TRIPOLI- Kabar baik berembus dari Libya. Di tengah kecamuk adu senjata, Muammar Kadhafi tiba-tiba menawarkan gencatan senjata. Kemarin pagi (30/4), lewat pidato yang ditayangkan langsung oleh stasiun TV nasional, pemimpin 68 tahun itu mengajak berunding NATO sebagai pihak yang mendukung kelompok pemberontak.
“Pintu menuju perdamaian terbuka lebar,” kata Kadhafi sebagaimana dilansir Associated Press.
Dalam rekaman yang ditayangkan stasiun TV Libya yang bermarkas di kompleks kediaman Kadhafi di Bab al-Aziziya, Tripoli, tersebut, sang kolonel tampak duduk di belakang sebuah meja. Sayangnya, lokasi pengambilan gambar tidak disebutkan. Tampaknya, stasiun TV yang markasnya berkali-kali dibom NATO itu sengaja merahasiakan.
“Wahai para penyerang, kami siap berunding dengan kalian semua. Marilah Prancis, Italia, Inggris, Amerika Serikat (AS), kita bernegosiasi. Mengapa Anda semua menyerang kami?” lanjut Kadhafi dalam siaran langsung tersebut. Itu merupakan ajakan damai pertama orang nomor satu Libya sejak koalisi yang kemudian tugasnya diambil alih NATO melancarkan serangan udara, 19 Maret lalu. Sebelumnya, Kadhafi selalu mengobarkan perlawanan.
Dalam pidatonya kemarin, Kadhafi menegaskan rakyat Libya punya hak penuh untuk menentukan sendiri sistem politik mereka. Tetapi, tentunya, tidak di bawah ancaman ataupun tekanan NATO. Apalagi, pasukan NATO tidak berhenti memberondongkan tembakan dan bom ke kompleks Bab al-Aziziya, tempat Kadhafi dan orang-orang dekatnya bersembunyi. “Mengapa Anda membunuh anak-anak kami, Mengapa Anda memorak-porandakan infrastruktur kami?” tanya bapak delapan anak itu.
Dia juga membantah tudingan bahwa pasukannya membantai warga sipil. Menurut dia, apa yang dilakukan pasukannya terhadap para pemberontak (gerilyawan prodemokrasi) sudah tepat. Sebab, dia yakin ada keterlibatan Al-Qaidah di sana. Kepada generasi muda Libya yang turut angkat senjata melawan pasukannya, Kadhafi mengimbau supaya mereka sadar. Bahkan, dia menawarkan uang tunai dan mobil sebagai ganti senjata yang mereka sandang itu. “Kalian hanyalah anak-anak yang terbuai oleh janji-janji licik NATO,” kata mereka soal generasi muda gerilyawan prodemokrasi.
Tetapi, gerilyawan prodemokrasi yang menggelorakan revolusi di Libya telah bersumpah untuk tidak berdamai dengan Kadhafi. Tuntutan mereka hanya satu, yakni Kadhafi dan keluarga besar serta kroninya segera angkat kaki dari negara di Afrika Utara tersebut. Setelah penguasa Libya itu hengkang, gerilyawan prodemokrasi yakin bahwa agenda reformasi dalam rangka menghapus jejak kejaliman Kadhafi . (AP/hep/jpnn)