29 C
Medan
Thursday, November 21, 2024
spot_img

‘In a Better World’, Paduan Cerita & Akting yang Menawan

Selama bulan Juni 2013, beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa, yakni Denmark, Prancis, Netherland, Inggris, dan Jerman menggelar Festival Film Eropa di Medan. Lima film dipilih untuk diputar. Sabtu 1 Juni kemarin, film Denmark pemenang piala Oscar Best Foreign Movie In A Better World menjadi pembuka FFE yang digelar di City Hall Club Aston Hotel.
Festival dibuka langsung oleh Duta Besar Kerajaan Denmark Excellency Martin Bille Hermann, didampingi Konsul Kehormatan Chaidir Kesuma dan Wakil Konsul Kehormatan Hendra W. Kesuman

Para undangan yang datang antara lain Konsul Jenderal Negara Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Konsul Kehormatan Kerajaan Denmark, Konsul Kehormatan Kerajaan Belanda, Konsul Kehormatan Jerman, dan kantor perwakilan dari negara Perancis dan Inggris dan perusahaan multi nasional di Medan.

“Acara ini terselenggara berkat adanya kegiatan budaya antar Kantor Konsulat Kehormatan Negara Eropa di Medan yakni Rein Meijer, Olivier Tichit, Hendra W. Kesuma, Adam James dan Liliek Darmadi. Acara ini mendapat dukungan penuh oleh City Hall Club Aston Hotel Medan yang menyediakan tempat dan fasilitas selama 5 minggu berturut-turut sampai dengan berakhirnya festival ini,” kata Hendra W Kesuma, kepada Sumut Pos.

Festival Film Eropa Medan ini akan berlangsung selama bulan Juni, dengan menampilkan film Prancis berjudul Wasabi pada tanggal 8 Juni, film Netherland berjudul Cool Kids Dont Cry pada 16 Juni, kemudian film Inggris berjudul The Best Exotic Marrigold Hotel pada 22 Juni, dan ditutup tanggal 29 Juni dengan film Jerman berjudul Run, Lola, Run.

“Dalam pemutaran film ini, kita dapat membandingkan seni/gaya sinematografis dari negara Eropa yang lebih menonjolkan kebudayaan, sejarah dan identitas Eropa,” kata Hendra.

Film In A Better World bergenre drama besutan Susanne Bier, berkisah tentang Anton (Mikael Persbrandt), seorang dokter Swedia yang mengabdi di sebuah kamp pengungsi di Sudan. Anton menikah dengan Marianne (Trine Dyrholm), tetapi rumah tangga mereka sudah tak lagi harmonis, karena Anton tak bisa setiap hari berada di rumah. Anton juga pernah berselingkuh dengan wanita lain. Pelan namun pasti, pernikahan Anton dan Marianne berada di ambang kehancuran.

Konflik keluarga ini juga diwarnai kisah persahabatan antara Elias (Markus Rygaard), 12 tahun, putra tertua Anton dan Marianne, dan Christian (William Johnk Juels Nielsen), yang baru pindah dari London ke Swedia. Di sekolah, Elias kerab dibully teman-temannya yang menyebutnya si Gigi Tikus dan ban sepedanya sering dikempeskan. Namun kepindahan Christian, dari London ke Swedia, menjadi awal baru bagi Elias.

Christian beberapa kali membelanya. Bahkan Christian berani menggunakan pisau untuk menyerang lawan Elias. Inilah yang membuka babak baru persahabatan kedua remaja tanggung ini. Demi persahabatan, mereka sepakat berbohong soal pisau itu dan saling melindungi satu sama lain.
Meski tinggal terpisah, hubungan Elias dengan sang ayah, Anton, tetap mesra. Berbeda halnya dengan hubungan Christian dengan ayahnya, Claus (Ulrich Thomsen). Ibu Christian yang belum lama meninggal karena kanker, membuat Christian menyalahkan ayahnya karena berbohong dengan menyatakan bahwa sang ibu akan sembuh. Christian bahkan menuduh ayahnya memang ingin sang ibu mati.
Persahabatannya dengan Elias membuat Christian cukup dekat dengan Anton. Maka, ketika Anton membiarkan dirinya dipukul seorang mekanik saat memisahkan perkelahian anak bungsunya dengan anak si mekanik, Elias dan Christian menjadi dendam. Dendam itu semakin membara saat Anton kembali membiarkan dirinya dipukul dan ditampar, saat dirinya mengunjungi si mekanik dan menyuruhnya meminta maaf kepada anak-anaknya.

