24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

SBY Pastikan BBM Naik

JAKARTA-Pemerintah tampaknya mulai sepaham dengan opsi menaikkan harga BBM. Dengan pertimbangan subsidi BBM yang makin memberatkan APBN dan fiskal, Presiden Susilo Bambang Yudhonoyono (SBY) akhirnya menyatakan kenaikan harga BBM yang dibarengi dengan kompensasi kepada masyarakat miskin.

“Dengan menaikkan harga BBM secara terbatas dan terukur, karena kita tidak ingin dan tidak punya menaikkannya hingga setara dengan harga pasar atau harga keekonomian. Saya tahu Undang Undang yang berlaku, saya tahu putusan MK (Mahkamah Konstitusi) soal ini. Maka kalau ada kenaikan BBM, maka harganya terbatas dan terukur,”jelas SBY saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2013 di Hotel Bidakara, kemarin (30/4).

SBY menguraikan, kondisi APBN dan fiscal Indonesia saat ini tidak sehat, akibat besarnya subsidi BBM. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, kondisi tersebut bisa makin buruk. Salah satu akibat yang mungkin adalah deficit anggaran mencapai lebih dari tiga persen. “Dengan deficit yang besar, maka ketahanan ekonomi kita juga akan terganggu,”ujar dia.

Di samping defisit anggaran, lanjut SBY, subsidi BBM yang terlalu besar juga mengakibatkan anggaran kesejahteraan rakyat terus berkurang. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga makin terbatas. Subsidi BBM juga tidak tepat sasaran. “Sehingga terus terang subsidi BBM kita sudah memberatkan APBN dan tidak tepat sasaran, yang menikmati adalah golongan yang mampu dan kaya. Kalau kita biarkan ini tidak adil bagi rakyat kita. Karena sedikit yang kita gunakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan infrakstruktur Indonesia,”urai SBY.

Karena itu, SBY melanjutkan, dengan kenaikan harga BBM, aka nada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh. Diantaranya, APBN dan fiscal menjadi lebih sehat, ketahanan ekonomi terjaga. Selain itu, anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membangun infrastruktur juga menjadi lebih besar. “Ekonomi menjadi lebih aman, subsidi juga lebih adil dan tepat sasaran,”lanjutnya.

Namun, SBY menekankan, kenaikan harga BBM tersebut juga harus memperhitungkan dampak bagi kalangan menengah ke bawah. Sebab, kemungkinan inflasi akan terjadi yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga-harga barang, khususnya bahan pokok. “Tugas kita bukan hanya menghitung BBM dinaikkan, itu baru separo tugas kita. Kalau itu (inflasi) terjadi, mari kita pastikan saudara-saudara kita yang belum terproteksi mari kita lindungi. Bagi pemerintah membantu dan melindungi golongan tidak mampu itu wajib hukumnya. Kompensasi itu wajib,”tegasnya.

SBY menguraikan bentuk kompensasi tersebut adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM tersebut diberikan dalam bentuk beras miskin (raskin), Beasiswa Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH) untuk keluarga yang sangat miskin dan bantuan-bantuan lain dari pusat maupun daerah. Besaran kompensasi tersebut nantinya disesuaikan dengan kenaikan harga BBM.

“Berapa besar bantuan untuk masyarakat tersebut, jawabannya tergantung. Tergantung berapa kenaikan harga BBM. Berapa besar nilai inflasinya, berapa kemampuan anggaran kita. Prinsipnya yang tidak mampu kita bantu dan kita lindungi,”urai Presiden RI keenam itu.

Lantas kapan harga BBM akan dinaikkan, SBY menyatakan hal tersebut akan dilakukan jika dana kompensasi tersebut telah siap. Kompensasi tersebut akan dibahas dalam APBN-P 2013 pada bulan ini (Mei). Jika pembahasan kompensasi berlangsung cepat, maka kenaikan harga BBM bisa segera diumumkan pada bulan yang sama.

“Pemerintah berharap bersama DPR, bisa membahasnya bulan Mei 2013 ini. Saya harapkan ini dapat kita percepat. Saya mendapatkan informasi ketua DPR sedang berada di tempat lain. Dan setelah kembali segera dilakukan pembahasan ini (kompensasi). Jika DPR sepakat, berarti bulan Mei, berarti esok hari, maka dana kompensasi bantuan masyarakat sudah siap. Jika sudah siap kenaikan harga BBM dalam jumlah tertentu baru kita lakukan,”tegasnya.
SBY mengakui ada banyak pihak yang menilai pemerintah terkesan lambat dan ragu-ragu dalam menaikkan harga BBM. Dia menekankan, opsi kenaikan harga BBM tersebut cukup pelik dan menjadi opsi terakhir. “Kenaikan harga BBM adalah jalan terakhir bila tidak ada opsi lain, bila tidak ada dampak ekonomi, sosial dan keamanan. Jika harus ada kenaikan BBM karena kompensasi dan bantuan itu harus siap. Dananya harus tersedia dan saya berharap Pemerintah dan DPR bisa menetapkan APBN-P 2013 ini,”imbuh dia.

Setelah pemerintah memastikan akan menaikkan harga BBM, maka pertanyaan berikutnya adalah berapa besar kenaikannya? Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah kini tengah mematangkan kalkulasi kenaikan harga dari mulai dari Rp5.500 per liter, Rp6.000 per liter, dan maksimal Rp6.500 per liter. “Tapi, perkiraan saya di bawah Rp 6 ribu (per liter),” ujarnya kemarin. (ken/owi/jpnn)

JAKARTA-Pemerintah tampaknya mulai sepaham dengan opsi menaikkan harga BBM. Dengan pertimbangan subsidi BBM yang makin memberatkan APBN dan fiskal, Presiden Susilo Bambang Yudhonoyono (SBY) akhirnya menyatakan kenaikan harga BBM yang dibarengi dengan kompensasi kepada masyarakat miskin.

