26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tuhan Tidak Iseng Menciptakan Manusia

Pengalaman hidup miskin membawa Jason Chang melakukan tindakan ‘durhaka’, memukul ibunya dengan kepalan tangan. Apa yang membuatnya berbalik mengasihi Tuhan dan ibunya hingga sukses di dunia musik? Berikut penuturannya.

Namaku Jason Chang. Orang banyak mengenalku sebagai penulis lagu rohani Sentuh Hatiku. Jauh sebelum kondisiku sekarang, aku mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan.

Aku lahir dari keluarga yang ekonominya jauh dari kecukupan. Untuk makan saja, aku dan saudara-saudaraku seringkali makan makanan seadanya. Nasi sama garam adalah sarapan pagi aku dan sekeluarga.

Aku tidak terima dengan kondisi serba sulit ini. Aku pun akhirnya suka membayangkan hidup di dalam keluarga yang lebih sejahtera dimana apa yang aku minta pasti dikabulkan. Namun seiring waktu, angan-anganku tetaplah hanya menjadi angan-angan.

Beranjak SMA, sisi pemberontakanku makin menjadi-jadi. Sepanjang waktu itu aku pun terus menerus membuat orang tua khususnya mama bersedih. Tak ada rasa bersalah ketika aku tidak mendengarkannya atau mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya.

Hingga sampai satu ketika, dalam sebuah pertengkaran. Tanganku mengayun ke muka mama. Aku kaget, aku shock. Rasa penyesalan sangat pun muncul di hatiku. Malam demi malam aku selalu teringat pada peristiwa itu. Lewat hal tersebut, aku justru mendekat pada Tuhan. Sebuah tindakan pertobatan pun kuambil hari itu.

Setelah Tuhan Yesus tinggal secara pribadi di dalamku, aku menjadi orang yang suka berdoa. Di dalam doa-doaku banyak kuselipkan impianku pada-Nya. Aku tahu bahwa suatu saat aku bisa memberkati keluargaku.

Masuk masa kuliah, keadaan ekonomi aku dan keluarga bukan semakin membaik. Aku kerap kali terlilit biaya kostan dan bahkan biaya untuk mengikuti mata kuliah yang kujalani. Agar tidak membebankan mama, aku suka sekali mengikuti berbagai kompetisi. Tahun 1998, aku ikutan lomba makan mie instan. Aku tahu sainganku banyak dan berat-berat. Namun aku berserah pada Tuhan. Aku berdoa sebelum lomba kujalani. Puji Tuhan, aku menjadi pemenangnya.

Selesai kuliah, aku masuk ke dalam dunia pekerjaan. Kupikir bekerja di perkantoran akan mampu mengangkat perekonomianku. Ternyata, pikiranku salah. Pada banyak kejadian, aku justru banyak mengalami kekurangan. Aku pun banting stir dan beralih ke dunia kuliner.

Di dunia masak-memasak ini, aku menemukan kesenangan. Namun, karena aku jatuh sakit, kutinggalkan bidang yang kusukai ini. Musik menjadi perlabuhanku selanjutnya. Bermodalkan kebisaan bermain piano, aku pun mulai mengarang lagu.

Dengan keberanian, aku menawarkan lagu-laguku ke sejumlah label musik. Akan tetapi, penolakan demi penolakan yang kuterima. Sampai satu ketika, salah satu pihak televisi swasta meminta laguku berjudul Sentuh Hatiku untuk dijadikan soundtrack sebuah tayangan sinetron natal.
Aku senang sekali mendapatkan tawaran itu dan diluar dugaanku lagu “Sentuh Hatiku” banyak disukai oleh masyarakat Indonesia.

Perlahan tapi pasti, dimulai dari 2008 lalu ke 2009, karyaku terus mendapatkan apresiasi positif dari pasar. Oleh karena anugerah Tuhan, aku pun saat itu sudah bisa membelikan sebuah rumah untuk mama saya, mobil, bahkan ruko yang saya persembahkan untuk mama.

Melihat semua berkat dan kehidupanku sekarang, aku mengimani bahwa Tuhan tidak pernah iseng menciptakan manusia. Dia selalu mempunyai rencana hebat bagi setiap kita. Kalau pun sekarang aku diperhadapkan dengan kesulitan, aku percaya ada kekuatan yang diberikan Tuhan bagi hidupku. Aku tahu sesaat aku berhasil melewatinya, kebaikan-kebaikanNya akan memenuhi hidupku senantiasa.(jc)

Pengalaman hidup miskin membawa Jason Chang melakukan tindakan ‘durhaka’, memukul ibunya dengan kepalan tangan. Apa yang membuatnya berbalik mengasihi Tuhan dan ibunya hingga sukses di dunia musik? Berikut penuturannya.

