Meski sibuk dengan pekerjaan, Eko Prayogo, Agus Sarianto, dan Abdillah Muchsin tetap bisa menelurkan prestasi di sepak bola. Evan Dimas Darmono dan gelar Piala Danone adalah buktinya.
MENJELANG tengah malam kemarin (27/9), suasana ruang redaksi Jawa Pos di lantai 4 Graha Pena Surabaya kian sepi. Namun, Eko Prayogo dan Abdillah Muchsin masih berkutat di depan layar komputer masing-masing.
Keduanya sibuk memproses foto yang diminta para redaktur Jawa Pos. Eko bertanggung jawab mengolah foto hingga siap dipasang di halaman Nasional, sedangkan Dillah (sapaan Abdillah) melakukan pekerjaan yang sama di kompartemen Sportainment.
“Tanggung jawab kami memang seperti ini, mengedit semua foto yang dibutuhkan redaktur. Jadi, kalau halaman belum selesai, ya jangan pulang dulu,” ujar Dillah.
“Kalau dulu, waktu masih main bola, kami bisa sampai malam di lapangan,” ucap Eko, “sekarang lapangannya diganti di kantor, hehehe.”
Ya, Eko maupun Dillah adalah karyawan Jawa Pos yang dulu pemain sepak bola era Galatama. Eko lama berkiprah di Perkesa 78 (kemudian berganti nama menjadi Perkesa Mataram) sebelum hinggap di Mitra Surabaya. Adapun Dillah adalah mantan pemain Palu Putra, Arseto, NIAC Mitra, dan mengakhiri karir di Mitra Surabaya juga.
Selain mereka, di Jawa Pos ada Agus Sarianto, eks penggawa NIAC Mitra dan Mitra Surabaya. Seperti halnya Eko dan Dillah, Agus juga bertugas memproses foto. Tapi untuk kompartemen Metropolis yang jadwal deadline-nya lebih sore ketimbang Nasional dan Sportainment.
Eko masuk Jawa Pos pada 1990, sedangkan Agus dan Dillah menyusul dua tahun kemudian. Ketiganya bergabung dengan koran yang baru saja menyabet penghargaan sebagai koran dengan desain halaman depan terbaik se-Asia Pasifik dalam ajang 12th Asian Media Awards WAN-IFRA 2013 di Bangalore, India, tersebut atas saran Ketua Umum Mitra (ketika itu) Dahlan Iskan.
Dillah bahkan masih ingat persis ketika tawaran tersebut pertama dilontarkan Dahlan yang kini menjabat menteri BUMN, yakni di ruang ganti pemain. Saat itu ada tujuh pemain di kamar ganti tersebut. Yaitu Dillah, Eko, Agus, Nanang Koeshardianto, Eduard Mangilomi, Djoko “Dalbo”, dan Koko Sunaryo. Kepada mereka, Dahlan mengatakan, para pemain senior yang merasa sudah tak kuat lagi bermain dipersilakan melamar pekerjaan ke Jawa Pos.
“Sebenarnya saat itu bukan hanya kami bertujuh yang mendapatkan tawaran seperti itu dari Pak Dahlan, tapi semua pemain Mitra Surabaya. Tapi, mungkin karena belum terbiasa dengan dunia kerja, sebagian besar memilih tidak memasukkan lamaran dan melanjutkan karir di bola,” kenang Eko.
Eko benar. Hanafing, mantan penggawa Mitra dan timnas Indonesia, pernah mengaku mendapatkan tawaran serupa. Kemarin di hadapan puluhan siswa didik Mitra Surabaya di Graha Pena Surabaya, Dahlan juga ingat menawari Mustaqim, eks striker Mitra Surabaya dan timnas, bergabung dengan Jawa Pos.
“Saya tentu hanya bisa menawari, bersedia atau tidak itu hak masing-masing pemain,” terang Dahlan yang ketika itu menjabat pemimpin redaksi Jawa Pos.
Meski sibuk dengan tugas masing-masing di Jawa Pos, Eko, Agus, maupun Dillah tetap tak melupakan sepak bola. Sampai sekarang Eko dan Agus tekun melatih di Mitra Surabaya dan El Faza. Sedangkan Dillah juga pernah melatih di Mitra dan menangani FFF (Futsal for Fun), tim futsal Jawa Pos yang langganan juara di berbagai ajang antarmedia di Jawa Timur.
“Bisa sakit kalau tak ketemu anak-anak di lapangan,” tutur Eko sembari tersenyum.
Berkat tangan dingin Eko, Mitra yang tak hanya punya klub, tapi juga sekolah sepak bola, terus menelurkan prestasi. Tahun lalu, misalnya, Mitra menjuarai Kompetisi Persebaya Kelas Utama.
Yang paling gres, dari pembinaan berjenjang sejak usia dini yang dilakukan Mitra, lahirlah Evan Dimas Darmono, kapten timnas U-19 yang baru saja mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala AFF U-19. Selain Evan yang pernah menimba ilmu di Akademi La Masia Barcelona itu, alumni Mitra juga bertebaran di berbagai klub tanah air. Salah satunya Rendi Irwan, gelandang Persebaya 1927 yang juga pernah berkostum timnas.
Prestasi Agus juga tak kalah mengagumkan. Pemegang lisensi B Nasional yang masih menyempatkan melatih Askring, klub sepak bola yang beranggota para karyawan Jawa Pos, itu berhasil membawa SSB Karanggayam Surabaya menjuarai Danone Cup 2007 dan berhak mewakili Indonesia ke putaran final di Prancis. Di tangannya, hanya dalam dua musim, El Faza yang baru seumur jagung berhasil promosi ke Kompetisi Persebaya Kelas Satu.
“Semua yang kami lakukan saat ini lebih banyak terinspirasi dari Pak Dahlan. Kerja..kerja..kerja, setelah itu bermain bola. Jadi, kewajiban di kantor adalah yang utama, setelah itu baru meneruskan hobi sebagai pemain bola,” tegas Agus. (SIDIK MAULANA TUALEKA
)