29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tanpa Dokter dan Maseur

Manajemen PSMS mengambil kebijakan cukup kontrovesial dengan tak membawa dokter tim dan maseur, untuk mengarungi babak delapan besar di markas Mitra Kukar, Tenggarong.

Ya, dokter tim PSMS, dr. Rorywansyah Pane dan maseur, Khalid tidak dibawa serta dengan alasan keterbatasan dana. Menurut Manajer PSMS, Idris, keduanya tak dibawa lantaran Panpel Delapan Besar akan menyiapkan dokter dan maseur. “Di sini nanti ada disediakan dokter dan maseur makanya kita tidak bawa dokter dan maseur. Unsur biaya juga menjadi masalah,” katanya.

Namun hal itu tampaknya sulit diyakini kebenarannya. Pasalnya seorang dokter dan maseur tim harus selalu stand by bersama skuad. Jika terjadi apa-apa, maka tindakan cepat bisa dilakukan. Misal kesalahan ketika berlatih hingga kegiatan sehari-hari yang berpotensi menyebabkan cedera.

Hal itu terbukti dengan keluhan sejumlah pemain. “Saya merasa kondisi kurang fit dan butuh pijat. Tapi apa daya, maseur dan dokter tidak dibawa. Bagaimana mungkin klub sebesar ini tidak membawa dokter sendiri,” beber pemain yang enggan namanya dikorankan. Sementara Rorywansyah yang dihubungi awak koran ini membenarkan hal itu. “Benar, saya memang tak ikut. Kurang tahu juga kenapa, kabarnya sih di sana disediakan dokter,” katanya. Kalau soal biaya jadi alasan, tampaknya tak relevan. Pasalnya tuan rumah diwajibkan membiayai akomodasi kontestan Delapan Besar tersebut dengan total cash money Rp65 juta, termasuk PSMS. (ful)

Manajemen PSMS mengambil kebijakan cukup kontrovesial dengan tak membawa dokter tim dan maseur, untuk mengarungi babak delapan besar di markas Mitra Kukar, Tenggarong.

Ya, dokter tim PSMS, dr. Rorywansyah Pane dan maseur, Khalid tidak dibawa serta dengan alasan keterbatasan dana. Menurut Manajer PSMS, Idris, keduanya tak dibawa lantaran Panpel Delapan Besar akan menyiapkan dokter dan maseur. “Di sini nanti ada disediakan dokter dan maseur makanya kita tidak bawa dokter dan maseur. Unsur biaya juga menjadi masalah,” katanya.

Namun hal itu tampaknya sulit diyakini kebenarannya. Pasalnya seorang dokter dan maseur tim harus selalu stand by bersama skuad. Jika terjadi apa-apa, maka tindakan cepat bisa dilakukan. Misal kesalahan ketika berlatih hingga kegiatan sehari-hari yang berpotensi menyebabkan cedera.

Hal itu terbukti dengan keluhan sejumlah pemain. “Saya merasa kondisi kurang fit dan butuh pijat. Tapi apa daya, maseur dan dokter tidak dibawa. Bagaimana mungkin klub sebesar ini tidak membawa dokter sendiri,” beber pemain yang enggan namanya dikorankan. Sementara Rorywansyah yang dihubungi awak koran ini membenarkan hal itu. “Benar, saya memang tak ikut. Kurang tahu juga kenapa, kabarnya sih di sana disediakan dokter,” katanya. Kalau soal biaya jadi alasan, tampaknya tak relevan. Pasalnya tuan rumah diwajibkan membiayai akomodasi kontestan Delapan Besar tersebut dengan total cash money Rp65 juta, termasuk PSMS. (ful)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/