26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Petani Sumut Lebih Memilih Kopi

Kebun teh di Sidamanik, Sumatera Utara, Indonesia.
Kebun teh di Sidamanik, Sumatera Utara, Indonesia.

MEDAN-Petani  di Sumut tak satupun memilih memfungsikan lahannya untuk bercocok tanam komoditas teh. Bahkan, di tempat-tempat yang seharusnya cocok untuk bertanam teh malahan ditanam kopi arabika. Sehingga penanaman teh hanya dilakukan oleh PTPN untuk memenuhi kebutuhan teh di Sumut.

“Rendahnya minat petani itu karena di Sumut teh tidak menjadi komoditas unggulan. Hal ini disebabkan harganya yang relatif murah, serta teh juga tidak kompetitif dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya termasuk kopi,” ujar Kabid Produksi Dinas Perkebunan Sumut Herawat.

Dikatakan Herawati, petani biasanya lebih berminat kepada komoditas yang harganya bagus, ditambah lagi dengan lahan mereka yang memang terbatas pula. Sehingga, petani lebih memilih menanam kopi yang harganya jauh lebih tinggi.

“Untuk mendapatkan kualitas daun teh yang baik, penanamannya harus dilakukan di atas ketinggian 1000 meter. Tetapi petani kita lebih memilih untuk menanam kopi arabika yang cocok di tempat yang sama, sehingga perkebunan teh hingga saat ini hanya dimiliki oleh PTPN IV saja,” terangnya, Rabu (16/10).

Berbeda dengan perkebunan teh di Jawa Barat, lanjut Herawati,  justru menjadi komoditas perkebunan unggulan di tanah air. Sedangkan untuk pulau Sumatera, perkebunan teh yang jumlahnya cukup besar berada di Kerinci, Jambi. “Dulu di Sumut memang pernah dirintis, tetapi tidak berhasil. Namun untuk produksi teh, Sumut hanya mengandalkan PTPN IV saja, itupun lahannya tidak begitu luas dan hanya berada di kawasan Simalungun dan Tapanuli Utara saja,” kata Herawati.

Bahkan, PTPN IV yang satu-satunya perusahaan BUMN di Sumut yang membudidayakan teh, juga pernah berencana akan mengkonfersikan lahan tehnya ke komoditas lain yang jauh lebih menguntungkan. Namun hal itu tidak terlaksana karena mendapatkan larangan oleh Departemen Pertanian dan juga Pemerintah Daerah setempat.

“Perkebunan teh memang harus ada, dan itu sudah ada aturannya. Jadi karena itu, walaupun tidak menimbulkan profit yang tinggi, PTPN IV juga tetap memproduksinya hingga kini,” ujarnya. (mag-9)

Kebun teh di Sidamanik, Sumatera Utara, Indonesia.
Kebun teh di Sidamanik, Sumatera Utara, Indonesia.

MEDAN-Petani  di Sumut tak satupun memilih memfungsikan lahannya untuk bercocok tanam komoditas teh. Bahkan, di tempat-tempat yang seharusnya cocok untuk bertanam teh malahan ditanam kopi arabika. Sehingga penanaman teh hanya dilakukan oleh PTPN untuk memenuhi kebutuhan teh di Sumut.

“Rendahnya minat petani itu karena di Sumut teh tidak menjadi komoditas unggulan. Hal ini disebabkan harganya yang relatif murah, serta teh juga tidak kompetitif dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya termasuk kopi,” ujar Kabid Produksi Dinas Perkebunan Sumut Herawat.

Dikatakan Herawati, petani biasanya lebih berminat kepada komoditas yang harganya bagus, ditambah lagi dengan lahan mereka yang memang terbatas pula. Sehingga, petani lebih memilih menanam kopi yang harganya jauh lebih tinggi.

“Untuk mendapatkan kualitas daun teh yang baik, penanamannya harus dilakukan di atas ketinggian 1000 meter. Tetapi petani kita lebih memilih untuk menanam kopi arabika yang cocok di tempat yang sama, sehingga perkebunan teh hingga saat ini hanya dimiliki oleh PTPN IV saja,” terangnya, Rabu (16/10).

Berbeda dengan perkebunan teh di Jawa Barat, lanjut Herawati,  justru menjadi komoditas perkebunan unggulan di tanah air. Sedangkan untuk pulau Sumatera, perkebunan teh yang jumlahnya cukup besar berada di Kerinci, Jambi. “Dulu di Sumut memang pernah dirintis, tetapi tidak berhasil. Namun untuk produksi teh, Sumut hanya mengandalkan PTPN IV saja, itupun lahannya tidak begitu luas dan hanya berada di kawasan Simalungun dan Tapanuli Utara saja,” kata Herawati.

Bahkan, PTPN IV yang satu-satunya perusahaan BUMN di Sumut yang membudidayakan teh, juga pernah berencana akan mengkonfersikan lahan tehnya ke komoditas lain yang jauh lebih menguntungkan. Namun hal itu tidak terlaksana karena mendapatkan larangan oleh Departemen Pertanian dan juga Pemerintah Daerah setempat.

“Perkebunan teh memang harus ada, dan itu sudah ada aturannya. Jadi karena itu, walaupun tidak menimbulkan profit yang tinggi, PTPN IV juga tetap memproduksinya hingga kini,” ujarnya. (mag-9)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/