JAKARTA-Dua dari empat teroris yang berhasil dibekuk Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri, di Tulungagung, Jawa Timur, diketahui berasal dari Sumatera Utara. Keduanya tewas ditembak karena pada saat hendak ditangkap melakukan perlawanan dengan melepaskan tembakan ke arah petugas.
“Target sedang menunggu kendaraan umum di Jalan Pahlawan, Tulungagung. Disitulah tim Densus 88 melakukan penyergapan. Saat didekati satu dari empat tersangka melakukan penembakan terhadap tim, sehingga tim melakukan kontak senjata,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Ronny Franky Sompie di Jakarta, Senin (22/7).
Kedua tersangka yang tewas untuk sementara diduga bernama Dayah alias Kim dan Riza. Namun saat coba ditanya lebih lanjut terkait identitas lengkap kedua pelaku, Ronny belum bersedia merinci. Menurutnya saat ini kedua jenazah telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri untuk dilakukan pemeriksaan memastikan identitas. “Jadi saat ini saya sedang menanyakan data lengkapnya,” ujar Ronny kepada koran ini.
Selain dua pelaku yang tewas, Densus 88 menurutnya juga menangkap hidup-hidup dua tersangka lain. Masing-masing bernama Mugi Hartanto dan Sapari. Keduanya mengalami luka tembak di bagian kaki karena mencoba melarikan diri.
“Diidentifikasi mereka kelompok pencari dana untuk aksi terorisme yang sudah terjadi. Diduga mereka sedang melakukan pencarian dana untuk aksi teror selanjutnya,” ujar Ronny. Saat ditanya apakah dari para teroris ada yang merupakan tahanan dari Lembaga Pemasyarakatan Tanjunggusta Medan, yang melarikan diri beberapa waktu lalu, Ronny membantahnya.
Ia hanya menyebut para tersangka telah lama masuk Daftar Pencarian Orang. Mereka diduga bagian dari kelompok perampokan Bank CIMB Medan, Sumatera Utara. “Diduga mereka terlibat dalam kasus Poso, Solo dan merupakan pencari dana atau fa’i dalam kasus perampokan bank di Bali dan Medan,” katanya.
Dari keempat tersangka, Dayah dan Riza diduga paling berbahaya. Sementara Sapari yang merupakan warga Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo dan Mugi Hartanto selaku warga Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, hanya berperan sebagai penunjuk jalan serta pelaku penyembunyian para teroris.
Dalam penyergapan kali ini kepolisian berhasil mengamankan sejumlah barangbukti. Di antaranya satu pucuk senjata api berjenis revolver, serta sebuah tas berisi bom rakitan. Belum diketahui pasti apakah bom tersebut akan digunakan untuk melakukan aksi teror dalam waktu dekat.
Kelompok ini diketahui terus berpindah-pindah tempat dengan memanfaatkan musala dan pom bensin sebagai tempat beristirahat, setelah melakukan perampokan Bank CIMB Medan tahun 2010. Mereka diduga baru tiba di Tulungagung pada Sabtu (20/7) lalu. Dalam pelariannya, mereka juga disebut-sebut telah melakukan perekrutan orang-orang baru untuk melakukan fai atau merampok demi kepentingan teror. (gir)