Dendam itu membuat Christian memiliki ide membuat bom untuk meledakkan mobil si mekanik. Ide ini didukung Elias. Dan jadilah mereka membuat bom pada hari Minggu pagi.

Namun saat menunggu bom meledakkan mobil si mekanik, mereka melihat seorang ibu dan anak perempuannya lari pagi. Ketakutan, Elias meninggalkan posisinya dan berteriak memperingatkan mereka. Ibu anak itu selamat tetapi Elias pingsan kena serpihan ledakan bom. Kasusnya ditangani polisi yang menyebut insiden itu kasus ekstrim vandalisme.

Film yang diproduksi tahun 2010 ini mendapat review positif dari kritikus. Sebanyak 77 persen dari 114 kritikus profesional memberikan film review positif, dengan menyatakan bahwa In a Better World adalah melodrama mewah yang menangani beberapa tema agak sulit eksistensial dan sisi manusiawi.
Kim Skotte menyebut film ini “kuat dan menawan”. Skotte juga memuji penampilan akting Mikael Persbrandt, yang menunjukkan dirinya sebagai aktor Skandinavia yang paling karismatik.
Tangisan Trine Dyrholm saat bertelepon dengan sang suami juga cukup dramatis, mampu membuat tenggorokan tercekat.
Sementara tatapan dingin William Johnk Nielsen saat membela Elias dan juga saat merakit bom, cukup mencekam. Meski penonton kemudian bertanya-tanya, dari mana si anak belajar untuk menjadi jahat seperti itu.
Akting Markus Rygaard sebagai Elias juga menghibur. Wajahnya yang kadang culun rada bloon, mampu membuat penonton tergelak. Aktingnya yang paling lucu saat ia mulai pulih di rumah sakit, dan sang adik menggelitiknya. “Jangan… jangan… !” gelaknya tak mampu menghindar.
Para kritikus setuju menyebut film ini sebagai film sukses dan mengakui Susanne Bier mampu membuat cerita yang bagus. “Dia bisa menggoda, dan dia bisa menekan tombol emosi dengan tepat. Tetapi, dia tidak sungguh-sungguh melakukan penyelidikan yang mendalam.” kata kritikus. Yah, tak ada gading yang tak retak. (mea)

Selama bulan Juni 2013, beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa, yakni Denmark, Prancis, Netherland, Inggris, dan Jerman menggelar Festival Film Eropa di Medan. Lima film dipilih untuk diputar. Sabtu 1 Juni kemarin, film Denmark pemenang piala Oscar Best Foreign Movie In A Better World menjadi pembuka FFE yang digelar di City Hall Club Aston Hotel.
Festival dibuka langsung oleh Duta Besar Kerajaan Denmark Excellency Martin Bille Hermann, didampingi Konsul Kehormatan Chaidir Kesuma dan Wakil Konsul Kehormatan Hendra W. Kesuman

Para undangan yang datang antara lain Konsul Jenderal Negara Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Konsul Kehormatan Kerajaan Denmark, Konsul Kehormatan Kerajaan Belanda, Konsul Kehormatan Jerman, dan kantor perwakilan dari negara Perancis dan Inggris dan perusahaan multi nasional di Medan.

“Acara ini terselenggara berkat adanya kegiatan budaya antar Kantor Konsulat Kehormatan Negara Eropa di Medan yakni Rein Meijer, Olivier Tichit, Hendra W. Kesuma, Adam James dan Liliek Darmadi. Acara ini mendapat dukungan penuh oleh City Hall Club Aston Hotel Medan yang menyediakan tempat dan fasilitas selama 5 minggu berturut-turut sampai dengan berakhirnya festival ini,” kata Hendra W Kesuma, kepada Sumut Pos.

Festival Film Eropa Medan ini akan berlangsung selama bulan Juni, dengan menampilkan film Prancis berjudul Wasabi pada tanggal 8 Juni, film Netherland berjudul Cool Kids Dont Cry pada 16 Juni, kemudian film Inggris berjudul The Best Exotic Marrigold Hotel pada 22 Juni, dan ditutup tanggal 29 Juni dengan film Jerman berjudul Run, Lola, Run.

“Dalam pemutaran film ini, kita dapat membandingkan seni/gaya sinematografis dari negara Eropa yang lebih menonjolkan kebudayaan, sejarah dan identitas Eropa,” kata Hendra.

