Perampokan di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbih) Medan Minggu (26/5) lalu kembali menguak luka lama yang belum terobati. Ya, ini bukan kasus pertama. Di Tasbih saja sudah berulang, belum lagi komplek mewah lainnya di Medan. Ya, perampokan di komplek perumahan mewah di Medan memang bukan cerita baru. Parahnya, hingga sekarang solusi nyata belum ditemukan.
Pascaaksi perampokan yang terjadi di rumah nomor 22 Blok J komplek Taman Setia Budi Indah Kecamatan Medan Sunggal, Minggu (26/5) kemarin, sejumlah warga yang tinggal di perumahan itu mengaku kalau aksi itu sudah sering terjadi. Mereka menyebut kalau aksi seperti itu terjadi dengan modus pencurian, yaitu masuk melalui asbes, merusak pintu, saat rumah ditinggal kosong oleh penghuninya.
Saat disinggung soal pelaporan atas kejadian yang mereka alami, sejumlah warga itu mengaku enggan membuat laporan dengan alasan kurangnya keseriusan petugas keamanan komplek. Mereka menyebut, kalau setiap mengadukan aksi pencurian rumah itu, kerap mendapat perlakukan tidak memuaskan dari pihak kemanan. Oleh karena itu, sejumlah warga itu mengaku kalau mereka jadi semakin enggan membuat laporan ke pihak berwajib karena sudah melihat dan merasakan sikap tidak mengayomi dari petugas kemanan.
“Kalau nanti melapor, ditanya mereka, kejadiannya, kronologisnya, jumlah pelakunya hingga ke ciri-ciri pelakunya. Kalau kami tahu pelaku, sudah kami ditangkap ramai-ramai lah. Itu yang membuat kami malas melapor,” ungkap seorang wanita yang enggan menyebut namanya yang tinggal tepat di dekat rumah yang dirampok.
Saat disinggung soal kinerja petugas keamanan komplek, wanita mengenakan baju kaos warna biru berliris gari-garis dan mengenakan celana berliris kotak-kotak warna hijau hitam itu mengaku kalau petugas keamanan komplek tidak pernah melakukan patroli. Bahkan, dia juga mengku sering melihat gerak-gerik mencurigakan di sekitar komplek mereka, namun tidak pernah kelihatan ada respon serius dari petugas keamanan komplek itu. Oleh karena itu, dia mengaku kalau untuk keamanan di komplek mereka, harus diperkuat melalui diri sendiri.
“Padahal untuk uang kemanan kami bayar setiap bulannya Rp100 ribu sampai Rp200 ribu. Tapi, tidak pernah mendapat kepuasan akan kemanan di sini. Untuk lampu jalan yang sudah rusak saja, biaya perbaikannya, mau diminta sama kami. Tidak mau kami bayarnya dan lebih baik pasang lampu sendiri di taman rumah. Lagi pula, saat ini di blok ini hanya 6 rumah yang berpenghuni dan sisanya 4 rumah sedang kosong,” tambah wanita yang didampingi seorang wanita yang disebut-sebut sebagai pembantu itu.
Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Sunggal, Iptu Bambang Gunanti Hutabarat yang dikonfirmasi menyebut kalau sepanjang tahun 2013, pihaknya baru menerima 1 laporan saja atas kasus perampokan yang terjadi di komplek Taman Setia Budi Indah. Begitu juga dengan aksi pencurian dengan pembobolan terhadap rumah-rumah di komplek itu, disebut Bambang belum ada diterima. Oleh karena itu, Bambang mengimbau kepada warga komplek itu untuk membuat pengduan ke polisi bila menjadi korban kejahatan.
Warga Komplek Trauma
Sementara itu, Direktur Operasional PT Tasbih Aman Sentosa, Alex Ongriwalo membantah kalau pihaknya tidak berkerja maksimal dalam memberi keamanan. Bahkan, untuk komplek yang memiliki luas 220 Ha itu, disebut Alex kalau pihaknya sudah membuat 20 pos keamanan. Begitu juga dengan pengarahan dan imbauan kepada masyarakat yang tinggal di komplek Taman Setia Budi Indah sebanyak 2900 Kartu Keluarga, disebut Alex kerap dilakukan pihaknya.
