POTISKUM-Insiden berdarah kembali pecah di Afrika. Minggu dini hari lalu (29/9) ekstremis Boko Haram melancarkan serangan ke asrama Fakultas Pertanian Yobe State College di Kota Gujba, Negara Bagian Yobe, Nigeria. Tidak kurang dari 50 mahasiswa penghuni asrama tewas dalam aksi penembakan dan pembakaran itu. Pemerintah pun berjanji mengerahkan tenaga untuk menjaga sekolah dan kampus.
Lazarus Eli, juru bicara militer Yobe, mengatakan bahwa seluruh korban tewas adalah mahasiswa fakultas pertanian. “Teroris Boko Haram berada di balik serangan dini hari di asrama kampus tersebut. Serangan terjadi saat para mahasiswa penghuni asrama tidur lelap,” paparnya kepada media. Sebagian besar korban tewas itu berusia 18″22 tahun.
Molima Idi Mato, salah seorang pembantu rektor di universitas negeri tersebut, mengakui bahwa kampus memang tidak memiliki petugas keamanan. Selama ini, asrama juga tidak mempekerjakan penjaga yang bisa menjamin keselamatan penghuninya. Kampus itu sendiri baru beroperasi lagi sekitar dua pekan lalu setelah tutup cukup lama.
Saat meminta kampus kembali buka, dinas pendidikan setempat berjanji mengerahkan polisi dan militer untuk menjaga keamanan. “Tapi, pada praktiknya, tidak ada petugas yang mengamankan kampus kami,” terang Mato. Selain merenggut sedikitnya 50 nyawa, insiden berdarah Minggu dini hari itu mengakibatkan sekitar 60 mahasiswa terluka. (AP/AFP/hep/c9/dos)
Ekstremis Serang Fakultas Pertanian
POTISKUM-Insiden berdarah kembali pecah di Afrika. Minggu dini hari lalu (29/9) ekstremis Boko Haram melancarkan serangan ke asrama Fakultas Pertanian Yobe State College di Kota Gujba, Negara Bagian Yobe, Nigeria. Tidak kurang dari 50 mahasiswa penghuni asrama tewas dalam aksi penembakan dan pembakaran itu. Pemerintah pun berjanji mengerahkan tenaga untuk menjaga sekolah dan kampus.
Lazarus Eli, juru bicara militer Yobe, mengatakan bahwa seluruh korban tewas adalah mahasiswa fakultas pertanian. “Teroris Boko Haram berada di balik serangan dini hari di asrama kampus tersebut. Serangan terjadi saat para mahasiswa penghuni asrama tidur lelap,” paparnya kepada media. Sebagian besar korban tewas itu berusia 18″22 tahun.
Molima Idi Mato, salah seorang pembantu rektor di universitas negeri tersebut, mengakui bahwa kampus memang tidak memiliki petugas keamanan. Selama ini, asrama juga tidak mempekerjakan penjaga yang bisa menjamin keselamatan penghuninya. Kampus itu sendiri baru beroperasi lagi sekitar dua pekan lalu setelah tutup cukup lama.
Saat meminta kampus kembali buka, dinas pendidikan setempat berjanji mengerahkan polisi dan militer untuk menjaga keamanan. “Tapi, pada praktiknya, tidak ada petugas yang mengamankan kampus kami,” terang Mato. Selain merenggut sedikitnya 50 nyawa, insiden berdarah Minggu dini hari itu mengakibatkan sekitar 60 mahasiswa terluka. (AP/AFP/hep/c9/dos)