26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Penjualan Rumah Tumbuh 25 Persen

Booming sektor properti masih terus berlanjut tahun ini. Selain lonjakan pertumbuhan angka penjualan rumah, booming ini juga ditandai dengan melesatnya harga properti di berbagai kota.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, pesatnya pertumbuhan sektor properti tersebut tecermin dari hasil survei properti residensial periode triwulan I 2013.

“Untuk semua tipe rumah, penjualan naik 25,63 persen secara q to q (quarter to quarter atau dibanding triwulan sebelumnya, Red),” ujarnya kemarin (15/5).

Dalam survei ini, BI memetakan geliat sektor properti di 14 wilayah, yakni Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Makassar, Pontianak, serta Banten dan  Jabodetabek.

Total responden yang disurvei mencakup 45 pengembang utama di Jabodetabek dan Banten, serta sekitar 215 pengembang di berbagai wilayah lainnya.
Untuk klasifikasi, BI membagi tipe rumah dalam tiga kelompok, yakni  rumah kecil untuk rumah dengan luas di bawah 36 meter persegi (m2), sedangkan rumah tipe menengah dengan luas 36-70 m2, dan rumah tipe besar dengan ukuran di atas 70 m2.

Lantas, rumah tipe mana yang sekarang paling laris? Difi menyebut, berdasar data survei, rumah dengan pertumbuhan penjualan tertinggi terjadi pada rumah tipe menengah yang mencapai 33,6 persen.

“Ini sejalan dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah, terutama di wilayah Jabodetabek,” katanya.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Properti dan Kawasan Industri Teguh Satria menambahkan, kebutuhan rumah di Indonesia memang masih sangat tinggi. “Selain karena tumbuhnya populasi, juga karena backlog yang sangat besar,” ujarnya.

Backlog adalah kekurangan rumah yang sudah terjadi saat ini. Data Kadin menunjukkan, backlog perumahan di Indonesia mencapai 15 juta unit. Artinya, saat ini ada 15 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki rumah layak tinggal.

“Dengan asumsi backlog diselesaikan dalam 20 tahun, maka kebutuhan pembangunan rumah baru, mencapai 750 ribu unit per tahun,” jelasnya.
Sementara itu, jumlah penduduk yang terus tumbuh juga berimplikasi pada naiknya kebutuhan rumah. Dengan jumlah populasi 241 juta jiwa dan angka pertumbuhan penduduk 1,3 persen per tahun, maka kebutuhan rumah baru mencapai 729 ribu unit per tahun. “Di luar itu, masih ada kebutuhan untuk renovasi atau upgrading (memperbesar) rumah,” katanya.

Lantas, berapa kemampuan pasokan rumah baru oleh pengembang atau developer? Rupanya tidak banyak, hanya sekitar 400 ribu unit per tahun. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan rumah baru bagi keluarga yang baru berumah tangga pun, masih belum cukup.(owi/jpnn)

Booming sektor properti masih terus berlanjut tahun ini. Selain lonjakan pertumbuhan angka penjualan rumah, booming ini juga ditandai dengan melesatnya harga properti di berbagai kota.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, pesatnya pertumbuhan sektor properti tersebut tecermin dari hasil survei properti residensial periode triwulan I 2013.

“Untuk semua tipe rumah, penjualan naik 25,63 persen secara q to q (quarter to quarter atau dibanding triwulan sebelumnya, Red),” ujarnya kemarin (15/5).

Dalam survei ini, BI memetakan geliat sektor properti di 14 wilayah, yakni Medan, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Manado, Makassar, Pontianak, serta Banten dan  Jabodetabek.

Total responden yang disurvei mencakup 45 pengembang utama di Jabodetabek dan Banten, serta sekitar 215 pengembang di berbagai wilayah lainnya.
Untuk klasifikasi, BI membagi tipe rumah dalam tiga kelompok, yakni  rumah kecil untuk rumah dengan luas di bawah 36 meter persegi (m2), sedangkan rumah tipe menengah dengan luas 36-70 m2, dan rumah tipe besar dengan ukuran di atas 70 m2.

Lantas, rumah tipe mana yang sekarang paling laris? Difi menyebut, berdasar data survei, rumah dengan pertumbuhan penjualan tertinggi terjadi pada rumah tipe menengah yang mencapai 33,6 persen.

“Ini sejalan dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah, terutama di wilayah Jabodetabek,” katanya.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Properti dan Kawasan Industri Teguh Satria menambahkan, kebutuhan rumah di Indonesia memang masih sangat tinggi. “Selain karena tumbuhnya populasi, juga karena backlog yang sangat besar,” ujarnya.

Backlog adalah kekurangan rumah yang sudah terjadi saat ini. Data Kadin menunjukkan, backlog perumahan di Indonesia mencapai 15 juta unit. Artinya, saat ini ada 15 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki rumah layak tinggal.

“Dengan asumsi backlog diselesaikan dalam 20 tahun, maka kebutuhan pembangunan rumah baru, mencapai 750 ribu unit per tahun,” jelasnya.
Sementara itu, jumlah penduduk yang terus tumbuh juga berimplikasi pada naiknya kebutuhan rumah. Dengan jumlah populasi 241 juta jiwa dan angka pertumbuhan penduduk 1,3 persen per tahun, maka kebutuhan rumah baru mencapai 729 ribu unit per tahun. “Di luar itu, masih ada kebutuhan untuk renovasi atau upgrading (memperbesar) rumah,” katanya.

Lantas, berapa kemampuan pasokan rumah baru oleh pengembang atau developer? Rupanya tidak banyak, hanya sekitar 400 ribu unit per tahun. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan rumah baru bagi keluarga yang baru berumah tangga pun, masih belum cukup.(owi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/