30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

“Hebat PLN Ini, Dimatikan Anakku”

 keluarga guru SMA 1 saat menjenguk korban

keluarga guru SMA 1 saat menjenguk korban

Jeritan dan tangisan seketika pecah meratapi jenazah Jefri Sinaga (28), yang terbujur kaku. Jefri yang merupakan guru di SMA Negeri 1 Pinangsori, Tapteng ini, tewas setelah terjerat kabel listrik yang tengah dipasang petugas PLN.
Keluarga korban tak pernah membayangkan kalau korban meninggal akibat kabel listrik milk PLN yang menjerat lehernya secara tiba-tiba. Peristiwa naas itu terjadi di pertigaan Jalan Padangsidimpuann
Jalan Baru, Lingkungan I Desa Aek Horsik, Kecamatan Badiri, Tapteng, Kamis (19/9) siang sekira pukul 14.00 WIB.
Awalnya, korban yang tinggal di Jalan Rajawali Lorong II, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga, mengendarai sepeda motornya dari arah Padangsidimpuan ke arah Pandan, Tapteng. Di saat yang sama, beberapa pekerja dari rekanan PT PLN sedang memasang kabel di pertigaan jalan tersebut.  Petugas PLN hendak memasang kabel yang ditarik dari sebuah tiang di sisi jalan Padangsidimpuan melintang ke tiang listrik di Jalan Baru.
Tapi rupanya, tiba-tiba kabel untuk pemasangan jaringan baru itu lepas dan kendur, kemudian kabelnya menjuntai ke bawah hingga akhirnya menjerat leher korban yang melintas di lokasi dengan kecepatan kencang. Korban langsung jatuh terpental. Sepeda motor yang dikendarainya terlempar beberapa meter.  Beberapa warga mencoba menolong korban yang tengah terkapar dengan membawanya ke UGD RSUD Pandan.
Kepala Desa Aek Horsik P Tambunan (43)  yang kebetulan berada dilokasi, ikut mengantarkan korban hingga ke UGD RSUD Pandan. “Sebelumnya korban masih bisa bicara tapi sudah lemas. Korban masih sempat minta dibawa ke rumah sakit. Kulihat wajahnya makin bengkak. Tangannya juga seperti kembang. Sempat kupegang seperti gembung dan keras,” kata ujarnya di UGD RSUD Sibolga.
Melihat kondisi korban yang semakin parah, Kepala Desa dibantu beberapa warga dan pekerja pemasang kabel listrik itu lalu melarikannya ke UGD RSUD Pandan dengan menggunakan mobil pickup. “Kami bawa pakai mobil pickup. Saya ikuti dari belakang naik sepedamotor. Sampai di rumah sakit, saya bilang supaya cepat ditangani, atau kalau bisa dibedah saja supaya bisa lancar bernafas,” kata Kepala Desa.
Korban kemudian dirujuk ke RSUD Dr FL Tobing Sibolga. Namun sayang, saat baru tiba di UGD rumahsakit itu, korban sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Di ruangan jenazah, ibu kandung korban,  Br Siregar (50) tak henti-hentinya meratapi kepergian anak kesayangannya itu. “Songon nipi maon amang, songon nipi mai tondiku. Laho karejo ho nasogot sehat-sehat do. Dang adong sahit ni on”. (artinya: seperti mimpi ini anakku. Seperti mimpilah ini jiwaku. Sehat-sehatnya kau pergi kerja tadi pagi. Tidak ada sakitnya anakku ini).
Dalam isak tangisnya, Br Siregar  bahkan menyalahkan pihak PLN atas kepergian anaknya. “Na hebat ma tahe par PLN i amang, dipamate anakkon amang. Baosa gabe songini anakkon. Mulak ma ho amang, nunga hudok naking. (artinya: hebat sekali PLN ini, dimatikan anakku ini. Kenapa jadi begini anakku ini. Pulanglah kau anakku, tadi sudah kubilang sama kau),” ratap Br Siregar sambil memeluk jasad anak sulungnya itu.
Begitu juga beberapa saudara perempuan korban, juga ikut meratapi jasad korban. “Aduh Tuhan, kenapa cepat sekali Kau ambil nyawa abangku ini. Kenapa cepat sekali kau pergi bang. Bangun bang. Mimpinya ini,” ratap para adik perempuan korban.
“Amang tahe godang ni hepengki pasikolahon ho. Hutaon do martiga-tiga es asa boi sikkolah ho amang”. (artinya: ya ampun banyak sekali uangku habis untuk menyekolahkan kau. Kutahankannya berjualan es supaya bisa sekolah kau anakku),” ratap sang Ayah (50-an).
Informasinya, korban sudah merencanakan pernikahan dengan kekasihnya pada Februari tahun depan. Hal itu juga sempat terungkap dari ratapan ayah dan ibunya. Sambil memeluk Br Sarumpaet, kekasih korban, ibu korban Br Siregar meratap sambil mengatakan ‘calon parumaenkhon’ (calon menantuku ini,red).
Puluhan kerabat dan rekan kerja korban langsung memadati UGD dan lorong ke kamar jenazah. Mereka mengaku hampir tidak percaya dan sangat terkejut atas peristiwa naas tersebut. Salah satunya Kepala SMA Negeri 1 Pinangsori Jhonni Hutagalung.  ”Kami sangat terkejut dan merasa kehilangan atas kejadian dan kabar meninggalnya Pak Jefri Sinaga ini. Dia guru yang baik, ramah, energik, mau belajar dan sangat rajin. Anak-anak pasti juga merasa sangat kehilangan,” aku Kepala Sekolah.
Sedangkan petugas dari Polres Tapteng yang tiba di UGD RSUD Sibolga dan langsung melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban. Petugas juga memvisum luar jasad korban setelah selesai dimandikan di kamar jenazah rumahsakit tersebut.
“Sementara kami lakukan identifikasi jasad korban. Divisum luar. Jika pihak keluarga korban keberatan, tentu akan ada penyelidikan lanjutan. Pihak rekanan, beberapa pekerja pemasang kabel. Saksi-saksi dari warga maupun keluarga korban mungkin akan dipanggil untuk dimintai keterangan. Penyidik mungkin akan melakukan pemeriksaan di TKP-nya. Sejauh ini belum dapat disimpulkan apakah ini ada unsur tindak pidananya. Kita lihat perkembangan penyelidikan kemudian ya,” tutur Ipda J Sinaga, Kepala SPK Polres Tapteng.
Dari ciri fisik korban, tidak ditemukan tanda bekas luka. Namun pada leher korban terdapat pembengkakan cukup parah. Sementara sepeda motor milik korban tidak mengalami kerusakan berarti.
Usai dimandikan dan divisum luar, jasad korban kemudian dibawa pihak keluarga ke rumah duka. Ratusan kerabat keluarga dan warga sekitar terlihat mendatangi rumah duka, di Jalan Rajawali Lorong II, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga. Belum dapat dipastikan kapan dan dimana jenazah korban akan dikebumikan.
“Kami seluruh muda-mudi Marga Sinaga di Sibolga dan Tapteng merasa sangat kehilangan akan sosok ketua kami ini, perbuatannya semasa hidup sangat patut untuk diteladani. Semoga arwah ketua Jefri Sinaga diterima di sisi-Nya,” ucap Michael Sinaga, salah satu muda-mudi, warga Sibolga.
Sementara itu, hingga Kamis (19/9) petang belum ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab atas kematian korban. Baik dari pihak PT PLN maupun rekanan terkait pemasangan kabel listrik yang merenggut korban itu. (mora/smg)

