MEDAN-Nasib kurang beruntung dialami Gita Saraswati (16). Siswa yang kabarnya berprestasi di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Medan itu tidak lulus Ujian Nasional (UN). Keluarganya pun langsung protes, menganggap ada permainan terkait ketidaklulusan Gita.
Gita dinyatakan tak lulus karena nilai bahasa Indonesianya ‘hanya’ 0,8. Padahal, menurut pengakuan Gita, mata pelajaran itu bisa dikuasainya.
Apalagi, ketika dicek disitus www.ppdpsurabaya.net nilai Gita untuk pelajaran itu malah 8,60. Dia menceritakan soal UN Bahasa Indonesian itu masih mudah. Pada saat ujian tersebut, Bahasa Indonesia pada hari pertama, ketika itu ia melihat soalnya tidak susah. Sebut saja pada soal yang hanya menyambung kalimat. Ada juga contoh soal ujian untuk menulis kata penghubung, ada tentang premis, puisi Chairul Anwar dan lainnya. “Menurut aku soal itu masih gampang, dan bahkan ada teman saya yang dikatagorikan kurang normal yang hanya nulis identitas saja tidak bisa malah lulus, bagaimana jawab ujiannya?” ucapnya, kemarin dalam konfrensi pers.
Tambah sedih, menurut Gita, dia adalah satu-satunya murid yang tidak lulus di SMA N 15 Medan. Padahal, ia rangking 3 di kelasny,.
Melihat lembar jawabannya tidak lulus tersebut, kemudian Gita melaporkan ke orangtua nya secara berat hati. Merasa keberatan, hari kemudiannya orangtua Gita langsung protes dengan pihak sekolah. Lalu pihak sekolah menyarankan ke Unimed karena di sana lembar jawabannya yang ada.
Ibu Gita, Dian Permanasari menceritakan, mereka sekeluarga mendatangi Dinas Pendidikan Kota Medan, sampai di sana kata pekerja tersebut, jawaban lembar jawaban Gita ada di Unimed. Setelah mereka beranjak ke Unimed, kata pekerja yang ada di Unimed tersebut hasilnya sudah dipindai untuk dikirim ke Jakarta.
Dian pun mengajak pihak Unimed untuk sama-sama mengecek mana jawaban anaknya yang salah atau yang benar. Namun, pihak Unimed tidak memberikan lembar jawaban tersebut. Selain itu, pihak Unimed juga mengatakan soal ujiannya kan ada di sekolah. “Tapi, tidak mungkin pisah-pisah karena soalnya berbeda-beda hanya dikirim ke Jakarta dan sangat susah jawabannya,” ucapnya.
Karena lembar jawabannya ada di pusat, mereka langsung menghubungi saudara yang ada di sana. Lalu saudara di Jakarta tersebut menanyakan hal ini ke pusat (Kemendikbud). Pihak Kemendikbud mengatakan kalau nilai UN dinilai oleh masing-masing wilayah. “Lalu orang Unimed katanya tunggu konfirmasi ke Jakarta tiga hari lagi. Kalau di Jakarta saja belum, mengeluarkan nilainya kenapa anak saya sudah dikatakan tidak lulus?” tanya Dian.
Ujung-ujungnya Dian menduga ada permainan dalam ketidaklulusan anaknya. “Kalau tidak ada apa-apa kenapa tidak diberikan (lembar jawaban)?. Saya ragu dengan nilai 0,8. Saya minta keadilan kenapa anak saya tidak lulus dan mau melihat lembar jaweaban tersebut “ ucapnya. (ban)