orang terdahulu yang ikut mendirikan masjid tersebut, kebanyakan keturunan mereka menjual tanahnya yang berada di sekitar lingkungan masjid dan pindah ke lokasi yang berada di pinggiran kota Medan.

“ Dahulu masjid itu dikelola Yayasan Silaturahim. Seiring berjalannya waktu semuanya berubah. Bahkan kepengurusannya menjadi Kenaziran Masjid Silaturrahim karena banyak sudah pendirinya terdahulu, sudah tidak lagi ada. Makanya saya dan beberapa orang teman saya yang dahulunya tinggal di lingkungan berdirinya mesjid itu, menyempatkan diri untuk  salat di Mesjid Silaturrahim, agar mesjid itu tetap eksis dan terus bertahan,” ungkap Zainul mengakhiri. (mag-10)

MEDAN-Meskipun berdiri di tengah pemukiman yang bukan berlatarbelakang kampung muslim, ternyata tidak membuat keberadaan Masjid Silaturrahim ini sepi dari jamaah.

MASJID:  Sejumlah kendaraan melintas  depan Masjid Baiturrahim Jalan emas Medan, Kamis (21/2).//Sumut Pos
MASJID: Sejumlah kendaraan melintas di depan Masjid Baiturrahim Jalan emas Medan, Kamis (21/2).//Sumut Pos

Masjid yang berlokasi di Jalan Emas Nomor 10 Kelurahan Seirenggas II Kecamatan Medan Area ini, ternyata tetap dipadati para jamaahnya. Selain seringdisinggahi para pekerja yang bekerja tidak jauh dari lokasi berdirinya masjid untuk beribadah. Masjid ini juga sering disinggahi para musafir yang hendak beribadah bahkan beristirahat di Rumah Allah itu. Kepadatan masjid tampak terlihat, saat waktu menunjukkan salat zuhur, asar dan magrib.
“ Akan tetapi kalau salat subuh, di sini sepi sekali karena kebanyakan yang salat, bukan warga sekitar. Namun, meskipun begitu pintu masjid selalu terbuka dan tidak jarang orang-orang datang setelah salat subuh, sekedar untuk beritikaf atau melaksanaan salat sunnah dan kemudian beristirahat sejanak, “ ungkap Jamaludin (32) selaku imam dan penjaga Mesjid Silaturahim saat ditemui Sumut Pos, Kamis (14/2).

Untuk perkembangan secara fisik, Mesjid Silaturrahim terbilang cukup baik. Sebelum tahun 1950 silam mesjid tersebut hanya dibangung dengan menggunakan kayu dan beratap tepas dengan ukuran yang cukup minim. Perlahan, masjid tersebut mulai berbenah dan bisa berdiri dengan bangunan permanen, lengkap dengan beberapa fasilitas pendukung sejak 1977. Bahkan, dari kunjungan Sumut Pos, belum lama ini,  Masjid Silaturrahim terus melakukan pengembangan, dan hingga kini sudah memiliki dua lantai. Tidak sampai disitu saja, bahkan kini Masjid Silaturrahim juga memiliki tempat tinggal bagi penjaga masjid dengan kondisi yang cukup layak.

Menurut pengakuan J amaludin, selain digunakan untuk melaksanakan ibadah salat, tak jarang Masjid Silaturrahim dimanfaatkan untuk melaksanakan pengajian rutin.

“Setiap malam Rabu dan malam Sabtu kita menggelar pengajian di sini. Sejak dibangun dan diresmikannya masjid ini, juga sering diisi oleh ustad ternama kota Medan seperti ustad Yunus Rasyid, Amhar Nasution dan juga Zulfikar Hajar. Namun, perlahan ustad itu sudah jarang mengisi di masjid ini,”ucapnya.

Jamludin juga mengakui, pihak pengurus Masjid Silaturrahim hanya berharap pada sumbangan jamaah dan umat yang salat di masjid tersebut serta bantuan langsung oleh donator yang hendak membangunnya.

Sementara itu, Zainul Arifin Pane, salahsatu tetua kampung mengisahkan jikalau dahulunya masjid itu dibangun secara swadaya oleh warga sekitar, melalui tanah wakaf salah seorang warga. Meski berdiri dengan kondisi seadanya serta keterbatasan fasilitas, Zainul mengaku kalau mesjid itu dahulunya sangat ramai dipadati warga sekitar. Namun sepeninggalan orang-orang terdahulu yang ikut mendirikan masjid tersebut, kebanyakan keturunan mereka menjual tanahnya yang berada di sekitar lingkungan masjid dan pindah ke lokasi yang berada di pinggiran kota Medan.

“ Dahulu masjid itu dikelola Yayasan Silaturahim. Seiring berjalannya waktu semuanya berubah. Bahkan kepengurusannya menjadi Kenaziran Masjid Silaturrahim karena banyak sudah pendirinya terdahulu, sudah tidak lagi ada. Makanya saya dan beberapa orang teman saya yang dahulunya tinggal di lingkungan berdirinya mesjid itu, menyempatkan diri untuk  salat di Mesjid Silaturrahim, agar mesjid itu tetap eksis dan terus bertahan,” ungkap Zainul mengakhiri. (mag-10)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/