Namaku Jason Chang. Orang banyak mengenalku sebagai penulis lagu rohani Sentuh Hatiku. Jauh sebelum kondisiku sekarang, aku mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan.

Aku lahir dari keluarga yang ekonominya jauh dari kecukupan. Untuk makan saja, aku dan saudara-saudaraku seringkali makan makanan seadanya. Nasi sama garam adalah sarapan pagi aku dan sekeluarga.

Aku tidak terima dengan kondisi serba sulit ini. Aku pun akhirnya suka membayangkan hidup di dalam keluarga yang lebih sejahtera dimana apa yang aku minta pasti dikabulkan. Namun seiring waktu, angan-anganku tetaplah hanya menjadi angan-angan.

Beranjak SMA, sisi pemberontakanku makin menjadi-jadi. Sepanjang waktu itu aku pun terus menerus membuat orang tua khususnya mama bersedih. Tak ada rasa bersalah ketika aku tidak mendengarkannya atau mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya.

Hingga sampai satu ketika, dalam sebuah pertengkaran. Tanganku mengayun ke muka mama. Aku kaget, aku shock. Rasa penyesalan sangat pun muncul di hatiku. Malam demi malam aku selalu teringat pada peristiwa itu. Lewat hal tersebut, aku justru mendekat pada Tuhan. Sebuah tindakan pertobatan pun kuambil hari itu.

Setelah Tuhan Yesus tinggal secara pribadi di dalamku, aku menjadi orang yang suka berdoa. Di dalam doa-doaku banyak kuselipkan impianku pada-Nya. Aku tahu bahwa suatu saat aku bisa memberkati keluargaku.

Masuk masa kuliah, keadaan ekonomi aku dan keluarga bukan semakin membaik. Aku kerap kali terlilit biaya kostan dan bahkan biaya untuk mengikuti mata kuliah yang kujalani. Agar tidak membebankan mama, aku suka sekali mengikuti berbagai kompetisi. Tahun 1998, aku ikutan lomba makan mie instan. Aku tahu sainganku banyak dan berat-berat. Namun aku berserah pada Tuhan. Aku berdoa sebelum lomba kujalani. Puji Tuhan, aku menjadi pemenangnya.

Selesai kuliah, aku masuk ke dalam dunia pekerjaan. Kupikir bekerja di perkantoran akan mampu mengangkat perekonomianku. Ternyata, pikiranku salah. Pada banyak kejadian, aku justru banyak mengalami kekurangan. Aku pun banting stir dan beralih ke dunia kuliner.

Di dunia masak-memasak ini, aku menemukan kesenangan. Namun, karena aku jatuh sakit, kutinggalkan bidang yang kusukai ini. Musik menjadi perlabuhanku selanjutnya. Bermodalkan kebisaan bermain piano, aku pun mulai mengarang lagu.

Dengan keberanian, aku menawarkan lagu-laguku ke sejumlah label musik. Akan tetapi, penolakan demi penolakan yang kuterima. Sampai satu ketika, salah satu pihak televisi swasta meminta laguku berjudul Sentuh Hatiku untuk dijadikan soundtrack sebuah tayangan sinetron natal.
Aku senang sekali mendapatkan tawaran itu dan diluar dugaanku lagu “Sentuh Hatiku” banyak disukai oleh masyarakat Indonesia.

Perlahan tapi pasti, dimulai dari 2008 lalu ke 2009, karyaku terus mendapatkan apresiasi positif dari pasar. Oleh karena anugerah Tuhan, aku pun saat itu sudah bisa membelikan sebuah rumah untuk mama saya, mobil, bahkan ruko yang saya persembahkan untuk mama.

Melihat semua berkat dan kehidupanku sekarang, aku mengimani bahwa Tuhan tidak pernah iseng menciptakan manusia. Dia selalu mempunyai rencana hebat bagi setiap kita. Kalau pun sekarang aku diperhadapkan dengan kesulitan, aku percaya ada kekuatan yang diberikan Tuhan bagi hidupku. Aku tahu sesaat aku berhasil melewatinya, kebaikan-kebaikanNya akan memenuhi hidupku senantiasa.(jc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/