Di era globalisasi ini semakin banyak keluarga yang mengalami problematika antara anak dengan orang tua. Penyebabnya beragam dan salah satu yang paling mendasar adalah komunikasi antar orang tua dan anak yang tidak terjalin dengan baik. Bukan hal yang mudah memang untuk menciptakan komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua.
Kesibukan orang tua dan banyak faktor lain yang berpengaruh, “how to be a good parent” merupakan isu yang sangat penting bagi orang tua saat ini dan memahami anak merupakan kunci utamanya. Karena itu, perlu dibangun jembatan komunikasi yang lancar setiap saat. Komunikasi yang bernilai dan bermakna bukan sekedar basa basi. Komunikasi yang bisa memberikan motivasi dan inspirasi sehingga dibutuhkan kreatifitas, kepekaan dan kesabaran yang lebih dari orang tua untuk menjalin komunikasi efektif anak dengan orang tua.
Psikolog spesialis parenting Elly Risman mengatakan, beberapa hal yang menjadi kesalahan orang tua sehingga komunikasi menjadi tidak terganggu karena orang tua selalu bicara dengan tergesa gesa, tidak mengenali diri sendiri dan tidak menyadari bahwa setiap anak adalah unik. Gaya komunikasi orang tua seringkali tanpa disadari lebih berefek pada menurunnya self esteem / penghargaan dan kepercayaan diri anak dan dampak perkembangan mental anak yang negatif. ‘’Kebiasaannya orang tua cendrung memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mencap/ melabeli, mengancam, menasehati, membohongi ,mengkritik, menyindir dan menganalisa,” ujarnya pada seminar bertema Komunikasi Pengasuhan Anak yang Efektif yang digelar Smart Fm Medan dan Parents Care di Medan belum lama ini.
Menurut Elly, yang perlu dipahami orang tua adalah setiap pribadi itu unik dan berbeda. Sehingga jangan suka membandingkan anak kita dengan anak lainnya. Sebab, jangka panjangnya, anak akan menjadi krisis identitas (atau malah over kompetitif) karena dibanding-bandingkan terus yang membuatnya tidak bisa mengenali dirinya sendiri sejak kecil.
Ditambahkan Elly, membaca bahasa tubuh anak juga amat penting. Kalau anak lagi lari-lari terus jatuh, yang umumnya orang tua akan menyalahkan dan berujar “tuh kan, ibu bilang apa? Makanya jangan lari-larian!” Padahal bahasa tubuh anak sudah menunjukkan bahwa ia kesakitan, butuh dipeluk ditenangkan ya, bukan dimarahi. (sih)