TURIN- Tak lagi membahas kekalahan Juventus dari Bayern Munchen, persoalan yang lebih mendalam dan sentimentil diapungkan petinggi Juve, Beppe Marotta. Pernyataannya menarik untuk dicemarti, yakni soal isu uang di kompetisi Serie A dan Bundesliga.
Beppe Marotta yang merupakan Direktur Umum Juventus memang tak mencari kambing hitam atas kegagalan Juventus melaju ke semifinal Liga Champions setelah kalah dua kali dari Bayern Munchen dengan agregat 4-0.
Namun, dia menegaskan gap ekonomi antara klub Serie A Italia dan Bundesliga Jerman menjadi pembeda dua kompetisi tersebut.
“Bayern mencapai final Liga Champions sebanyak tiga kali dan memenangi titel Bundesliga di sisa enam pertandingan,” beber Marotta dilansir Goal kemarin.
Marotta tak menampik jika Serie A kalah jauh dari Bundesliga. Utamanya soal pengelolaan pendapatan bagi para klub.
“Sudah pasti ada jarak, tapi yang pasti klub Jeman berada pada tahap yang lebih maju dalam proses pembangunan kembali. Kami mengikuti contoh mereka,” lanjutnya.
Faktor ekonomi membuat gap itu semakin menganga. Hal itu dipaparkan dengan seksama oleh Marotta.
“Faktor ekonomi juga menentukan strategi transfer. Hari ini klub seperti Bayern memiliki keuntungan ganda dari klub Italia seperti AC Milan, Inter atau Juventus. Mereka bisa membeli satu pemain seharga 40 juta euro, sementara di Italia tiga atau empat tim harus bersatu untuk mendapatkan uang itu,” paparnya lagi.
Ironis memang, sebab di Italia hanya Juventus satu-satunya tim Serie A yang memiliki stadion sendiri. Dan hal itu tampaknya sulit diikuti tim lain.
“Ini sangat sederhana, karena tim Italia mendapatkan hampir 70 persen keuntungan dari hak siar TV, sedangkan klub Jerman dibagi antara hak siar TV, iklan dan stadion. Sudah jelas di Italia ada kekurangan stadion yang bisa dimiliki klub untuk meningkatkan pendapatan,” pungkas Marotta.
So, kapan Serie A berbenah? Menurut pelatih Juve, Antonio Conte, butuh waktu lama bagi klub Serie A untuk bisa meraih gelar di Eropa. Khususnya Liga Champions.
Menurut Conte, sepak bola Italia lebih senang dengan meributkan kontroversi yang tak perlu dibandingkan membangun sebuah tim yang kuat.
Tak hanya itu, Conte juga melihat minimnya dana menjadi faktor lain sebuah klub di Serie A sulit berkembang. Hasilnya jelas bahwa tim-tim di Italia mengalami penurunan dibandingkan klub besar Eropa lainnya.
“Hari ini, saya melihat sebuah tim seperti Real Madrid, Manchester City, Bayern Munich, Manchester United, Paris Saint-Germain, dan Barcelona sebagai klub-klub yang memiliki banyak uang. Mereka bisa membeli semua pemain top. Sementara di Italia, situasinya berbeda,” ujar Conte, seperti dilansir Ibnlive.
“Oleh karena itu, saya tak bisa melihat bahwa tim-tim di Italia bisa memenangkan kompetisi Liga Champions dalam waktu kurun waktu dekat pada tahun-tahun ke depan,” sambungnya usai laga kontra Bayern.
Tim asal Italia yang terakhir kala menjadi jawara Liga Champions adalah Inter Milan pada musim 2009-2010 saat masih dibesut oleh Jose Mourinho dengan berisikan para pemain bintang. Sedangkan, Juve sendiri terakhir kali juara pada 1996 dengan mengalahkan Ajax Amsterdam di babak final. (bbs/ful)