JAKARTA – Loyalis mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum itu menuding Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) main mata dengan terpidana kasus wisma atlet, M Nazaruddin.
Menurut Carrel, SBY dan Nazar saling melindungi. Nazar tidak menyebut-nyebut nama keluarga Cikeas. Sebagai imbalan, dua anggota keluarga Nazar dijadikan calon anggota legislatif untuk Pemilu 2014.
“Ini adalah bargaining Nazaruddin dengan petinggi Demokrat (SBY)” ujar Carrel yang juga salah satu kuasa hukum Anas, di kantor KPK, Jakarta, Senin (29/4).
Saudara Nazar yang maju sebagai caleg DPR yakni M Nasir dari Dapil Riau II dan Ayub Khan dari Dapil Jawa Timur IV. Bahkan, SBY selaku ketua umum partai memberi nomor cantik bagi keluarga Nazaruddin.
“Satu lagi yang lebih jelas dari keluarga Nazaruddin, ada dua keluarga Nazaruddin, dua-duanya nomor satu di dapilnya masing-masing,” kata Carrel. Sedangkan para loyalis Anas termasuk dirinya dicoret saat penyaringan. Loyalis Anas didesak keluar secara halus.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto menilai, partai mengedepankan cara mudah dan menguntungkan para elite partainya saja.
Misalnya dengan memberi akses berlebih pada keluarga inti, kolega, atau kerabat secara serampangan. Menurut Gun, bisa dimaklumi jika pencalegan keluarga inti, kolega dan kerabat itu merupakan orang-orang yang kompeten. Namun di banyak kasus, mereka yang diusung justru tidak menunjukkan kapabilitas personal maupun profesional dalam banyak hal.
“Ini yang sesungguhnya paradoks bagi fungsi-fungsi partai. Karena kan seharusnya partai bisa mengoptimalkan diri sebagai kanal pelembagaan dan permulaan kaderisasi,” ujar Gun kepada wartawan. Selain itu pria kelahiran Cianjur tersebut menyatakan, pola pikir dengan memberi tempat pada keluarga, kolega dan kerabat seringkali mengakibatkan lumpuhnya sistem organisasi dan menjadi figure sentris.
Sementara, Pemilihan bakal calon anggota legislatif (caleg) berdasarkan hubungan kekerabatan masih mewarnai pemilu 2014. Hal ini terlihat dari nama-nama bakal caleg yang didaftarkan ke KPU. Dari data yang dirilis KPU, setidaknya ditemukan 30 orang bakal caleg yang memiliki hubungan kekerabatan dengan caleg lainnya atau dengan petinggi partai. “Parpol masih milik segelintir elite atau keluarga tertentu,” kata Koordinator Formappi, Sebastian Salang. (gil/jpnn)