Delapan bulan sudah peristiwa pembunuhan sadis Maringan Nainggolan (65), warga Dusun Cintakarya Kampungbaru, Desa Selatbesar Negerilama, Kecamatan Bilahhilir, Labuhanbatu. Maringan terbunuh dengan leher nyaris putus dihantam kelewang pada November 2012 lalu justru setelah isu dirinya memelihara ‘begu ganjang’ tak terbukti. Dari awalnya ditangani Polsek Bilahhilir sampai dilimpahkan ke Polres Labuhanbatu, belum satu pun dari tiga tersangka berhasil ditangkap polisi.
KETIGA tersangka adalah Kaddin Pahpahan, Manahan Pasaribu, dan Andi Sirait. Padahal keluarga para tersangka pelaku masih tinggal di dusun tersebut. Ironisnya lagi, saksi Jahidup Nainggolan, rekan semarga korban, yang melihat terjadinya pembunuhan itu justru dilepaskan oleh Polsek Bilahhilir, Resort Labuhanbatu. Padahal, sejumlah tetangga korban, berani bersaksi bila Jahidup diduga kuat ikut membantu para tersangka menghabisi nyawa korban.
‘’Belum adanya pelaku yang tertangkap sampai delapan bulan ini jadi bukti bahwa Polres Labuhanbatu tak serius menangani pembunuhan orangtua kami,’’ ujar Panahatan Nainggolan, putra korban di Medan, Kamis (20/6). Panahatan yang bermukim di Pulau Batam datang ke Medan untuk menghadiri acara peletakan batu pertama ‘Rumah Doa Nainggolan Lumban Tungkup ‘ di Nainggolan, Samosir, yang berlangsung Sabtu (22/6).
Berbicara kepada wartawan, Panahatan didampingi kerabat dekatnya, Darmo Nainggolan, serta Ketua Punguan Nainggolan Lumban Tungkup Kota Batam, Charles Nainggolan.
“Sepengetahuan kami, belum ada upaya Polres Labuhanbatu mengejar para pelaku pembunuhan orangtua kami. Seharusnya jika polisi serius, minimal warga yang melihat dan rekan Bapak (Maringan, Red) saat minum tuak sebelum kejadian ikut diperiksa atau dimintai keterangan. Tetapi itu pun belum dilakukan polisi,” katanya.
Dijelaskan Panahatan, tak lama setelah kejadian pembunuhan itu, ketiga pelaku yakni Kaddin Pahpahan, Manahan Pasaribu, dan Andi Sirait menghilang dari Desa Selat Besar, Negeri Lama.
‘’Uniknya keluarga para pelaku tenang-tenang saja tinggal di rumah mereka. Kalau polisi mau bekerja ya, tinggal interograsi keluarganya. Kami yakin pasti terlacak. Pelaku terorisme yang jaringannya sulit ditembus saja bisa kok terdeteksi,’’ tukas Panahatan.
Dari penuturan putra tertua korban ini, terungkap, dirinya dan sejumlah kerabat dekat sempat membantu pihak kepolisian dengan mengejar tersangka Kaddin Pakpahan sampai ke Jambi. Sayangnya, pengejaran itu tak membuahkan hasil. Kehadiran mereka keburu diketahui pelaku. Begitupun pihak keluarga korban tak kenal menyerah. Mereka terus memantau pergerakan ketiga tersangka yang kini ditetapkan Polres Labuhanbatu dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).
‘’Kami masih rajin memberikan informasi kepada Polres Labuhanbatu , tapi polisi kayaknya memang tak punya niat mengejar pelaku. Kalau katanya mereka tak punya biaya, kami dari keluarga siap membantu biaya operasional. Yang penting pelaku pembunuhan orangtua kami ditangkap dan dihukum seberat-beratnya,’’ katanya.
Terakhir, menurut Panahatan, otak pelaku pembunuhan yakni Jaddin Pakpahan terdengar informasinya pindah ke Sidikalang, di tempat kerabat sang istri boru Malau. ‘’Informasi itu pun tak direspons saat kami sampaikan,’’ sesalnya.
Kerabat Panahatan, Darmo Nainggolan, mengatakan, pihaknya akan terus mendesak Kapolres Labuhanbatu AKBP Hirbak Wahyu Setiawan agar segera menuntaskan kasus pembunuhan sadis Maringan Nainggolan, dan segera melimpahkannya ke pengadilan.
‘’Kami akan berusaha sekuat tenaga agar kasus ini tak berhenti sampai di sini. Lewat jejaring komunitas marga Nainggolan, kami akan bertemu pak Kapoldasu Irjen Syarief Gunawan,’’ katanya.
Pihak keluarga dan paguyuban marga Nainggolan, menurut Darmo, mulai tak sabar dengan kinerja Polres Labuhanbatu yang sepertinya tak serius menangani kasus pembunuhan Maringan Nainggolan. (val)