MEDAN- Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) selalu saja menjadi dilema bagi para calon dokter, khususnya bagi ratusan calon dokter di kota Medan. Pasalnya, Berdasarkan data Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), jumlah retaker atau dokter yang mengikuti UKDI lebih dari satu kali terbanyak dari kota Medan dibandingkan dari daerah lainnya.
PB IDI mencatat dari 2.500 retaker di Indonesia, sekitar 818 orang berasal dari kota Medan. Jelas ini merupakan kondisi yang memprihatinkan, apalagi kebutuhan dokter di Indonesia saat ini terus meningkat sementara ribuan dokter harus menganggur karena terhalang oleh UKDI. Masalah kerumitan dan mahalnya biaya menjadi kendala.
Hal ini diakui oleh Koordinator Gerakan Reteker Sumatera Utara (GRS), dr Adhy U Sitepu kepada Sumut Pos, Selasa (2/7). Bahkan ia mengakui kalau dirinya pun sudah lebih dari delapan kali mengikuti UKDI dan tidak lulus hingga saat ini.
“Saya sudah delapan kali ikut UKDI sampai sekarang belum juga lulus. Kendala utama itu ada di soal dan juga biaya kuliah yang mahal karena sebelum ikut UKDI dari fakultas, kami dikutip lagi biaya untuk ikut bimbingan. Kalau tidak ikut bimbingan, yah ketinggalan data dan soal-soal yang baru. Nah, dari sini kami jadi terkesan dipersulit untuk mengikuti ujian yang memakan waktu hingga 200 menit itu, “ katanya.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI Zaenal Abidin mengungkapkan pihaknya sedang berusaha memperpendek jalur birokrasi dan administrasi dokter. Sehingga, dokter-dokter lulusan tahun 2013 harus mengikuti exit exam (ujian akhir yang sekaligus sebagai uji kompetensi). Untuk itu, lanjutnya, PB IDI memutuskan untuk membekukan Komite Bersama (KB) UKDI. Dan uji kompetensi dilakukan kepada dokter muda sebelum di wisuda. Keputusan ini sudah berjalan sejak 1 Februari 2013 lalu.
Sementara itu, Ketua IDI Cabang Medan Ramlan Sitompul mengungkapkan masalah retaker merupakan masalah pertama yang akan diselesaikannya dalam kepengurusannya di tahun pertama ini. “Saya baru terpilih, dan untuk mengawali tugas retaker menjadi fokus utama,” tuturnya. (put)