 keluarga guru SMA 1 saat menjenguk korban

keluarga guru SMA 1 saat menjenguk korban

Jeritan dan tangisan seketika pecah meratapi jenazah Jefri Sinaga (28), yang terbujur kaku. Jefri yang merupakan guru di SMA Negeri 1 Pinangsori, Tapteng ini, tewas setelah terjerat kabel listrik yang tengah dipasang petugas PLN.
Keluarga korban tak pernah membayangkan kalau korban meninggal akibat kabel listrik milk PLN yang menjerat lehernya secara tiba-tiba. Peristiwa naas itu terjadi di pertigaan Jalan Padangsidimpuann
Jalan Baru, Lingkungan I Desa Aek Horsik, Kecamatan Badiri, Tapteng, Kamis (19/9) siang sekira pukul 14.00 WIB.
Awalnya, korban yang tinggal di Jalan Rajawali Lorong II, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga, mengendarai sepeda motornya dari arah Padangsidimpuan ke arah Pandan, Tapteng. Di saat yang sama, beberapa pekerja dari rekanan PT PLN sedang memasang kabel di pertigaan jalan tersebut.  Petugas PLN hendak memasang kabel yang ditarik dari sebuah tiang di sisi jalan Padangsidimpuan melintang ke tiang listrik di Jalan Baru.
Tapi rupanya, tiba-tiba kabel untuk pemasangan jaringan baru itu lepas dan kendur, kemudian kabelnya menjuntai ke bawah hingga akhirnya menjerat leher korban yang melintas di lokasi dengan kecepatan kencang. Korban langsung jatuh terpental. Sepeda motor yang dikendarainya terlempar beberapa meter.  Beberapa warga mencoba menolong korban yang tengah terkapar dengan membawanya ke UGD RSUD Pandan.
Kepala Desa Aek Horsik P Tambunan (43)  yang kebetulan berada dilokasi, ikut mengantarkan korban hingga ke UGD RSUD Pandan. “Sebelumnya korban masih bisa bicara tapi sudah lemas. Korban masih sempat minta dibawa ke rumah sakit. Kulihat wajahnya makin bengkak. Tangannya juga seperti kembang. Sempat kupegang seperti gembung dan keras,” kata ujarnya di UGD RSUD Sibolga.
Melihat kondisi korban yang semakin parah, Kepala Desa dibantu beberapa warga dan pekerja pemasang kabel listrik itu lalu melarikannya ke UGD RSUD Pandan dengan menggunakan mobil pickup. “Kami bawa pakai mobil pickup. Saya ikuti dari belakang naik sepedamotor. Sampai di rumah sakit, saya bilang supaya cepat ditangani, atau kalau bisa dibedah saja supaya bisa lancar bernafas,” kata Kepala Desa.
Korban kemudian dirujuk ke RSUD Dr FL Tobing Sibolga. Namun sayang, saat baru tiba di UGD rumahsakit itu, korban sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Di ruangan jenazah, ibu kandung korban,  Br Siregar (50) tak henti-hentinya meratapi kepergian anak kesayangannya itu. “Songon nipi maon amang, songon nipi mai tondiku. Laho karejo ho nasogot sehat-sehat do. Dang adong sahit ni on”. (artinya: seperti mimpi ini anakku. Seperti mimpilah ini jiwaku. Sehat-sehatnya kau pergi kerja tadi pagi. Tidak ada sakitnya anakku ini).
Dalam isak tangisnya, Br Siregar  bahkan menyalahkan pihak PLN atas kepergian anaknya. “Na hebat ma tahe par PLN i amang, dipamate anakkon amang. Baosa gabe songini anakkon. Mulak ma ho amang, nunga hudok naking. (artinya: hebat sekali PLN ini, dimatikan anakku ini. Kenapa jadi begini anakku ini. Pulanglah kau anakku, tadi sudah kubilang sama kau),” ratap Br Siregar sambil memeluk jasad anak sulungnya itu.
