JAKARTA-Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono turut memantau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menembus angka Rp10.000. Pihak Istana Kepresidenan pun menjalin koordinasi dengan Bank Indonesia.
“Harapannya rupiah dapat berada dalam rentang aman yaitu Rp9.500-Rp9.800 per dolar AS. Kalau nilai tukar rupiah terlalu naik tidak terlalu bagus untuk ekspor. Tapi kalau terlalu drop juga tidak baik untuk impor,” ujar Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzyah di Jakarta, Selasa, (11/6).
Menurut Firmanzyah ada dua aspek yang berpengaruh terhadap pelemahan rupiah. Pertama, tren tekanan mata uang di tingkat regional dan global. Hal itu, ujarnya, sedikit banyak ikut berdampak terhadap rupiah.
Faktor kedua yang mempengaruhi adalah keputusan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang belum disahkan hingga saat ini. Di sisi lain, tekanan yang dialami IHSG juga turut memberi dampak terhadap pelemahan rupiah. Firmanzyah mengatakan jika realisasi kenaikan harga BBM dipercepat akan cukup mempengaruhi nilai tukar rupiah nantinya. “Ya paling tidak kan investor yang selama ini menanyakan solusi, akan dapat kepastian kebijakan untuk mengurangi defisit fiskal dan neraca perdagangan kita yang banyak disumbang dari impor BBM. Kita monitor,” tegasnya. (flo/jpnn)