26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ada Bagi-bagi Duit, Ada Bagi-bagi Bra

Artis bagai magnet dalam politik. Ibarat pengundang pesta, parpol ‘terpaksa’ mendatangkan ‘bintang tamu’ agar lokasi pesta penuh. Begitupun artis Nurul Arifin tak mau disebut ‘bintang tamu’. Dia melepaskan diri dari bayang-bayang keartisan dengan menyumbang 124 ribu suara untuk Partai Golkar dari dapilnya pada Pemilu 2009. Tapi tak sedikit artis sekadar jual tampang dan bagi-bagi duit pada masa kampanye.

STRATEGI mantan artis ‘panas’ ini cukup cerdik. Nurul Arifin yang kini serius menggeluti profesinya sebagai politisi dan aktivis perempuan membagi-bagi bra (BH) sebagai strategi kampanye Pemilu 2014. Strategi itu terbukti sukses dan berhasil mengantarnya ke Senayan di Pemilu 2009.

“Perolehan suara saya 124 ribu, ya lumayanlah,” kata Nurul Arifin usai diskusi di Hotel Santika, Slipi, Jakarta, Selasa (30/4).
Nurul mengatakan, pada kampanye di Pemilu 2009, dia memang lebih banyak menyediakan pakaian sebagai atribut kampanyenya. Salah satu yang disediakan adalah bra untuk para konstituen wanita. Meski demikian, usai pemilu, ditemukan fakta bahwa pemilih Nurul kebanyakan adalah kaum pria. “Pemilih saya malah kebanyakan laki-laki,” ujarnya.

Untuk Pemilu 2014, Nurul akan menggunakan strategi yang sama. Artis era 90-an ini akan kem bali bagi-bagi BH.

“Kalau BH memang belum saya beli, baru jilbab 5.000 buah,” ujarnya. Keseriusan Nurul Arifin sebagai politisi yang datang dari kalangan artis memang patut diacungi jempol. Nurul mau belajar dan terbukti eksis. Akan tetapi, pengamat politik, Soegeng Sarjadi, adalah sosok yang paling pesimistis dan mencibir keputusan parpol mengusung artis atau pesohor sebagai caleg.

Tapi artis lain Eko Patrio yang maju sebagai caleg DPR pada Pemilu 2009 silam sempat terganjal isu kampanye uang. Ada bukti visual soal foto pentolan grup lawak ‘Patrio’ itu sedang membagi-bagikan uang dari atas panggung. Kedatangan artis seperti Eko Patrio di panggung kampanye membuat suasana meriah. Caleg artis dijadikan magnet agar masyarakat berduyun-duyun menyaksikan kam panye, dan itu secara psikologis dipakai untuk memengaruhi kalangan pemilih dari masyarakat bawah. Semisal, berfoto bersama caleg artis bisa membuat si calon pemilih tanpa pikir panjang menyoblos foto si artis pujaan pada saat di bilik suara.

Pengamat politik Soegeng Sarjadi menilai, parpol semakin mening galkan nilai keutamaan atau pun ideologi dan cenderung memilih cara instan untuk meraih suara pemilih.

“Partai politik lebih memilih jalan pintas, tanpa melewati proses berpolitik yang panjang, seperti melakukan pendidikan politik, penanaman nilai-nlai kepartaian maupun jenjang kaderisasi,” kata Soegeng dalam suatu diskusi di Jakarta, kemarin.
Soegeng menuturkan petinggi parpol kini mengutamakan politik transaksional dan prosedural belaka. Salah satu indikasi adalah mereka tak optimal en jalankan fungsi kepartaian. ‘’Terutama fungsi rekruitmen dan kaderisasi,” ujar pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate tersebut. (net/val)

Artis bagai magnet dalam politik. Ibarat pengundang pesta, parpol ‘terpaksa’ mendatangkan ‘bintang tamu’ agar lokasi pesta penuh. Begitupun artis Nurul Arifin tak mau disebut ‘bintang tamu’. Dia melepaskan diri dari bayang-bayang keartisan dengan menyumbang 124 ribu suara untuk Partai Golkar dari dapilnya pada Pemilu 2009. Tapi tak sedikit artis sekadar jual tampang dan bagi-bagi duit pada masa kampanye.

STRATEGI mantan artis ‘panas’ ini cukup cerdik. Nurul Arifin yang kini serius menggeluti profesinya sebagai politisi dan aktivis perempuan membagi-bagi bra (BH) sebagai strategi kampanye Pemilu 2014. Strategi itu terbukti sukses dan berhasil mengantarnya ke Senayan di Pemilu 2009.

“Perolehan suara saya 124 ribu, ya lumayanlah,” kata Nurul Arifin usai diskusi di Hotel Santika, Slipi, Jakarta, Selasa (30/4).
Nurul mengatakan, pada kampanye di Pemilu 2009, dia memang lebih banyak menyediakan pakaian sebagai atribut kampanyenya. Salah satu yang disediakan adalah bra untuk para konstituen wanita. Meski demikian, usai pemilu, ditemukan fakta bahwa pemilih Nurul kebanyakan adalah kaum pria. “Pemilih saya malah kebanyakan laki-laki,” ujarnya.

Untuk Pemilu 2014, Nurul akan menggunakan strategi yang sama. Artis era 90-an ini akan kem bali bagi-bagi BH.

“Kalau BH memang belum saya beli, baru jilbab 5.000 buah,” ujarnya. Keseriusan Nurul Arifin sebagai politisi yang datang dari kalangan artis memang patut diacungi jempol. Nurul mau belajar dan terbukti eksis. Akan tetapi, pengamat politik, Soegeng Sarjadi, adalah sosok yang paling pesimistis dan mencibir keputusan parpol mengusung artis atau pesohor sebagai caleg.

Tapi artis lain Eko Patrio yang maju sebagai caleg DPR pada Pemilu 2009 silam sempat terganjal isu kampanye uang. Ada bukti visual soal foto pentolan grup lawak ‘Patrio’ itu sedang membagi-bagikan uang dari atas panggung. Kedatangan artis seperti Eko Patrio di panggung kampanye membuat suasana meriah. Caleg artis dijadikan magnet agar masyarakat berduyun-duyun menyaksikan kam panye, dan itu secara psikologis dipakai untuk memengaruhi kalangan pemilih dari masyarakat bawah. Semisal, berfoto bersama caleg artis bisa membuat si calon pemilih tanpa pikir panjang menyoblos foto si artis pujaan pada saat di bilik suara.

Pengamat politik Soegeng Sarjadi menilai, parpol semakin mening galkan nilai keutamaan atau pun ideologi dan cenderung memilih cara instan untuk meraih suara pemilih.

“Partai politik lebih memilih jalan pintas, tanpa melewati proses berpolitik yang panjang, seperti melakukan pendidikan politik, penanaman nilai-nlai kepartaian maupun jenjang kaderisasi,” kata Soegeng dalam suatu diskusi di Jakarta, kemarin.
Soegeng menuturkan petinggi parpol kini mengutamakan politik transaksional dan prosedural belaka. Salah satu indikasi adalah mereka tak optimal en jalankan fungsi kepartaian. ‘’Terutama fungsi rekruitmen dan kaderisasi,” ujar pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate tersebut. (net/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/