30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pengamanan Kedubes AS Dijaga Ekstraketat

JAKARTA-Mabes Polri merespons serius kejadian pengeboman di Boston, Amerika Serikat. Kedutaan Besar AS di Jakarta ditambah personel pengamanannya. Sebanyak satu peleton Brimob Polda Metro Jaya disiapkan untuk menjaga perwakilan negara adidaya itu.
“Sejak hari pertama pengeboman, kita langsung berkoordinasi dengan Kedubes AS di Jakarta untuk mengantisipasi segala kemungkinan,” kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius di kantornya kemarin (17/4).

Menurut Suhardi, meski selama ini tidak ada ancaman apapun ke Kedubes AS di Jakarta, Polri tak mau ambil resiko. “Tugas polisi itu preventif, mencegah. Jangan sampai ada kecolongan,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya itu. Pantauan Jawa Pos kemarin sekitar pukul 18.30 sekitar 15 personel Brimob Polda Metro Jaya berjaga di depan gerbang utama. Biasanya, gerbang itu hanya dijaga tenaga pengamanan Kedutaan dan dua orang personel Brimob.

Suhardi menjelaskan, operasi pencegahan aksi teror di Indonesia terus berlangsung, namun secara tertutup. “Kalau upaya pencegahan dijelaskan ya tentu terorisnya bisa antisipasi,” katanya. Mantan Dirtipter Bareskrim Polri itu mengaku pihaknya terus berupaya menekan penyebaran konten teror di dunia maya. Misalnya, panduan pembuatan bom di internet. “Walaupun itu bukan ranahnya Polri, tapi kami berkoordinasi dengan Kemenkominfo,” ujarnya.

Di tempat terpisah, peneliti terorisme Rizal Darmaputera menilai pengamanan terhadap kedutaan besar negara negara asing tak perlu dinyatakan secara mencolok. “Lagipula, sekarang sasaran kelompok kelompok teroris di Indonesia sudah bergeser,” katanya. Dulu, lanjut dia, serangan ditujukan pada far enemy atau musuh jauh. Yakni, simbol-simbol asing seperti kedutaan atau hotel milik asing. “Tapi sekarang near enemy atau musuh dekat. Yakni aparat Indonesia sendiri seperti pembunuhan polisi di Poso beberapa waktu lalu,” katanya.

Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia (Lespersi) itu pesimistis pemerintah bisa menghilangkan materi-materi berbau teror di internet. “Komunikasi kelompok-kelompok ini selalu berlapis. Kalaupun satu dihilangkan, yang lain muncul,” katanya. (rdl/oki/jpnn)

JAKARTA-Mabes Polri merespons serius kejadian pengeboman di Boston, Amerika Serikat. Kedutaan Besar AS di Jakarta ditambah personel pengamanannya. Sebanyak satu peleton Brimob Polda Metro Jaya disiapkan untuk menjaga perwakilan negara adidaya itu.
“Sejak hari pertama pengeboman, kita langsung berkoordinasi dengan Kedubes AS di Jakarta untuk mengantisipasi segala kemungkinan,” kata Kadivhumas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius di kantornya kemarin (17/4).

Menurut Suhardi, meski selama ini tidak ada ancaman apapun ke Kedubes AS di Jakarta, Polri tak mau ambil resiko. “Tugas polisi itu preventif, mencegah. Jangan sampai ada kecolongan,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya itu. Pantauan Jawa Pos kemarin sekitar pukul 18.30 sekitar 15 personel Brimob Polda Metro Jaya berjaga di depan gerbang utama. Biasanya, gerbang itu hanya dijaga tenaga pengamanan Kedutaan dan dua orang personel Brimob.

Suhardi menjelaskan, operasi pencegahan aksi teror di Indonesia terus berlangsung, namun secara tertutup. “Kalau upaya pencegahan dijelaskan ya tentu terorisnya bisa antisipasi,” katanya. Mantan Dirtipter Bareskrim Polri itu mengaku pihaknya terus berupaya menekan penyebaran konten teror di dunia maya. Misalnya, panduan pembuatan bom di internet. “Walaupun itu bukan ranahnya Polri, tapi kami berkoordinasi dengan Kemenkominfo,” ujarnya.

Di tempat terpisah, peneliti terorisme Rizal Darmaputera menilai pengamanan terhadap kedutaan besar negara negara asing tak perlu dinyatakan secara mencolok. “Lagipula, sekarang sasaran kelompok kelompok teroris di Indonesia sudah bergeser,” katanya. Dulu, lanjut dia, serangan ditujukan pada far enemy atau musuh jauh. Yakni, simbol-simbol asing seperti kedutaan atau hotel milik asing. “Tapi sekarang near enemy atau musuh dekat. Yakni aparat Indonesia sendiri seperti pembunuhan polisi di Poso beberapa waktu lalu,” katanya.

Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia (Lespersi) itu pesimistis pemerintah bisa menghilangkan materi-materi berbau teror di internet. “Komunikasi kelompok-kelompok ini selalu berlapis. Kalaupun satu dihilangkan, yang lain muncul,” katanya. (rdl/oki/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/