26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Sudah Lari Pun Tetap Ditembak

Jerit kesakitan terdengar dari ruang IGD RSUD Padangsidimpuan (Psp). Ternyata, suara itu berasal dari seorang anak laki-laki berusia 18 tahun, Huala Pulungan, warga Aek Buaton, yang menjadi salah satu korban penembakan di betis kiri hingga tembus ke paha, Sabtu (23/3).

Remaja tanggung yang setiap hari ikut orangtuanya ke ladang itu, ketika ditemui di rumah sakit menceritakan, sekira pukul 05.00 WIB, tiga warga Desa Aek Buaton ditangkap Polsek Barumun Tengah, kabar itupun cepat menyebar. Seperti dikomandoi ratusan warga dari tiga desa yang berdekatan, yaitu Desa Aek Buaton, Hutabargot, dan Sidonggong langsung berkumpul. Mereka sepakat untuk datang ke Polsek guna mempertanyakan mengapa warga mereka ditangkap dan juga meminta agar ketiganya segera dibebaskan.

Tepat pukul 07.00 WIB, ratusan warga dari tiga desa yang berbeda itu  langsung bergerak menuju Polsek Barteng di Desa Binanga, Palas. Setibanya di halaman luar Polsek, ratusan warga sudah disambut puluhan personel polisi dengan senjata lengkap. Awalnya, suasana masih aman dan kondusif.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ratusan warga berlarian tidak tentu arah. Puluhan personel polisi yang tadinya berjaga, berusaha mengejar dan melepaskan tembakan ke arah warga, keributan pun terjadi.  Huala, yang saat itu bersama warga dan teman-teman seusianya yang ikut berpartisipasi, juga lari tunggang langgang.

Saat menyelamatkan diri, dia tidak merasa kalau paha kirinya sudah tertembus peluru tajam yang datangnya tidak diketahuinya.
“Saat itu aku hanya bisa berlari, karena kulihat mereka (polisi) seperti mengamuk mengejar kami. Ada yang dipukuli dengan senjata, ada juga yang ditunjangi. Kira-kira 200 meter dari polsek, barulah aku sampai bersama warga yang lain, yang panik dan ketakutan. Di situ aku baru sadar kalau kaki kiriku sudah tertembak. Rasanya sakit sekali bang, tega kali mereka. Aku sudah lari pun, tetap ditembak juga,” ucap Huala dengan sedih di ruang IGD RSUD Kota Psp.

Hal serupa juga dikatakan Masdawiyah br Daulay (50), yang ditemui di RSUD Kota Psp. Dia mengaku, mendatangi Polsek Barteng untuk melihat tiga pemuda sekampungnya yang ditahan polisi. Ketiga pemuda ini ditahan terkait sengketa lahan. Sebelum kejadian, beberapa pemuda kampung itu berjaga-jaga di lokasi lahan sengketa pada malam hari.

Menyikapi penembakan itu, Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Republik Indonesia, Edi Saputra Hasibuan yang dikonfirmasi, Sabtu  (23/3), mengatakan, pihaknya akan meneliti kasus penembakan yang dilakukan aparat Polsek Barteng terhadap masyarakat sipil itu.(amr/mag-01/smg)

Jerit kesakitan terdengar dari ruang IGD RSUD Padangsidimpuan (Psp). Ternyata, suara itu berasal dari seorang anak laki-laki berusia 18 tahun, Huala Pulungan, warga Aek Buaton, yang menjadi salah satu korban penembakan di betis kiri hingga tembus ke paha, Sabtu (23/3).

Remaja tanggung yang setiap hari ikut orangtuanya ke ladang itu, ketika ditemui di rumah sakit menceritakan, sekira pukul 05.00 WIB, tiga warga Desa Aek Buaton ditangkap Polsek Barumun Tengah, kabar itupun cepat menyebar. Seperti dikomandoi ratusan warga dari tiga desa yang berdekatan, yaitu Desa Aek Buaton, Hutabargot, dan Sidonggong langsung berkumpul. Mereka sepakat untuk datang ke Polsek guna mempertanyakan mengapa warga mereka ditangkap dan juga meminta agar ketiganya segera dibebaskan.

Tepat pukul 07.00 WIB, ratusan warga dari tiga desa yang berbeda itu  langsung bergerak menuju Polsek Barteng di Desa Binanga, Palas. Setibanya di halaman luar Polsek, ratusan warga sudah disambut puluhan personel polisi dengan senjata lengkap. Awalnya, suasana masih aman dan kondusif.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ratusan warga berlarian tidak tentu arah. Puluhan personel polisi yang tadinya berjaga, berusaha mengejar dan melepaskan tembakan ke arah warga, keributan pun terjadi.  Huala, yang saat itu bersama warga dan teman-teman seusianya yang ikut berpartisipasi, juga lari tunggang langgang.

Saat menyelamatkan diri, dia tidak merasa kalau paha kirinya sudah tertembus peluru tajam yang datangnya tidak diketahuinya.
“Saat itu aku hanya bisa berlari, karena kulihat mereka (polisi) seperti mengamuk mengejar kami. Ada yang dipukuli dengan senjata, ada juga yang ditunjangi. Kira-kira 200 meter dari polsek, barulah aku sampai bersama warga yang lain, yang panik dan ketakutan. Di situ aku baru sadar kalau kaki kiriku sudah tertembak. Rasanya sakit sekali bang, tega kali mereka. Aku sudah lari pun, tetap ditembak juga,” ucap Huala dengan sedih di ruang IGD RSUD Kota Psp.

Hal serupa juga dikatakan Masdawiyah br Daulay (50), yang ditemui di RSUD Kota Psp. Dia mengaku, mendatangi Polsek Barteng untuk melihat tiga pemuda sekampungnya yang ditahan polisi. Ketiga pemuda ini ditahan terkait sengketa lahan. Sebelum kejadian, beberapa pemuda kampung itu berjaga-jaga di lokasi lahan sengketa pada malam hari.

Menyikapi penembakan itu, Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Republik Indonesia, Edi Saputra Hasibuan yang dikonfirmasi, Sabtu  (23/3), mengatakan, pihaknya akan meneliti kasus penembakan yang dilakukan aparat Polsek Barteng terhadap masyarakat sipil itu.(amr/mag-01/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/