Di sisi lain, polisi masih melakukan penyelidikan atas kasus perampokan tersebut. Bahkan, tim khusus untuk dapat mengungkap kasus itu, sudah dibuat. Sejumlah saksi yaitu pihak korban, sudah diperiksa dan juga barang bukti sudah diamankan.
Sementara itu, saat Sumut Pos melakukan penelusuran ke lokasi kejadian, tampak rumah bercat putih itu sunyi dan terkunci rapi. Saat Sumut Pos mencoba melihat-lihat ke dalam rumah sembari memanggil-manggil penghuni rumah, seorang pria mengendarai mobil Toyota Rush warna silver BK 171 IV datang menghampiri. Namun, saat Sumut Pos mendekat dan mencoba konfirmasi, pria berkacamata itu enggan berkomentar.
“Kami masih trauma. Bagaimana tidak trauma sudah ditodong pistol. Untuk itu, jangan dulu lah ya, “ ungkapnya dengan nada bataknya sembari meluncur masuk ke garasi rumah, bersama mobilnya.
Sekitar pukul 11.00 WIB, tampak seorang polisi datang ke rumah itu dengan mengendarai mobil Kijang Innova warna biru, B 124 NTO. Selanjutnya, kedatangan oknum polisi itu disusul dengan seorang okum polisi lagi yang juga bertugas di unit Jahtanras Polresta Medan dengan mengendarai mobil Avanza warna hitam B 8814 OCT.
Dari pembicaraan penghuni rumah dengan 2 oknum polisi itu, diketahui kalau kejadian itu terekam oleh CCTV. Dalam rekaman itu, diketahui kalau kejadian itu dilakukan oleh pelaku yang mengendarai mobil kijang warn silver dan 1 unit sepeda motor. Untuk memastikan itu pula, tampak penghuni rumah itu memanggil-manggil anaknya bernama Ica yang selanjutnya datang menghampiri. Kepada Ica, tampak salah seorang anggota polisi itu menunjukkan handphone yang dicurigai berisi foto-foto orang yang dicurigai sebagai pelaku.
Setelah sejenak melihat handphone itu, Ica tampak masuk ke dalam rumah sambil membawa handphone itu, karena terdengar disuruh untuk mencocokkan dengan gambar yang ada di CCTV. Selanjutnya, tampak Ica kembali ke luar rumah dan menyebut kepada polisi itu ada kemiripan. Lalu terdengar Polisi itu menyebut kalau foto yang ditunjukkannya itu merupakan foto 5 tahun lalu. Namun, pembicaraan itu tidak banyak yang dapat didengar karena polisi dan penghuni rumah, langsung masuk ke dalam rumah.
Dari sejumlah warga sekitar lokasi kejadian, diketahui kalau kejadian itu terekam CCTV dari rumah yang ada di perempatan sebelah kiri rumah yang dirampok itu. Dari rekaman itu pula, diketahui kalu para pelaku tidak mengenakan penutup wajah. Begitu juga dengan para pelaku yang berjumlah 6 orang yang salah satunya adalah wanita yang berperan sebagai sopir yang diikuti dengan sebuah sepeda motor.
“Pastinya, kalau kasus ini berhasil kita ungkap, akan kita sampaikan pada rekan-rekan, “ ungkap Bambang.
Untuk penjagaan di komplek itu, juga tampak diperketat. Setiap orang yang hendak masuk ke dalam komplek, tampak harus menyerahkan kartu tanda pengenal. Begitu juga dengan sekitar komplek, tampak beberapa petugas berkeliling. Namun, mereka tampak lebih memberi penjagaan ekstra, pada sejumlah Wartawan yang hendak melakukan peliputan atas kejadian perampokan itu.
“Omong kosong itu warga yang bilang kami tidak patroli. Setiap harinya, penjagaan kami selalu ketat dan bisa anda lihat sendiri. Bahkan, mereka yang tidak mau mengikuti ketika kami melakukan sosialisasi,” tegas ungkap Direktur Operasional PT Tasbih Aman Sentosa, Alex Ongriwalo. (*)