26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

SBY Disadap

INDONESIA-SINGAPORE-MALAYSIA-ENVIRONMENT-HAZEJAKARTA-Kewibawaan Pemerintah Indonesia kembali tercoreng. Kali ini terkait dengan RI I alias Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendapat perlakuan tak semestinya saat berada di London, Inggris. SBY dan rombongan disadap saat menghadiri KTT G20 di London, Inggris, pada April 2009 lalu.
Kabar ini diwartakan Jumat (26/7) oleh dua media Australia bernama Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald. Diisebutkan dalam berita di dua media tersebut, yang melakukan penyadapan adalahn
Badan Intelijen dari Amerika Serikat dan Inggris. Namun, pemerintah Australia ikut menerima keuntungan dari hasil sadapan itu.
“Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd menyebut mendapat keuntungan dari penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri KTT G20 di London,” ujar salah satu sumber intelijen negeri jiran tersebut.
Sumber itu menambahkan, dasar penyadapan tersebut adalah rasa keingintahuan yang besar dari PM Kevin Rudd terhadap tindak tanduk pemimpin Asia termasuk SBY dalam KTT itu. “Perdana Menteri Kevin Rudd memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap para pemimpin, khususnya pemimpin di Asia Pasifik, yakni Yudhoyono, Manmoham Singh (PM India) dan Hu Jintao (Mantan Presiden Cina),” tambahnya.
Penyadapan itu dapat mendukung tujuan diplomatik Australia, termasuk pula dukungan untuk memenangkan kursi jabatan di dewan keamanan PBB. “Tanpa dukungan intelijen (hasil sadapan) Amerika, kami tidak dapat memenangkan kursi itu,” ujar pejabat di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan itu.
Diketahui, dokumen yang dikeluarkan oleh Fairfax Media menuliskan mantan PM Australia Julia Gillard sebelumnya diberi tahu oleh Kepala Divisi Intelejen Bagian Informasi Richard Sadleir, bahwa ada kebocoran dokumen intelijen yang dilakukan oleh Edward Snowden. Hal itu diketahui setelah media The Guardian melaporkan Snowden membocorkan dokumen intelejen AS dan Inggris, bahwa keduanya menargetkan penyadapan kepada para pemimpin dunia saat menghadiri KTT G20 di London.
Kemudian Kepala Divisi Intelejen Bagian Informasi Richard Sadleir juga memberitahukan kepada Julia Gillard pada 17 Juni lalu, bahwa intelijen Inggris mempekerjakan seorang intelijen yang memiliki kemampuan menyadap komunikasi. Kantor pusat komunikasi pemerintah mengungkapkan perangkat yang disadap salah satunya termasuk ponsel BlackBerry, password email dan panggilan keluar maupun masuk para delegasi dunia.
Tertulis dalam media The Guardian, Snowden mengungkapkan kantor pusat komunikasi pemerintahan mampu menghadirkan rekaman secara langsung pembicaraan telepon. Rekaman percakapan itu secara otomotis dapat muncul dan konstan. Dan hasilnya nanti akan digunakan oleh pejabat Inggris untuk dapat mempengaruhi peristiwa yang terjadi ke depan.
Dalam media itu tertulis fokus penyadapan adalah Turki dan Afrika Selatan, bukan Indonesia. Namun, sumber anonim mengatakan tidak menutup kemungkinan Indonesia juga menjadi target penyadapan selanjutnya. “Selalu ada prioritas bagi kita,” ujar sumber itu.
Terkait dengan itu, sebelumnya pada 18 Juni 2013, Pemerintah Indonesia telah meminta penjelasan dari Inggris terkait kegiatan spionase diplomatik tersebut. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, penjelasan ini penting untuk menghindari kesalahpahaman. “Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua negara,” kata Tenne Rabu, (19/6) lalu. Namun, permintaan penjelasan ini hanya melalui lisan, tidak melalui surat tertulis.
Tene membantah jika selama ini Indonesia sering disadap oleh negara lain. Indonesia sudah mempunyai cara tertentu agar informasi atau dokumen rahasia tidak bocor. “Tapi yang upaya penyadapan seperti itu selalu dilakukan tertutup,” kata Tenne. (bbs/net)

