MEDAN – Masalah gaji yang tertunggak di duo PSMS belum juga selesai. Saat ini tidak ada solusi yang dapat diberikan kepada skuad PSMS yang resah karena ketidakjelasan finansial klub yang akut.
Pemain dan pelatih PSMS LI berjuang menuntut gaji dengan langkah terakhir menuntut Ketua umumnya Indra Sakti Harahap ke pengadilan. Sementara pemain PSMS LPIS pasrah dengan kondisi tim yang bubar tanpa pembubaran resmi.
Pelatih kiper Mardianto mengatakan kondisi miris yang terjadi yakni dualisme klub saat ini tak lepas dari andil 40 klub yang bersikap plin-plan. Karena itu niat penyatuan yang diusung klub-klub sejatinya didukung. Tapi mereka diharapkan tidak menutup mata terhadap permasalahan yang ada saat ini.
“Yang memilih dua ketua umum ini kan 40 klub. Makanya jadi serumit ini kondisinya. Ya tentu mereka harus tanggung jawab. Saya sebenarnya mendukung penyatuan PSMS. Tapi jangan tinggalkan masalah yang ada sekarang,” ujar Mardianto.
Pada pertemuan yang digelar pada 31 Agustus nanti, Mardianto berharap dapat dicarikan solusi untuk permasalahan tunggakan gaji. “Ya kalau bisa masalah tunggakan gaji ini diagendakan dalam pertemuan itu.Kalau agenda ketua umum ya seperti saya bilang tadi, harus rela berkorban dan mencintai klub ini,” kata mantan kiper Harimau Tapanuli dan PSMS ini.
Mantan pelatih kiper PON Sumut ini mengatakan jangan ada lagi Indra Sakti lainnya yang menjadi pemimpin PSMS ke depan. “Janganlah lagi kita dapat ketum seperti Indra Sakti Harahap. Dia itu lari dari masalah. Bagaimana tidak, menjumpai kami pelatih, pemain pun, dia tak mau. Saya telepon tak pernah aktif. Janganlah, jangan orang seperti ini nantinya yang jadi ketum lagi,” ucapnya.
Pelatih kepala PSMS, Suharto juga punya harapan senada. Saat ini 36 klub anggota PSMS yang telah menyepakati untuk Rapat Anggota Luar Biasa yang dihimpun lewat komite penyatuan PSMS. Ke depan diharapkan pemimpin PSMS harus dipilih lebih selektif.
“Sangat kecewa sekali pasti. Musim lalu Indra Sakti datang dengan janji janji membawa perubahan. Buktinya dia malah semakin menelantarkan PSMS. Belum lagi unsur pengurus lainnya tidak peduli. Kalau memang tidak mampu jangan memaksakan diri,” ujar Suharto.
Suharto mengatakan masalah yang timbul saat ini merupakan catatan hitam pengurus PSMS saat ini yang tak mampu memberikan solusi. “Ya pastinya harus selektif. Kami mau pemimpin yang mau berkorban apapun untuk tim ini. Juga sanggup secara finansial. Ini kesalahan mereka (pengurus,Red),” ucapnya. (don/jpnn)