“Dengan menaikkan harga BBM secara terbatas dan terukur, karena kita tidak ingin dan tidak punya menaikkannya hingga setara dengan harga pasar atau harga keekonomian. Saya tahu Undang Undang yang berlaku, saya tahu putusan MK (Mahkamah Konstitusi) soal ini. Maka kalau ada kenaikan BBM, maka harganya terbatas dan terukur,”jelas SBY saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2013 di Hotel Bidakara, kemarin (30/4).

SBY menguraikan, kondisi APBN dan fiscal Indonesia saat ini tidak sehat, akibat besarnya subsidi BBM. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, kondisi tersebut bisa makin buruk. Salah satu akibat yang mungkin adalah deficit anggaran mencapai lebih dari tiga persen. “Dengan deficit yang besar, maka ketahanan ekonomi kita juga akan terganggu,”ujar dia.

Di samping defisit anggaran, lanjut SBY, subsidi BBM yang terlalu besar juga mengakibatkan anggaran kesejahteraan rakyat terus berkurang. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga makin terbatas. Subsidi BBM juga tidak tepat sasaran. “Sehingga terus terang subsidi BBM kita sudah memberatkan APBN dan tidak tepat sasaran, yang menikmati adalah golongan yang mampu dan kaya. Kalau kita biarkan ini tidak adil bagi rakyat kita. Karena sedikit yang kita gunakan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan infrakstruktur Indonesia,”urai SBY.

Karena itu, SBY melanjutkan, dengan kenaikan harga BBM, aka nada sejumlah manfaat yang bisa diperoleh. Diantaranya, APBN dan fiscal menjadi lebih sehat, ketahanan ekonomi terjaga. Selain itu, anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membangun infrastruktur juga menjadi lebih besar. “Ekonomi menjadi lebih aman, subsidi juga lebih adil dan tepat sasaran,”lanjutnya.

Namun, SBY menekankan, kenaikan harga BBM tersebut juga harus memperhitungkan dampak bagi kalangan menengah ke bawah. Sebab, kemungkinan inflasi akan terjadi yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga-harga barang, khususnya bahan pokok. “Tugas kita bukan hanya menghitung BBM dinaikkan, itu baru separo tugas kita. Kalau itu (inflasi) terjadi, mari kita pastikan saudara-saudara kita yang belum terproteksi mari kita lindungi. Bagi pemerintah membantu dan melindungi golongan tidak mampu itu wajib hukumnya. Kompensasi itu wajib,”tegasnya.

SBY menguraikan bentuk kompensasi tersebut adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM tersebut diberikan dalam bentuk beras miskin (raskin), Beasiswa Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH) untuk keluarga yang sangat miskin dan bantuan-bantuan lain dari pusat maupun daerah. Besaran kompensasi tersebut nantinya disesuaikan dengan kenaikan harga BBM.

“Berapa besar bantuan untuk masyarakat tersebut, jawabannya tergantung. Tergantung berapa kenaikan harga BBM. Berapa besar nilai inflasinya, berapa kemampuan anggaran kita. Prinsipnya yang tidak mampu kita bantu dan kita lindungi,”urai Presiden RI keenam itu.

Lantas kapan harga BBM akan dinaikkan, SBY menyatakan hal tersebut akan dilakukan jika dana kompensasi tersebut telah siap. Kompensasi tersebut akan dibahas dalam APBN-P 2013 pada bulan ini (Mei). Jika pembahasan kompensasi berlangsung cepat, maka kenaikan harga BBM bisa segera diumumkan pada bulan yang sama.

“Pemerintah berharap bersama DPR, bisa membahasnya bulan Mei 2013 ini. Saya harapkan ini dapat kita percepat. Saya mendapatkan informasi ketua DPR sedang berada di tempat lain. Dan setelah kembali segera dilakukan pembahasan ini (kompensasi). Jika DPR sepakat, berarti bulan Mei, berarti esok hari, maka dana kompensasi bantuan masyarakat sudah siap. Jika sudah siap kenaikan harga BBM dalam jumlah tertentu baru kita lakukan,”tegasnya.
SBY mengakui ada banyak pihak yang menilai pemerintah terkesan lambat dan ragu-ragu dalam menaikkan harga BBM. Dia menekankan, opsi kenaikan harga BBM tersebut cukup pelik dan menjadi opsi terakhir. “Kenaikan harga BBM adalah jalan terakhir bila tidak ada opsi lain, bila tidak ada dampak ekonomi, sosial dan keamanan. Jika harus ada kenaikan BBM karena kompensasi dan bantuan itu harus siap. Dananya harus tersedia dan saya berharap Pemerintah dan DPR bisa menetapkan APBN-P 2013 ini,”imbuh dia.

Setelah pemerintah memastikan akan menaikkan harga BBM, maka pertanyaan berikutnya adalah berapa besar kenaikannya? Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah kini tengah mematangkan kalkulasi kenaikan harga dari mulai dari Rp5.500 per liter, Rp6.000 per liter, dan maksimal Rp6.500 per liter. “Tapi, perkiraan saya di bawah Rp 6 ribu (per liter),” ujarnya kemarin. (ken/owi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/