INDONESIA-SINGAPORE-MALAYSIA-ENVIRONMENT-HAZEJAKARTA-Kewibawaan Pemerintah Indonesia kembali tercoreng. Kali ini terkait dengan RI I alias Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mendapat perlakuan tak semestinya saat berada di London, Inggris. SBY dan rombongan disadap saat menghadiri KTT G20 di London, Inggris, pada April 2009 lalu.
Kabar ini diwartakan Jumat (26/7) oleh dua media Australia bernama Fairfax Media yang membawahi The Age dan The Sydney Morning Herald. Diisebutkan dalam berita di dua media tersebut, yang melakukan penyadapan adalahn
Badan Intelijen dari Amerika Serikat dan Inggris. Namun, pemerintah Australia ikut menerima keuntungan dari hasil sadapan itu.
“Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd menyebut mendapat keuntungan dari penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menghadiri KTT G20 di London,” ujar salah satu sumber intelijen negeri jiran tersebut.
Sumber itu menambahkan, dasar penyadapan tersebut adalah rasa keingintahuan yang besar dari PM Kevin Rudd terhadap tindak tanduk pemimpin Asia termasuk SBY dalam KTT itu. “Perdana Menteri Kevin Rudd memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap para pemimpin, khususnya pemimpin di Asia Pasifik, yakni Yudhoyono, Manmoham Singh (PM India) dan Hu Jintao (Mantan Presiden Cina),” tambahnya.
Penyadapan itu dapat mendukung tujuan diplomatik Australia, termasuk pula dukungan untuk memenangkan kursi jabatan di dewan keamanan PBB. “Tanpa dukungan intelijen (hasil sadapan) Amerika, kami tidak dapat memenangkan kursi itu,” ujar pejabat di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan itu.
Diketahui, dokumen yang dikeluarkan oleh Fairfax Media menuliskan mantan PM Australia Julia Gillard sebelumnya diberi tahu oleh Kepala Divisi Intelejen Bagian Informasi Richard Sadleir, bahwa ada kebocoran dokumen intelijen yang dilakukan oleh Edward Snowden. Hal itu diketahui setelah media The Guardian melaporkan Snowden membocorkan dokumen intelejen AS dan Inggris, bahwa keduanya menargetkan penyadapan kepada para pemimpin dunia saat menghadiri KTT G20 di London.
Kemudian Kepala Divisi Intelejen Bagian Informasi Richard Sadleir juga memberitahukan kepada Julia Gillard pada 17 Juni lalu, bahwa intelijen Inggris mempekerjakan seorang intelijen yang memiliki kemampuan menyadap komunikasi. Kantor pusat komunikasi pemerintah mengungkapkan perangkat yang disadap salah satunya termasuk ponsel BlackBerry, password email dan panggilan keluar maupun masuk para delegasi dunia.
Tertulis dalam media The Guardian, Snowden mengungkapkan kantor pusat komunikasi pemerintahan mampu menghadirkan rekaman secara langsung pembicaraan telepon. Rekaman percakapan itu secara otomotis dapat muncul dan konstan. Dan hasilnya nanti akan digunakan oleh pejabat Inggris untuk dapat mempengaruhi peristiwa yang terjadi ke depan.
Dalam media itu tertulis fokus penyadapan adalah Turki dan Afrika Selatan, bukan Indonesia. Namun, sumber anonim mengatakan tidak menutup kemungkinan Indonesia juga menjadi target penyadapan selanjutnya. “Selalu ada prioritas bagi kita,” ujar sumber itu.
Terkait dengan itu, sebelumnya pada 18 Juni 2013, Pemerintah Indonesia telah meminta penjelasan dari Inggris terkait kegiatan spionase diplomatik tersebut. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, penjelasan ini penting untuk menghindari kesalahpahaman. “Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua negara,” kata Tenne Rabu, (19/6) lalu. Namun, permintaan penjelasan ini hanya melalui lisan, tidak melalui surat tertulis.
Tene membantah jika selama ini Indonesia sering disadap oleh negara lain. Indonesia sudah mempunyai cara tertentu agar informasi atau dokumen rahasia tidak bocor. “Tapi yang upaya penyadapan seperti itu selalu dilakukan tertutup,” kata Tenne. (bbs/net)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/