26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

IPW Tuding Polisi Gunakan Preman Atasi Demo BBM

MEDAN,Ketua IPW Neta S Pane–  Selain bersikap represif, polisi diduga menggunakan preman bayaran untuk membubarkan aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak kenaikan  harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah kota, di antaranya Makasar, Palopo, dan Samarinda. Demikian disampaikan, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, Neta S Pane, dalam siaran persnya, Minggu (23/6).
Neta menjelaskan,  aksi demonstrasi di Makasar, Senin (17/6) lalu misalnya, para preman muncul dari belakang barikade polisi dan menyerang mahasiswa. Polisi bukannya  mengusir para preman, tapi malah membiarkan. “Lalu mundur dan menjadi penonton,” imbuhnya.

IPW sangat menyesalkan cara-cara yang dilakukan polisi  dalam menangani aksi demo ini. Penggunaan preman dalam mengatasi aksi demo mahasiswa bisa memicu konflik horizontal di masyarakat kian meluas. Apalagi para  preman tersebut memprovokasi warga sekitar agar ikut melempari mahasiswa. Kapolri segera memerintahkan para kapolda dan kapolres untuk  menghentikan penggunaan preman dalam mengatasi demo mahasiswa.

Lebih jauh ia mengatakan,  aksi demo menolak kenaikan harga BBM selama seminggu terakhir terjadi di 62 kota. Dalam aksi itu ada 229 mahasiswa ditangkap dan kini sudah dibebaskan, kecuali di Medan masih ditahan 14 mahasiswa. IPW mendesak agar mahasiswa tersebu dibebaskan.

“Selain itu ada 118 mahasiswa luka yang sebagian besar akibat dipukuli dan  ditembaki polisi dengan peluru karet, dan 18 di antaranya masih dirawat di RS. Jumlah polisi yang luka 9 orang. Dalam aksi itu ada 4 kantor polisi dibakar mahasiswa, 2 di Jakarta, 1 di Kendari, dan 1 di medan,” paparnya.

Wartawan pun ikut jadi korban keberingasan polisi, yakni reporter Trans TV di Jambi, akibatnya luka tembak di pelipis, Andi Nugroho, wartawan Alikindi Ternate juga mengakibatkan luka tembak di kaki,  dan Ismed wartawan Kendari Express (luka pukulan di pelipis). Kota yang paling rawan dan polisinya paling ceroboh dalam mengatasi aksi demo adalah  Medan, Jambi, dan Ternate.

Katanya,  hanya di kota Medan yang demonstran terbiarkan membakar KFC dan polisi tidak mengantisipasinya. Sedangkan kota besar yang paling  aman dan damai aksi demo mahasiswanya adalah Semarang, Surabaya, dan Bandung. “Polri melakukan deteksi dan antisipasi dini secara maksimal.  Sebab beberapa hari ke depan aksi demo mahasiswa menolak kenaikan harga BBM masih akan marak,” harapnya.(kl/smg/rel)

MEDAN,Ketua IPW Neta S Pane–  Selain bersikap represif, polisi diduga menggunakan preman bayaran untuk membubarkan aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak kenaikan  harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah kota, di antaranya Makasar, Palopo, dan Samarinda. Demikian disampaikan, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, Neta S Pane, dalam siaran persnya, Minggu (23/6).
Neta menjelaskan,  aksi demonstrasi di Makasar, Senin (17/6) lalu misalnya, para preman muncul dari belakang barikade polisi dan menyerang mahasiswa. Polisi bukannya  mengusir para preman, tapi malah membiarkan. “Lalu mundur dan menjadi penonton,” imbuhnya.

IPW sangat menyesalkan cara-cara yang dilakukan polisi  dalam menangani aksi demo ini. Penggunaan preman dalam mengatasi aksi demo mahasiswa bisa memicu konflik horizontal di masyarakat kian meluas. Apalagi para  preman tersebut memprovokasi warga sekitar agar ikut melempari mahasiswa. Kapolri segera memerintahkan para kapolda dan kapolres untuk  menghentikan penggunaan preman dalam mengatasi demo mahasiswa.

Lebih jauh ia mengatakan,  aksi demo menolak kenaikan harga BBM selama seminggu terakhir terjadi di 62 kota. Dalam aksi itu ada 229 mahasiswa ditangkap dan kini sudah dibebaskan, kecuali di Medan masih ditahan 14 mahasiswa. IPW mendesak agar mahasiswa tersebu dibebaskan.

“Selain itu ada 118 mahasiswa luka yang sebagian besar akibat dipukuli dan  ditembaki polisi dengan peluru karet, dan 18 di antaranya masih dirawat di RS. Jumlah polisi yang luka 9 orang. Dalam aksi itu ada 4 kantor polisi dibakar mahasiswa, 2 di Jakarta, 1 di Kendari, dan 1 di medan,” paparnya.

Wartawan pun ikut jadi korban keberingasan polisi, yakni reporter Trans TV di Jambi, akibatnya luka tembak di pelipis, Andi Nugroho, wartawan Alikindi Ternate juga mengakibatkan luka tembak di kaki,  dan Ismed wartawan Kendari Express (luka pukulan di pelipis). Kota yang paling rawan dan polisinya paling ceroboh dalam mengatasi aksi demo adalah  Medan, Jambi, dan Ternate.

Katanya,  hanya di kota Medan yang demonstran terbiarkan membakar KFC dan polisi tidak mengantisipasinya. Sedangkan kota besar yang paling  aman dan damai aksi demo mahasiswanya adalah Semarang, Surabaya, dan Bandung. “Polri melakukan deteksi dan antisipasi dini secara maksimal.  Sebab beberapa hari ke depan aksi demo mahasiswa menolak kenaikan harga BBM masih akan marak,” harapnya.(kl/smg/rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/