POSO- Akasi bom bunuh diri terjadi di Poso, Senin (3/6). Tak tanggung-tanggung, objek sasaran pelaku bom bnuh diri adalah markas Polres Poso, di jalan Pulau Sumatera, Kota Poso, Sulawesi Tengah. Bom meledak tepat didepan masjid At-Taqwa Mapolres Poso. Titik lokasi ledakan berjarak sekitar 10 meter sesudah pintu gerbang masuk Mapolres, dan sekitar 10 meter sebelum bangunan induk Mapolres.
Bom dengan daya ledak dahsyat hingga terdengar hingga radius 5 kilometer (Km) ini mengguncang sekaligus mengagetkan warga masyarakat Poso. Apalagi setelah dicari sasaran sekaligus lokasi tempat kejadian perkara (TKP) ledakan bom berada di dalam Mapolres.
Bom bunuh diri meledak saat Polres menggelar apel pagi anggota. Pelaku bom bunuh diri yang belum diketahui indentitasnya menjadi korban tunggal pada peristiwa maut yang terjadi sekitar jam 07.00 WITA.
Pelaku bom bunuh diri tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Tak ada korban dari pihak polisi. Karena saat bom bunuh diri diledakan pelaku, pimpinan dan anggota Polres Poso sedang melaksanakan apel pagi dihalaman belakang Mapolres.
Padahal biasanya, apel anggota Polres Poso selalu digelar dan dilaksanakan di halaman depan Mapolres. Bom bunuh diri ini adalah yang pertama terjadi dalam sejarah Poso. Bagian tubuhnya terpisah dan hancur berantatak disekitar lokas kejadian. Yang masih tampak utuh hanyalan kepala, tangan, dan dua bagian kaki pelaku.
Bagian tubuh pelaku itupun terlempar terpisah pada jarak yang masing-masing sangat jauh. Terlihat di lokasi, bagian tubuh atas pelaku yang masih menyatu antara kepala, kedua tangan dan dada terlempar hingga ke depan bangunan ruangan Satuan Narkoba atau sekitar 30 meter dari titik lokasi ledakan. Sementara satu potongan kaki pelaku bagian kaka terlempar ke teras bangunan masjid Mapolres dan sebelah bagian kaki kiri pelaku terlempar hingga ke pelataran parkir mobil das perwira Polres. Kerusakan terlihat pada bagian kaca bangunan masjid dan Mapolres.
Kapolres Poso AKBP Susnadi mengatakan pelaku bom bunuh diri adalah pria berumur antara 30-35 tahun. Ciri-ciri pelaku berambut gondrong sedikit keriting, berwajah lebar, dan berparas tampan. Namun identitas jelasnya belum diketahui. Sebab tim forensik Mabes Polri, Polda Sulteng dan Polres Poso masih melakukan olah TKP. Dari hasil olah TKP sementara diperoleh sejumlah barang bukti material bom. (rdl/jpnn)
Pelaku Diduga Binaan Murid Dr Azhari
MABES Polri langsung mengirim tim Disaster Victim Identification (DVI) ke Sulawesi Tengah. “ Tim ini membantu Polda Sulteng melakukan analisa identitas pelaku yang tewas. DVI akan berada di Palu karena pelaku tidak akan dibawa ke Jakarta,” ujar Kadivhumas Polri Irjen Suhardi Alius di Jakarta kemarin (03/06). Tim itu akan melakukan identifikasi post mortem atau verifikasi identitas paska kematian.
Masalahnya, belum ada pembanding atau database DNA yang bisa digunakan polisi melakukan identifikasi.
“Kami akan lakukan face tracing dulu, pelacakan wajah ke jaringan yang sudah ada,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya itu.
Polri juga berharap ada kerabat atau keluarga yang mengenal wajah pelaku. “Nanti kalau sudah ada sampel pembandingnya, misalnya ada yang mengaku familinya, bisa dilakukan tes dna,” katanya.
Suhardi menyebut bom itu bukan jenis baru. “Kekuatan daya ledaknya besar. Kita bersyukur itu gagal, kalau sampai ke anggota yang sedang apel, dampaknya fatal. Bisa membunuh,” katanya. Pagi itu, ratusan polisi sedang apel pagi saat pelaku menyerang dengan sepeda motor. ”
Saat ini berhasil diidentifikasi ada serpihan tupperware yg berada di lokasi. Artinya, bom ini adalah bom bunuh diri yg menggunakan casing atau tempat bahan peledak dari kotak tupperware. “Ini sedang diidentifikasi oleh Puslabfor apa saja (unsurnya) dan sebagainya,” katanya.
Di lokasi, juga ditemukan paku dan gotri yang selama ini khas type bom kelompok Santoso. Mereka punya instruktur yang juga murid langsung Dr Azahari yakni Upik Lawanga, yang hingga kini belum ditangkap.
Berdasarkan analisis bom atau bomb signature, Suhardi melanjutkan, nantinya akan bisa ditentukan dengan lebih akurat, bom itu milik kelompok mana. “Apalagi kita tahu pada waktu lalu juga ada tahanan (kasus terorisme di Poso) di LP yang melarikan diri. Apakah itu ada kaitannya dengan itu,” kata Irjen Pol Suhardi Alius. (rdl/jpnn) polisi jika ada aktifitas mencurigakan,” katanya.(rdl/jpnn)