Film In A Better World bergenre drama besutan Susanne Bier, berkisah tentang Anton (Mikael Persbrandt), seorang dokter Swedia yang mengabdi di sebuah kamp pengungsi di Sudan. Anton menikah dengan Marianne (Trine Dyrholm), tetapi rumah tangga mereka sudah tak lagi harmonis, karena Anton tak bisa setiap hari berada di rumah. Anton juga pernah berselingkuh dengan wanita lain. Pelan namun pasti, pernikahan Anton dan Marianne berada di ambang kehancuran.

Konflik keluarga ini juga diwarnai kisah persahabatan antara Elias (Markus Rygaard), 12 tahun, putra tertua Anton dan Marianne, dan Christian (William Johnk Juels Nielsen), yang baru pindah dari London ke Swedia. Di sekolah, Elias kerab dibully teman-temannya yang menyebutnya si Gigi Tikus dan ban sepedanya sering dikempeskan. Namun kepindahan Christian, dari London ke Swedia, menjadi awal baru bagi Elias.

Christian beberapa kali membelanya. Bahkan Christian berani menggunakan pisau untuk menyerang lawan Elias. Inilah yang membuka babak baru persahabatan kedua remaja tanggung ini. Demi persahabatan, mereka sepakat berbohong soal pisau itu dan saling melindungi satu sama lain.
Meski tinggal terpisah, hubungan Elias dengan sang ayah, Anton, tetap mesra. Berbeda halnya dengan hubungan Christian dengan ayahnya, Claus (Ulrich Thomsen). Ibu Christian yang belum lama meninggal karena kanker, membuat Christian menyalahkan ayahnya karena berbohong dengan menyatakan bahwa sang ibu akan sembuh. Christian bahkan menuduh ayahnya memang ingin sang ibu mati.
Persahabatannya dengan Elias membuat Christian cukup dekat dengan Anton. Maka, ketika Anton membiarkan dirinya dipukul seorang mekanik saat memisahkan perkelahian anak bungsunya dengan anak si mekanik, Elias dan Christian menjadi dendam. Dendam itu semakin membara saat Anton kembali membiarkan dirinya dipukul dan ditampar, saat dirinya mengunjungi si mekanik dan menyuruhnya meminta maaf kepada anak-anaknya.

Dendam itu membuat Christian memiliki ide membuat bom untuk meledakkan mobil si mekanik. Ide ini didukung Elias. Dan jadilah mereka membuat bom pada hari Minggu pagi.

Namun saat menunggu bom meledakkan mobil si mekanik, mereka melihat seorang ibu dan anak perempuannya lari pagi. Ketakutan, Elias meninggalkan posisinya dan berteriak memperingatkan mereka. Ibu anak itu selamat tetapi Elias pingsan kena serpihan ledakan bom. Kasusnya ditangani polisi yang menyebut insiden itu kasus ekstrim vandalisme.

Film yang diproduksi tahun 2010 ini mendapat review positif dari kritikus. Sebanyak 77 persen dari 114 kritikus profesional memberikan film review positif, dengan menyatakan bahwa In a Better World adalah melodrama mewah yang menangani beberapa tema agak sulit eksistensial dan sisi manusiawi.
Kim Skotte menyebut film ini “kuat dan menawan”. Skotte juga memuji penampilan akting Mikael Persbrandt, yang menunjukkan dirinya sebagai aktor Skandinavia yang paling karismatik.
Tangisan Trine Dyrholm saat bertelepon dengan sang suami juga cukup dramatis, mampu membuat tenggorokan tercekat.
Sementara tatapan dingin William Johnk Nielsen saat membela Elias dan juga saat merakit bom, cukup mencekam. Meski penonton kemudian bertanya-tanya, dari mana si anak belajar untuk menjadi jahat seperti itu.
Akting Markus Rygaard sebagai Elias juga menghibur. Wajahnya yang kadang culun rada bloon, mampu membuat penonton tergelak. Aktingnya yang paling lucu saat ia mulai pulih di rumah sakit, dan sang adik menggelitiknya. “Jangan… jangan… !” gelaknya tak mampu menghindar.
Para kritikus setuju menyebut film ini sebagai film sukses dan mengakui Susanne Bier mampu membuat cerita yang bagus. “Dia bisa menggoda, dan dia bisa menekan tombol emosi dengan tepat. Tetapi, dia tidak sungguh-sungguh melakukan penyelidikan yang mendalam.” kata kritikus. Yah, tak ada gading yang tak retak. (mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/