Begitu juga beberapa saudara perempuan korban, juga ikut meratapi jasad korban. “Aduh Tuhan, kenapa cepat sekali Kau ambil nyawa abangku ini. Kenapa cepat sekali kau pergi bang. Bangun bang. Mimpinya ini,” ratap para adik perempuan korban.
“Amang tahe godang ni hepengki pasikolahon ho. Hutaon do martiga-tiga es asa boi sikkolah ho amang”. (artinya: ya ampun banyak sekali uangku habis untuk menyekolahkan kau. Kutahankannya berjualan es supaya bisa sekolah kau anakku),” ratap sang Ayah (50-an).
Informasinya, korban sudah merencanakan pernikahan dengan kekasihnya pada Februari tahun depan. Hal itu juga sempat terungkap dari ratapan ayah dan ibunya. Sambil memeluk Br Sarumpaet, kekasih korban, ibu korban Br Siregar meratap sambil mengatakan ‘calon parumaenkhon’ (calon menantuku ini,red).
Puluhan kerabat dan rekan kerja korban langsung memadati UGD dan lorong ke kamar jenazah. Mereka mengaku hampir tidak percaya dan sangat terkejut atas peristiwa naas tersebut. Salah satunya Kepala SMA Negeri 1 Pinangsori Jhonni Hutagalung.  ”Kami sangat terkejut dan merasa kehilangan atas kejadian dan kabar meninggalnya Pak Jefri Sinaga ini. Dia guru yang baik, ramah, energik, mau belajar dan sangat rajin. Anak-anak pasti juga merasa sangat kehilangan,” aku Kepala Sekolah.
Sedangkan petugas dari Polres Tapteng yang tiba di UGD RSUD Sibolga dan langsung melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban. Petugas juga memvisum luar jasad korban setelah selesai dimandikan di kamar jenazah rumahsakit tersebut.
“Sementara kami lakukan identifikasi jasad korban. Divisum luar. Jika pihak keluarga korban keberatan, tentu akan ada penyelidikan lanjutan. Pihak rekanan, beberapa pekerja pemasang kabel. Saksi-saksi dari warga maupun keluarga korban mungkin akan dipanggil untuk dimintai keterangan. Penyidik mungkin akan melakukan pemeriksaan di TKP-nya. Sejauh ini belum dapat disimpulkan apakah ini ada unsur tindak pidananya. Kita lihat perkembangan penyelidikan kemudian ya,” tutur Ipda J Sinaga, Kepala SPK Polres Tapteng.
Dari ciri fisik korban, tidak ditemukan tanda bekas luka. Namun pada leher korban terdapat pembengkakan cukup parah. Sementara sepeda motor milik korban tidak mengalami kerusakan berarti.
Usai dimandikan dan divisum luar, jasad korban kemudian dibawa pihak keluarga ke rumah duka. Ratusan kerabat keluarga dan warga sekitar terlihat mendatangi rumah duka, di Jalan Rajawali Lorong II, Kecamatan Sibolga Selatan, Kota Sibolga. Belum dapat dipastikan kapan dan dimana jenazah korban akan dikebumikan.
“Kami seluruh muda-mudi Marga Sinaga di Sibolga dan Tapteng merasa sangat kehilangan akan sosok ketua kami ini, perbuatannya semasa hidup sangat patut untuk diteladani. Semoga arwah ketua Jefri Sinaga diterima di sisi-Nya,” ucap Michael Sinaga, salah satu muda-mudi, warga Sibolga.
Sementara itu, hingga Kamis (19/9) petang belum ada pihak yang menyatakan bertanggungjawab atas kematian korban. Baik dari pihak PT PLN maupun rekanan terkait pemasangan kabel listrik yang merenggut korban itu. (mora/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/