26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BUMN Miliki Pabrik Bioetanol Pertama

dahlan iskanMOJOKERTO – Prospek industri gula ke depan makin manis. Tidak hanya memproduksi gula, pelaku usaha juga mengembangkan produk turunan lain dari tebu. Misalnya yang dilakukan PTPN X dengan meresmikan pabrik bioetanol berbahan baku tetes tebu atau molasses yang dipasok dari Pabrik Gula (PG) Gempolkrep Mojokerto. Pabrik bioetanol di PG Gempolkrep itu adalah yang pertama dimiliki BUMN.

Peresmian pabrik yang diadakan di halaman pabrik kemarin dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan, Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, dan Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang Kenji Kurata. Dahlan Iskan mengaku bangga dengan prestasi PTPN X. Apalagi, bioetanol yang diproduksi PTPN X berbeda dengan yang dihasilkan perusahaan nasional lainnya.

Tingkat kemurnian bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,5 persen. “Selama ini kita masih impor bioetanol yang kualitasnya 99,5 persen. Karena grade bioetanol yang ada masih di bawahnya, seperti untuk industri minuman dan farmasi,” ujar Dahlan saat peresmian pabrik bioetanol di Mojokerto, Selasa (20/8).

Selain mendorong pengembangan bioetanol, mantan Dirut PLN itu memastikan bahwa Pertamina bakal menyerap produksi bioetanol PTPN X. “Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu. Ini mandatory,” tegasnya.

Pabrik bioetanol di PG Gempolkrep sendiri merupakan kerja sama antara NEDO Jepang dan Kementerian Perindustrian. NEDO memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, lalu dikerjasamakan dengan PTPN X. Total investasi di pabrik bioetanol itu mencapai Rp 461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp 150 miliar dan dana internal PTPN X sebesar Rp 311,21 miliar.

Selain bantuan dana, selama enam bulan ke depan sejumlah tenaga teknis juga akan didatangkan langsung dari Jepang untuk menjaga kualitas. Tenaga asal Jepang diminta melakukan supervisi dan pemantauan hingga hasil bioetanol sesuai dengan ketentuan.

“Sampai bisa. Tidak ada kontrak sampai kapan,” tambah Dahlan. Jika sukses, dalam enam bulan ke depan, akan dipikirkan apakah bakal melanjutkan pengembangan atau tidak.

Dirut PTPN X Subiyono menambahkan, produksi bioetanol masih bisa digenjot karena dari sisi bahan baku masih memadai. Saat ini bahan baku berasal dari PG Gempolkrep Mojokerto sebanyak 120.000 ton tetes tebu per tahun.

“Selain itu, masih ada kelebihan 200 ribu ton, belum ditambah dengan milik petani. Adanya pabrik ini juga bisa jadi model bagi pengembangan industri gula yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Jadi, industri gula tidak hanya jualan gula,” ujar Subiyono.

Dalam setahun pabrik tersebut bisa memproduksi 30 juta liter bioetanol. Sedangkan kebutuhan bahan bakar nabati secara nasional 1,7 juta kiloliter atau 1,7 miliar liter per tahun. “Kami akan fokus mengembangkan pabrik ini, kemudian menyusul menyiapkan pabrik gula lainnya,” tuturnya. (res/c9/oki)

dahlan iskanMOJOKERTO – Prospek industri gula ke depan makin manis. Tidak hanya memproduksi gula, pelaku usaha juga mengembangkan produk turunan lain dari tebu. Misalnya yang dilakukan PTPN X dengan meresmikan pabrik bioetanol berbahan baku tetes tebu atau molasses yang dipasok dari Pabrik Gula (PG) Gempolkrep Mojokerto. Pabrik bioetanol di PG Gempolkrep itu adalah yang pertama dimiliki BUMN.

Peresmian pabrik yang diadakan di halaman pabrik kemarin dihadiri Menteri BUMN Dahlan Iskan, Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, dan Presiden NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) Jepang Kenji Kurata. Dahlan Iskan mengaku bangga dengan prestasi PTPN X. Apalagi, bioetanol yang diproduksi PTPN X berbeda dengan yang dihasilkan perusahaan nasional lainnya.

Tingkat kemurnian bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,5 persen. “Selama ini kita masih impor bioetanol yang kualitasnya 99,5 persen. Karena grade bioetanol yang ada masih di bawahnya, seperti untuk industri minuman dan farmasi,” ujar Dahlan saat peresmian pabrik bioetanol di Mojokerto, Selasa (20/8).

Selain mendorong pengembangan bioetanol, mantan Dirut PLN itu memastikan bahwa Pertamina bakal menyerap produksi bioetanol PTPN X. “Pertamina wajib membeli. Tak ada negosiasi. Tak ada merayu. Ini mandatory,” tegasnya.

Pabrik bioetanol di PG Gempolkrep sendiri merupakan kerja sama antara NEDO Jepang dan Kementerian Perindustrian. NEDO memberikan hibah melalui Kementerian Perindustrian, lalu dikerjasamakan dengan PTPN X. Total investasi di pabrik bioetanol itu mencapai Rp 461,21 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp 150 miliar dan dana internal PTPN X sebesar Rp 311,21 miliar.

Selain bantuan dana, selama enam bulan ke depan sejumlah tenaga teknis juga akan didatangkan langsung dari Jepang untuk menjaga kualitas. Tenaga asal Jepang diminta melakukan supervisi dan pemantauan hingga hasil bioetanol sesuai dengan ketentuan.

“Sampai bisa. Tidak ada kontrak sampai kapan,” tambah Dahlan. Jika sukses, dalam enam bulan ke depan, akan dipikirkan apakah bakal melanjutkan pengembangan atau tidak.

Dirut PTPN X Subiyono menambahkan, produksi bioetanol masih bisa digenjot karena dari sisi bahan baku masih memadai. Saat ini bahan baku berasal dari PG Gempolkrep Mojokerto sebanyak 120.000 ton tetes tebu per tahun.

“Selain itu, masih ada kelebihan 200 ribu ton, belum ditambah dengan milik petani. Adanya pabrik ini juga bisa jadi model bagi pengembangan industri gula yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Jadi, industri gula tidak hanya jualan gula,” ujar Subiyono.

Dalam setahun pabrik tersebut bisa memproduksi 30 juta liter bioetanol. Sedangkan kebutuhan bahan bakar nabati secara nasional 1,7 juta kiloliter atau 1,7 miliar liter per tahun. “Kami akan fokus mengembangkan pabrik ini, kemudian menyusul menyiapkan pabrik gula lainnya,” tuturnya. (res/c9/oki)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/