MEDAN-Dunia medis di Sumatera Utara kembali diuji. Setelah lahir bayi dengan kelainan seperti usus di luar perut atau tanpa anus, kini ditemukan ada bayi lahir dengan jantung di luar dada (ectopia cordis).
Adalah putri Tigor Sipayung (32) dan Rosenta Tondang (20) yang mengalami kelainan itu. Kemarin sang bayi masih dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Abdul Malik (RSUP HAM), tepatnya di rawat di Ruang Perinatologi dengan status pasien Jamkesda.
Saat ditemui, Tigor yang merupakan warga Desa Purba Sinomba, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun tampak sayu. Selain khawatir dengan kondisi istrinya yang harus ditinggalkannya beberapa hari setelah melahirkan di RS Bethesda Saribudolok, Kamis (11/7) lalu, ia juga harus berpikir keras untuk menyembuhkan anak pertamanya yang baru lahir tersebut.
Yah, ia tidak pernah menyangka kalau bayi perempuannya harus terlahir dengan tidak normal dengan kondisi jantung berada di luar. Saat melihat kondisi bayi pertamanya tersebut, spontan ia langsung membawanya ke RSUP-HAM. dan saat ini telah di rawat di Ruang Perinatologi dengan status pasien Jamkesda.
“Saat hamil nggak ada kelainan pada istri saya, semuanya normal layaknya ibu hamil. Setiap bulan saya bawa ke bidan dan RS untuk di USG, tapi pas USG di usia kandungan 7 bulan, dokter cuma bilang anak saya perempuan. Dokter enggak ada cerita masalah jantungnya ini. Makanya ‘gak nyangka bisa seperti ini,” kata Tigor.
Tambahnya, ia juga selalu rutin membawa istrinya ke bidan dan ke dokter. Bahkan selama hamil, istrinya tidak pernah meminum obat tanpa resep dokter dan bidan. “Semua obat yang diminum diberi bidan dan dokter. Saya pun nggak berani beli obat tanpa resep dokter,” ujarnya.
Kondisi bayi ini ternyata tidak diketahui oleh sang ibu (istrinya). “Istri saya enggak tahu anaknya seperti ini. Saya cuma bilang, ada yang harus diobati, makanya dibawa ke sini. Dokter di RS Bethesda pun bilang agar istri saya jangan tahu dulu dengan kondisi anaknya, takutnya dia shock, apalagi dia baru selesai melahirkan,” katanya.
Keinginan Tigor hanya satu, ia hanya ingin membawa anaknya pulang ke kampung halaman dengan keadaan yang baik layaknya bayi normal pada umumnya. Namun keinginan tersebut harus terkendala dengan biaya. Anak Tigor yang belum sempat diberi nama tersebut harus dibawa ke RS Jantung Harapan Kita di Jakarta. Masalahnya Jamkesda tidak berlaku di RS tersebut.
“RSUP HAM merujuk supaya anak saya dibawa ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta. Namun, di Jakarta Jamkesda tidak berlaku, makanya perlu biaya untuk dibawa ke sana. Biaya hidup selama di RS ini saja, saya dapat kiriman dari adik-adik saya,” katanya sedih sembari mengatakan ia hanya bekerja sebagai seorang buruh tani dengan penghasilan yang tidak tetap.
Tambahnya, dengan kondisi keuangan yang ia miliki, ia merasa pesimis. Saat ini ia hanya berharap agar ada masyarakat yang memberikan empatinya untuk kesembuahan buah hatinya tersebut. “Saya berharap ada bantuan dari dermawan dan pemerintah, agar anak saya dibawa ke Jakarta,” ujarnya .
Sementara itu, Kasubbag Humas RSUP HAM , Sairi M Saragih mengakui bahwa bayi dengan kondisi jantung di luar telah berada di RSUP HAM, Kamis (11/7) lalu dan saat ini sedang dirawat di ruang Perinatologi dengan kondisi sesak nafas. “Bayi ini berat badannya 3200 gram dan panjang 48 cm,” katanya.
Lanjutnya, bayi tersebut akan dirujuk ke RS Jantung Harapan Kita. “Saat ini bayi tersebut berada di dalam inkubator dan jantung tersebut ditutup dengan kantong darah agar tidak terinfeksi,” ujar Sairi. Sementara itu, dokter kandungan, Cristoffel Tobing SpoG mengatakan seharusnya saat dilakukan USG, kelainan jantung pada bayi dapat terlihat. “Dia bilang sudah melakukan USG, seharusnya saat di USG dapat terlihat kalau ada kelainan. Itu dokter di RS mana,” ujarnya.
Lanjutnya, ia tidak dapat menerangkan lebih banyak mengenai kondisi bayi tersebut karena belum melihat kondisi langsung sang bayi.
“Saya tidak dapat berkata banyak, tapi kelainan itu biasanya karena bawaan. Bisa dari kromosomnya, tingkah laku sang ibu saat mengandung, misalnya meminum obat atau lainnya. Bisa juga karena faktor lingkungan atau infeksi waktu hamil,” katanya.
Tambahnya, harus dipastikan, apakah bayi tersebut memiliki rongga dada atau tidak atau di dinding dadanya ada gangguan atau tidak. “Saya harus lihat foto Thoraxnya dahulu baru bisa berkata panjang soal ini,” katanya.(put)